Warga di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggunakan daun kelapa dan daun jati sebagai penganti plastik sebagai wadah daging kurban. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pencemaran limbah plastik yang berpotensi mengganggu lingkungan.
Penggunaan daun kelapa dan jati itu dilakukan oleh jemaah Masjid Al-Azhar di Dusun Kroco, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih. Daun kelapa dianyam sedemikian rupa hingga membentuk wadah seperti besek.
Kemudian alasnya menggunakan daun jati atau disebut warga dengan dhekon. Total ada 300-an dhekon yang telah dibuat oleh warga Kroco.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dhekon ini memiliki beberapa ukuran, yaitu ukuran kecil untuk menampung daging seberat 1/5 kg, dan ukuran besar untuk menampung tulang dan jeroan seberat 1 kg.
"Kami dari panitia kurban di Masjid Al-Azhar sudah memulai sejak tahun 2019 untuk pendistribusian daging hewan kurban kita menggunakan yang namanya dhekon. Dhekon itu terbuat dari anyaman daun kelapa," ucap Takmir Masjid Al-Azhar, Sugiyanto, saat ditemui di lokasi Sabtu (9/7/2022).
"Agar darah tidak mengalir kemana-mana itu (dhekon) kita lapis menggunakan daun jati," imbuhnya.
Sugiyanto menuturkan ada sejumlah alasan kenapa dhekon dipilih sebagai wadah daging. Pertama karena ketersediaan daun kelapa dan jati di lingkungannya melimpah. Kemudian penggunaan dhekon juga lebih murah serta ramah lingkungan.
Di samping itu, langkah ini juga sebagai upaya mentaati ketentuan pemerintah yang telah menginstruksikan kepada masyarakat agar mengurangi konsumsi plastik sebagai kantong wadah kurban selama perayaan Idul Adha.
"Karena potensi di sekitar kita daun kelapa itu sangat banyak, dan itu juga akan menghemat dari sisi anggaran, kemudian mengikuti aturan dari pemerintah untuk pengurangan penggunaan plastik dalam pendistribusian daging kurban yang harus kita ikuti," ujarnya.
Sugiyanto mengatakan penggunaan dhekon bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terkait pengurangan penggunaan plastik. Menurutnya dhekon lebih ramah bagi lingkungan karena bahannya alami sehingga mudah terurai.
"Alhamdulillah kita bisa mengedukasi masyarakat secara masif terkait pengurangan plastik, sehingga insyallah nanti karena dhekon itu mudah terurai karena bahan bakunya dari alami, natural, sehingga nanti mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang ada di lingkungan kita," ucapnya.
Selain menghemat anggaran dan lebih ramah lingkungan, Sugiyanto menyebut kehadiran dhekon juga berefek positif pada sosial masyarakat setempat. Sebab proses pembuatan dhekon yang dikerjakan bersama-sama secara tidak langsung telah menumbuhkan semangat gotong royong warga.
"Dari sisi sosial kita mempertahankan nilai-nilai gotong royong yang ada di sekitar masyarakat, warisan leluhur nenek moyang kita karena sekarang kan sudah luntur. Kadang individualisme hanya nyekeli (pegang) HP, walaupun kitanya duduk berdekatan tapi kitanya wes (sudah) masing-masing dengan HP. Tapi dengan ini ternyata kita mampu kembali menumbuhkan semangat gotong royong yang hampir punah," ucapnya.
Selengkapnya soal dhekon yang jadi perekat gotong royong warga...
"Ya seperti (membuat) anyam-anyaman mas, mulainya itu kita memanjat kelapa untuk ambil daunnya, lalu tinggal dianyam aja gitu," ujarnya.
Dibutuhkan 10 lembar daun kelapa untuk membuat sebuah dhekon. Daun itu kemudian dianyam hingga membentuk wadah seperti besek. Kemudian setiap ujung wadah diikat dengan kencang. Ikatan ini dibiarkan menjuntai tidak perlu dipotong karena akan difungsikan sebagai pegangan wadah, seluruh proses ini memakan waktu 2-3 menit.
Dalam pembuatan dhekon, perlu memperhatikan kualitas daun. Prapto menyarankan untuk menggunakan daun muda yang berwarna hijau. Ini dipilih karena lebih kuat dan mudah dibentuk dibandingkan daun tua.
"Yang bagus itu daun muda, mudah dibentuk dan kuat. Kalau yang tua kadang udah nglinting (menggulung) jadi susah dibuat," tuturnya.
![]() |
Prapto menjelaskan dhekon sejatinya sudah jamak digunakan masyarakat zaman dahulu sebagai wadah makanan. Utamanya saat kegiatan kenduri atau syukuran di Jawa. Prapto sendiri bisa membuat dhekon karena belajar dari leluhurnya.
"Belajar ya ikut orang tua dulu. Ini dulu naluri itu, saat itu orang tua belum ada besek, lalu buat ini dhekon. Itu untuk syukuran dan sebagainya," jelasnya.
Simak Video "Video: Chef Bagikan Langkah Penyimpanan Daging Kurban"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)