Bau menyengat dari timbunan sampah di depo atau tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di Jalan Hayam Wuruk, selatan Stasiun Lempuyangan Jogja, berdampak bagi usaha sekitar. Beberapa pemilik warung makan di sekitar depo itu memilih menutup sementara usahanya.
Salah satu pemilik warung makan di samping depo Jalan Hayam Wuruk yang masih buka, Purwanti (50), mengatakan bau menyengat dari sampah itu membuat usaha sehari-harinya terganggu.
"Baunya, aduh. Biasanya sudah ramai pembeli, ini nggak ada orang beli," kata Purwanti saat ditemui detikJateng di warungnya, Rabu (11/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Purwanti menduga pembeli enggan ke warungnya karena adanya timbunan sampah di depan warungnya yang berbau yang menyengat. "Kalau ada pembeli paling minta dibungkus, dibawa pulang," kata pedagang nasi rames itu.
Tak hanya bau sampah yang mengganggu usahanya, makanan yang dia jual pun rawan dihinggapi lalat. "Lha gimana sampahnya kayak gitu, (meluber) sampai badan jalan," kata Purwanti yang membuka warung sejak 2012 itu.
Demi menjaga dagangannya tetap steril dari lalat, Purwanti pun memilih untuk menutupi semua dagangannya. Ia bersyukur sejak siang tadi ada petugas yang mulai mengangkut sampah.
"Mudah-mudahan (TPST Piyungan) segera dibuka juga. Agar sampah tidak terus seperti itu (meluber)," katanya.
Sementara Purwanti masih bertahan membuka warung, Sigit Prasetyo (43), salah satu warga sekitar depo sampah itu mengaku keluarganya terpaksa mengungsi.
"Anak dan istri saya terpaksa mengungsi dulu karena tidak tahan dengan bau sampah," kata Sigit yang rumahnya berada di utara depo sampah Hayam Wuruk.
Sigit mengatakan, timbunan sampah itu juga mengeluarkan cairan yang tak sedap baunya. "Depan rumahku itu, kuning-kuning airnya. Setiap jam tak suntaki (siram) air, baunya menyengat. Belum lagi nanti kalau hujan," ujarnya.
(dil/sip)