Sultan Ingin Eks Pelaku Klithih Kembali Sekolah, Disiapkan Asrama Khusus

Sultan Ingin Eks Pelaku Klithih Kembali Sekolah, Disiapkan Asrama Khusus

Heri Susanto - detikJateng
Selasa, 12 Apr 2022 14:53 WIB
Sri Sultan HB X di Kepatihan Jogja, Selasa (12/4/2022).
Sri Sultan HB X di Kepatihan Jogja, Selasa (12/4/2022). (Foto: Heri Susanto/detikJateng)
Yogyakarta -

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan HB X meminta para pelaku kenakalan jalanan atau klithih yang telah menjalani hukuman bisa kembali sekolah. Sultan menyebut Pemda DIY kini memiliki program training khusus untuk anak-anak bermasalah tersebut di Pundong, Bantul.

"Yang kira-kira punya kenakalan di jalanan. Ya mungkin bagi mereka yang putus sekolah, kembali ke sekolah, yang nggak punya sekolah, yang penting mereka kembali ke sekolah," kata Sultan saat diwawancarai wartawan di Kompleks Kepatihan, Kantor Gubernur DIY, Selasa (12/4/2022).

Ia menjelaskan, pihaknya juga akan melakukan pengawasan bagi orang tua yang punya problem dengan anaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami akan mencoba untuk melakukan pengawasan-pengawasan, bagi orang tua yang punya problem dengan anaknya. Kami akan kembali program untuk training yang ada di Pundong. Bagaimana dia bisa tinggal di sana," kata Sultan.

Tempat training itu disebut akan menerima anak-anak yang orang tuanya kewalahan atau dikeluarkan dari sekolah. Sebab jika remaja-remaja itu dibiarkan menganggur maka akan semakin menambah angka kriminalitas.

ADVERTISEMENT

"Sebelum keluar kan tanya dulu wae (saja) gelem ora (mau nggak) bali ke sekolah. (Syaratnya) Itu harus ikut tinggal dan berpendidikan di sana (Pundong)," kata Sultan.

"Kalau bersedia, ya dikasih waktu lagi, dia berubah nggak. Kalau nggak nanti putus sekolah jadi bebannya malah tambah besar. Bukannya menyelesaikan masalah, menambah masalah," katanya.

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji menambahkan tempat pendidikan dan pelatihan itu secara prinsip terbuka bagi bekas pelaku klithih atau kejahatan jalanan.

"Setelah menjalani hukuman dan berpotensi ke arah itu, bisa di sana," kata Aji.

"Ya paling banyak mungkin SMA dan SMP ya. Dengan output seperti sekolah biasa dan kurikulum sekolah 24 jam," jelasnya.




(sip/mbr)


Hide Ads