Masjid Pathok Nagari Dongkelan, Saksi Bisu Perjuangan-Dakwah Diponegoro

Masjid Pathok Nagari Dongkelan, Saksi Bisu Perjuangan-Dakwah Diponegoro

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Kamis, 21 Apr 2022 01:25 WIB
Masjid ini konon dibangun 1975 dan pernah digunakan Pangeran Diponegoro berdakwah hingga menyusun strategi melawan Belanda. Masjid ini juga pernah dibakar habis oleh kompeni.
Masjid Pathok Negara Dongkelan di Bantul (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Bantul -

Masjid Kagungan Dalem Patok Nagari atau Negara Nurul Huda Dongkelan merupakan salah satu masjid yang menjadi batas wilayah negara yang berada di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Masjid ini konon disebut sebagai tempat Pangeran Diponegoro menyusun strategi melawan Belanda.

Masjid Pathok Nagari Dongkelan ini merupakan salah satu dari empat masjid pathok nagari yang dibangun Kasultanan Yogyakarta. Masjid ini berlokasi di Kampung Dongkelan Kauman, Kalurahan Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Bantul.

Marbot Masjid Pathok Nagari Dongkelan, Bustomi menjelaskan bangunan masjid tersebut berdiri pada 1775 silam. Dia menerangkan masjid tersebut menjadi tempat menyusun strategi Pangeran Diponegoro.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setahu saya saat zaman Pangeran Diponegoro, tahun 1870 dan selama 5 tahun Masjid Pathok Nagari untuk pasang strategi dakwah dan strategi perjuangan kemerdekaan RI yang diprakarsai Pangeran Diponegoro," kata Bustomi saat ditemui di Masjid Pathok Nagari Dongkelan, Bantul, Rabu (20/4/2022).

"Hingga Pangeran Diponegoro dulu dicari-cari Belanda mau dibunuh hingga akhirnya bersembunyi di Gua Selarong (Kapanewon Pajangan, Bantul)," lanjut Bustomi.

ADVERTISEMENT

Abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang memiliki nama gelar Keraton Mas Muh Bekel Bustomi ini melanjutkan, masjid ini juga pernah dibakar habis oleh Belanda. Akibatnya, hanya umpak dari batu yang masih tersisa.

"Ini (masjid) pernah dibakar Belanda hingga hanya menyisakan umpak dari batu. Jadi sampai saat ini umpaknya masih asli dari batu, yang bagian dalam masjid tapi bukan yang bagian serambi," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, Masjid Pathok Nagari Dongkelan telah menjalani beberapa kali renovasi. "Selama saya mengabdi 21 tahun sudah 5-7 kali direhab," katnya.

Bustomi menyebut Masjid Nurul Huda ini menjadi lokasi favorit ziarah atau nyadran dalam bahasa Jawa. Sebab di kompleks masjid ini, ada makam kiai yang merupakan abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Masjid Pathok Negara biasanya ada sejarah tersendiri, di sini ada namanya Kiai Syihabuddin. Dia penghulu di Keraton yang bertugas mendoakan kalau ada hajatan di Keraton dan dimakamkan di sini, jadi banyak yang nyadran ke sini. Masjid Pathok Nagari yang banyak didatangi orang nyadran hanya sini sama di Mlangi," ucapnya.

Soal tradisi khusus selama Ramadan, masjid ini juga memiliki tradisi seperti buka bersama, salat isya, salat tarawih, hingga tadarusan. Selain itu ada juga salat subuh dan pengajian hingga siang hari.

"Kalau tradisi khusus di sini ada sadranan jelang Ramadan, tapi karena COVID-19 sudah 3 tahun ini tidak digelar. Selain itu beduk di sini menjelang puasa (berbuka) saya tabuh, terus sehabis salat tarawih, dan 12 malam ditabuh lagi dan terakhir beduk itu ditabuh kalau malam hari raya, sorenya ditabuh lagi," ujarnya.

Bustomi menuturkan beduk itu hanya ditabuh saat Ramadan dan hari tertentu. Dia menyebut hal ini untuk menjaga beduk yang kini usianya sudah tua.

"Beduk itu kalau saya tabuh saat Ramadan dan detik-detik proklamasi jam 10 pagi. Kenapa hanya saat tertentu? Untuk menjaga kenyamanan dan agar beduk tidak cepat rusak," ucapnya.




(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads