Din Syamsuddin Sebut Kasus Ade Armando Kaburkan Esensi Demo 11 April

Din Syamsuddin Sebut Kasus Ade Armando Kaburkan Esensi Demo 11 April

Jauh Hari Wawan S - detikJateng
Rabu, 13 Apr 2022 04:14 WIB
Ketua MPP Partai Pelita Din Syasuddin di UGM, Selasa (12/4/2022).
Ketua MPP Partai Pelita Din Syasuddin di UGM, Selasa (12/4/2022). Foto: Jauh Hari Wawan S/DetikJateng.
Jogja -

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, kasus pengeroyokan Ade Armando justru menenggelamkan esensi demo 11 April 2022. Padahal, aspirasi yang diusung mahasiswa dalam demonstrasi itu penting untuk diketahui publik.

"Saya lihat berita hari ini kurang mengemukakan apa aspirasi mahasiswa, tapi kasus Ade Armando yang menghiasi headline di TV maupun media sosial," kata Din Syamsuddin saat ditemui wartawan usai ceramah di Masjid Kampus UGM, Selasa (12/4/2022).

"Antagonisme, dan apalagi nanti kalau ada kejadian seperti kemarin ya (pengeroyokan Ade Armando), ya esensi demonya menjadi tenggelam," imbuh Din.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apapun alasannya, Din tidak setuju dengan pengeroyokan Ade Armando. "Saya penganut aliran nirkekerasan, oleh siapapun, baik oleh rakyat yang berunjuk rasa maupun oleh aparat keamanan," kata Din dengan tegas. Namun, menurutnya, pengeroyokan itu mestinya bisa diantisipasi.

"Seharusnya (Ade Armando) kalau hadir di situ ya harus dicegah. Kan itu pasti, paling tidak, susah, dan apalagi jika sebagaimana sebagian pihak mengatakan ini bagian dari engineering dan segala macam, saya tidak tahu itu. Tapi seharusnya bisa dicegah," ujar Din.

ADVERTISEMENT

Din menambahkan, gelombang demo 11 April di berbagai daerah itu wajar terjadi. Berbagai tuntutan dalam demo itu memang perlu disuarakan.

"Dan wakil rakyat, lembaga perwakilan rakyat seperti DPR kita memang tidak terdengar membicarakan, menyuarakan itu. Nah, oleh karena itu saya melihat sangat-sangat wajar adanya ekpresi demokrasi oleh mahasiswa seperti itu," kata Din.

Namun, Din berpesan agar aksi demonstrasi jangan sampai berujung pada kekerasan. Hal yang paling penting, kata Din, tuntutan yang disuarakan harus sampai ke alamat yang dituju.

"Ini beda demokrasi di Indonesia dengan di luar (negeri). Banyak tempat di luar negeri, ada 5-10 orang berdiri dengan aspirasi itu langsung diperhatikan. Kita ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, nggak didengar. Tapi (justru) nyaris menjadi sebuah konflik politik," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, Ade menjadi bulan-bulanan massa saat demo 11 April di depan DPR. Ade Armando mengaku tak berniat ikut dalam aksi unjuk rasa bersama mahasiswa.

Dia mendukung aspirasi BEM SI yang menolak wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden. Tetapi seiring demo berjalan, Ade Armando diserang massa.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads