"Kantin belum diizinkan (buka) karena ada hepatitis," kata Wakil Kepala Disdikpora DIY Suhirman, saat dihubungi wartawan, Jumat (13/5/2022)
Suhirman mengatakan kebijakan ini sama seperti saat pandemi. Protokol kesehatan ketat juga diminta tetap diterapkan.
"Seperti kemarin yang kita lakukan saat pandemi kemarin, tetap dilaksanakan kegiatan prokes," katanya.
Sampai saat ini, lanjut Suhirman, belum ditemukan adanya kasus hepatitis akut di DIY. Namun hal itu bukan berarti Disdikpora tak mengantisipasi temuan hepatitis misterius itu.
"Kami saat ini genjot vaksinasi pada anak. Supaya hepatitis tidak mengena warga kita," katanya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Pembajun Setianingastutie menjelaskan, pihaknya telah meminta puskesmas, rumah sakit, dan FKKMK UGM untuk melaporkan jika ada gejala yang mirip hepatitis akut. Namun, sampai saat ini belum ada temuan yang mendekati hepatitis akut misterius itu.
"Belum ada datanya di rumah sakit, puskesmas dan FKKMK UGM," jelas Pembajun saat dihubungi hari ini.
Gejala hepatitis akut misterius ini, menurut Pembajun, hampir sama dengan temuan hepatitis yang selama ini ada.
"Hampir sama dengan hepatitis yang selama ini ada. Yang kali ini tidak terdeteksi jenisnya, seperti (hepatitis) A, B, C, D," jelasnya.
Pembajun pun menghimbau kepada orang tua yang memiliki anak usia di bawah 16 tahun agar memperhatikan asupan makanannya.
"Anak di bawah 16 tahun hati-hati, asupan (makanan) harus higenis. Beberapa flyer sudah kita sosialisasikan. Mengkonsumsi gizi seimbang dan PHBS," pungkas Pembajun.
Untuk pihak sekolah, kata Pembajun, pihaknya bersama dengan Disdikpora hanya bisa memantau pedagang resmi atau di kantin sekolah. Namun, untuk pedagang keliling yang berpindah-pindah, pihaknya kesulitan untuk dilakukan pemantauan.
"Warung sekolah yang bisa kita pantau. Kalau pedagang keliling berpindah-pindah ya," katanya.
(ams/sip)