Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja menjadi salah satu lokasi pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada hari pertama ISI Jogja menyebut ada 12 persen peserta yang tidak ikut, selain itu untuk pengawasan lebih fokus terhadap perempuan.
Pembantu Rektor I ISI Jogja, Hanggar Budi Prasetya mengatakan, bahwa secara umum pelaksanaan UTBK di ISI Jogja diikuti oleh 4.711 peserta. Di mana sebagian besar berasal dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan 3.975 peserta dan dari luar DIY 736 peserta.
"Peserta UTBK paling banyak dari DIY, kalau yang dari luar DIY seperti dari Purworejo hingga Klaten. Jumlah peserta UTBK tahun ini juga meningkat dibanding tahun lalu yang total peserta sekitar 4.600 orang," kata Hanggar kepada detikJateng, Senin (23/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanggar melanjutkan, UTBK kali ini terbagi dalam dua tahap di mana tahap pertama mulai tanggal 17-23 Mei dan tahap kedua mulai 28-31 Mei. Menurutnya, selama pelaksanaan UTBK hingga hari ini belum ada temuan signifikan, namun untuk kehadiran peserta jarang mencapai 100 persen.
"Untuk UTBK kali ini berjalan lancar, tidak ditemukan perjokian. Setiap hari rata-rata 250 orang untuk setiap sesi, jadi sehari yang tes 500 orang. Karena kan didistribusikan ke lab-lab komputer yang kita miliki untuk tesnya," ucapnya.
"Nah, untuk kehadiran lumayan tinggi, jadi kehadirannya rata-rata 96 persen dari hari pertama sampai hari ini. Kalau paling banyak yang tidak hadir itu pas hari pertama, hari pertama itu 12 persen, penyebabnya mungkin karena sesi campuran, dan calon mahasiswa ada yang masih bingung ambil soshum dan saintek," lanjut Hanggar.
Tidak adanya temuan kecurangan dan praktik perjokian, kata Hanggar, karena tahun ini pihaknya melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara ketat terhadap peserta UTBK. Seperti halnya melakukan pemeriksaan menggunakan metal detektor hingga menempatkan petugas wanita di setiap ruangan tes untuk melakukan pemeriksaan terhadap tubuh peserta UTBK berjenis kelamin wanita.
"Ada petugas wanita yang berjaga di setiap ruang tes. Karena dari pengalaman yang kerap ditemukan kecurangan itu pada peserta wanita. Karena itu untuk telinga setiap peserta diperiksa juga untuk mewanti-wanti ada yang pakai alat pendengar," ujarnya.
Terlebih, tahun lalu pihaknya menemukan ada dua orang peserta yang ketahuan memasang alat-alat elektronik pada tubuhnya saat mau masuk ruangan UTBK. Karena itu, pihaknya tidak mau kecolongan lagi dalam UTBK tahun ini.
"Tahun kemarin ada yang ketahuan dua calon peserta pas mau masuk diperiksa ketahuan. Jadi tubuhnya dipasangi kamera itu, sehingga tahun ini kita lebih teliti," ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga memastikan semua peserta yang mengikuti UTBK dalam kondisi sehat. Bahkan, jika ada yang baru mendapatkan vaksinasi dosis pertama pihaknya menyediakan klinik agar peserta menjalani swab antigen terlebih dahulu.
"Jadi yang tes sehat semua, yang boleh tes itu kalau sudah vaksin minimal dua kali sudah tidak melampirkan tes bebas COVID-19. Kalau baru sekali (vaksinasi COVID-19) harus menyerahkan tes bebas COVID-19. Kami juga sediakan klinik untuk tes COVID-19 apabila diperlukan," imbuhnya.
(rih/sip)