Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY menghimbau kepada seluruh warga Jogja untuk menyikapi secara dewasa terkait peluang terjadinya perbedaan awal Ramadan. Masjid dan tempat ibadah juga diminta menyambut datangnya Ramadan secara tidak berlebihan.
"Ada kemungkinan awal Ramadan terjadi perbedaan. Memegangi wujudul hilal dan belum memungkinkan untuk dilihat, belum. Walaupun ada yang mengaku melihat, belum bisa ditetapkan. Umat Islam tidak perlu ribut. Setelah lima tahun (bersama) timbul perbedaan kita sikapi dengan dewasa," kata Ketua MUI DIY Prof Machasin, saat menggelar jumpa pers di Kantor MUI DIY, Rabu (30/3/2022).
Perbedaan awal Ramadan, menurut Machasin, tak perlu untuk diperlebar. Apalagi, perbedaan terjadi karena pedoman dalam menggunakan metode hisab yaitu wujudul hilal yaitu sudah memasuki bulan selama hilal sudah ada. Sedangkan, metode hisab imkanurru'yah sudah berpendapat bahwa adanya hilal belum dianggap sampai hilal tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalender global itu masih diperdebatkan. Itu kan dasarnya bulan. Itu sulit dipastikan, tidak mesti di sebelah barat atau Timur. Kalau belum ditemukan cara yang disepakati," katanya.
Tak hanya soal perbedaan Ramadan, kata Machasin, perihal kegembiraan menyambut datangnya bulan penuh ampunan tersebut, sebaiknya disikapi dengan biasa. Tidak perlu kegembiraan yang luar biasa yang menimbulkan kebisingan.
"Soal pelantang suara, mari dimaknai untuk tidak menimbulkan kegaduhan," jelasnya.
Machasin mengajak, seluruh masjid dan mushola di DIY untuk mematuhi aturan mengenai pelantang suara tersebut dengan tertib. Seperti volume suara sebaiknya tidak lebih dari 100 desibel, kemudian suara yang menggunakan pelantang keluar sebaiknya sesuai dengan ketentuan.
"Bergembira boleh menyambut bulan Ramadan. Tapi kurangi hal-hal yang bisa menimbulkan kebisingan," jelasnya.
Ajakan lain, lanjut Machasin, perihal menahan diri dari memberikan informasi di media sosial. Itu harus dilakukan mengingat saat ini media sangat berpengaruh karena media menyasar emosional. Akibatnya, emosional menjadi teraduk-aduk.
"Puasa, ujung jari jangan untuk men-share berita," katanya.
(ahr/aku)