Munculnya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak di sejumlah daerah membuat harga ternak di Kabupaten Gunungkidul, DIY, anjlok. Pedagang ternak menyebut penurunan harga mencapai sekitar Rp 1 jutaan.
Salah satu pedagang sapi asal Kapanewon Nglipar, Gunungkidul, Sukamto mengatakan ada penurunan harga jual sapi mulai Kamis (12/5) kemarin. Dia mencontohkan harga pasaran normal untuk seekor sapi biasanya mencapai Rp 16 juta, saat ini turun di kisaran Rp 14,5 juta.
"Jadi ya bisa turun kisaran Rp 1 jutaan, selisihnya lumayan," kata Sukamto kepada wartawan di Kabupaten Gunungkidul, Jumat (13/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, dia mengaku tidak terlalu khawatir soal penyakit mulut dan kuku (PMK). Menurut Sukamto, PMK sebetulnya sudah ada sejak lama dan sudah ada cara menanganinya.
"Kebanyakan sudah paham dan tahu juga cara menanganinya," ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Wibawanti Wulandari mengaku telah melakukan pemantauan terhadap hewan ternak di pasar hewan. Selain itu, pihaknya juga telah melakukan pengawasan lalu lintas ternak di Gunungkidul.
"Kami sudah koordinasi dengan provinsi, terutama mengantisipasi masuknya ternak dari luar daerah daerah (DIY) ke Gunungkidul," kata Wulandari.
Tak hanya itu, pihaknya juga menyiapkan tim unit reaksi cepat (URC) yang siaga di seluruh kapanewon. Tim tersebut berada langsung di bawah Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan).
"Untuk antisipasi fokus dilakukan di Kapanewon Girisubo, Rongkop dan Semin. Karena tiga wilayah itu masuk risiko tinggi karena intensitas keluar masuk hewan ternak antara Gunungkidul dan Jawa Tengah," jelasnya.
(rih/ams)