Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memuji penampilan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus saat keduanya bertemu dalam agenda G20 di Yogyakarta, hari ini. Budi menyebut Tedros tampak muda mengenakan pakaian batik Jogja.
Pujian itu dilontarkan Menkes Budi dalam pertemuan 'The 1st G20 Health Ministerial Meeting And The 1st G20 Joint Finance And Health Ministerial Meeting' di Hotel Marriott Jogja, hari ini. Pertemuan itu sendiri dihadiri delegasi dari 80 negara.
Menkes awalnya, memaparkan agenda utama untuk kesehatan global tahun ini. Pertama, memperkuat ketahanan sistem kesehatan global. Kedua, menyelaraskan standar protokol kesehatan global. Ketiga, memperluas pusat manufaktur dan penelitian global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon pandemi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tedros yang mendapatkan kesempatan untuk berbicara kemudian menyampaikan paparannya soal ketahanan kesehatan dunia serta penanganan pandemi. Di akhir paparan Tedros pun berterimakasih kepada Menkes.
Budi Gunadi kemudian membalas dan memberikan pujian kepada Tedros yang datang dengan mengenakan pakaian batik.
"Saya yakin setiap orang di ruangan ini dan yang hadir secara virtual setuju dengan saya. Anda terlihat lebih muda dan sehat dengan pakaian batik dari Yogyakarta," kata Menkes disusul tawa dan tepuk tangan seluruh partisipan yang hadir, Senin (20/6/2022).
Sementara itu, dalam paparannya, Tedros mengatakan ada progres baik dalam penanganan pandemi. Akan tetapi yang harus diingat adalah di beberapa negara sedang terjadi peningkatan kasus.
"Penularan sedang meningkat di banyak negara termasuk beberapa negara Anda dan ini tak terlepas dari kenyataan bahwa pengujian dan pengurutan telah menurun tajam di seluruh dunia," kata Tedros.
Ia mengatakan, terdapat 40 persen populasi masyarakat dunia masih belum menerima vaksin. Ia juga khawatir jika dengan kurangnya pengujian serta pelacakan virus membuat lengah terhadap kemunculan varian baru.
"Dan 40 persen dari populasi dunia tetap tidak divaksinasi, risiko munculnya varian baru dan lebih berbahaya, tetap nyata, yang tetap sangat khawatir bahwa kurangnya pengujian dan pengurutan membutakan kita terhadap evolusi virus," pungkas dia.
(aku/sip)