Curahan hati (curhat) wisatawan membeli wingko babat di Malioboro yang ternyata basi dan berjamur viral. Pengurus Paguyuban Pedagang Pelataran (Papela) Jogja hingga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X buka suara.
Curhat wisatawan itu diposting di salah satu akun grup Facebook di Jogja pada 18 Maret 2022.
"Assalamualaikum teman2 semuanya , sekedar memberi saran kepada pedagang oleh2 di teras malioboro ,dari pengalaman saya kemarin wisata ke jogja saya beli wingko sampai 9 tas, dari beberapa pedagang di teras malioboro pas ditanya bu ini wingkonya baru ndak bu, beliau2 bilangnya baru mbak masih fresh, nyatanya waktu tak buka semuanya jamuran , pdhal beli dari beberpa pedagang disitu πππ mohon banget ibuk2 sering2 cek dagangannya, kalau emang udah lama yo jangan bilang masih baru dan fresh, dan untuk pembuat wingkonya tolong diberi tanggal kadaluarsa jangan dikosongin biar pedagang dan pembeli bisa saling cek & ricek, sekian terimakasih maaf bila ada salah," tulis akun tersebut, dikutip detikJateng, Senin (21/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Postingan itu mendapat ribuan komentar netizen.
Menanggapi curhatan wisatawan yang viral itu, Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Singgih Raharjo mengatakan telah menindaklanjuti hal tersebut. Bersama dengan Dinas Koperasi dan UMKM DIY, pihaknya telah memfasilitasi Paguyuban Pedagang di Teras Malioboro I untuk berkoordinasi dan memberikan sanksi.
"Kami sudah koordinasi dengan OPD lainnya. Sudah dilakukan fasilitasi untuk membahas sanksi apa yang akan dilakukan," kata Singgih, saat dihubungi wartawan, Senin (21/3/2022).
Tindakan pedagang itu pun dinilai memperburuk citra pariwisata Jogja. Sehingga harus ada tindakan paguyuban seperti saat PKL nuthuk harga beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, Srie Nurkyatsiwi, menjelaskan pihaknya telah menempuh beberapa langkah untuk pembinaan PKL di Teras Malioboro I. Ada lima langkah yang bakal ditempuh untuk menindaklanjuti keluhan wisatawan tersebut. Di antaranya sosialisasi berjualan yang amanah.
Kemudian, menyepakati sanksi sosial berupa pemasangan stiker bagi yang melanggar (jika diperlukan), melakukan inspeksi terhadap produk yang diperdagangkan makanan kemasan, makanan olahan, pakaian, dan lainnya.
"Cek mutu dan standar. Memberikan reward pada pedagang yang tertib, omzet baik, tidak berkasus, bersih, dan kolaboratif. Memasang pengumuman agar pembeli melakukan check dan recheck sebelum transaksi terhadap mutu barang dan harga," terang Srie.
Paguyban Pedagang Pelataran (Papela) Jogja selaku paguyuban yang menaungi PKL tersebut turut angkat bicara. Pengurus Papela yang juga pedagang makanan di Teras Malioboro, Miftah, menyebut peristiwa itu di luar sepengetahuan pedagang.
Miftah menjelaskan selama ini pedagang di lantai tiga pusat PKL itu setiap hari hanya kulakan dari barang dagangan produksi produsen oleh-oleh di Kota Jogja. Dia juga membenarkan pada kemasan wingko itu tidak tertulis tanggal kedaluwarsanya.
"Kami hanya diberitahu secara lisan jika usia dagangan itu bisa bertahan lima sampai tujuh hari, dan Wingko yang dibeli wisatawan itu usianya baru tiga hari (sejak dibeli), jadi kami kira masih aman," kata Miftah, Senin (21/3).
Atas kondisi itu, lanjut dia, rekannya tak berani mengecek karena harus membuka kemasan Wingko yang sudah tersegel kemasan plastik. Selain itu, menurutnya, kondisi lapak berdagang di lantai tiga Teras Malioboro I terbilang lembab sehingga mempengaruhi kualitas makanan itu.
"Kami menduga wingko itu berjamur karena lokasi di lantai tiga tempat jualan kami lembap, karena sebelumnya kami tak pernah mengalami peristiwa seperti ini (komplain pembeli)," katanya.
Miftah lalu membandingkan era sebelum direlokasi dan berdagang di area trotoar Pasar Beringharjo, dagangan itu aman-aman saja sampai lima hari. Pihaknya pun berharap ada kebijakan dari Pemda DIY untuk menempatkan pedagang oleh-oleh di lokasi yang lebih mendukung.
"Misalnya kami ditempatkan di lantai satu, kami sangat berterima kasih karena tidak terlalu lembap dan juga putaran dagangan lebih cepat, kami tak harus lama menyimpan barang dagangan," katanya.
Di sisi lain, pihaknya sudah mengumpulkan ke-36 pedagang oleh-oleh di lantai tiga Teras Malioboro I untuk evaluasi. "Kami sudah melakukan evaluasi, agar kejadian ini tak terulang, khususnya pengecekan produk yang akan dijual," tutur dia.
Sultan Minta Pedagang Kontrol Kualitas Produknya
Sri Sultan HB X turut angkat bicara soal tanggung jawab pedagang terkait oleh-oleh wingko basi yang viral di media sosial. Sultan berharap para pedagang bisa mengontrol kualitas produknya masing-masing. Hal ini untuk menjaga citra pariwisata Jogja.
"Sekarang begitu tempatnya berbeda, yang lebih dikontrol kualitas produknya baru ketahuan. Mungkin dulu nggak tahu juga. Mungkin. Harapannya, yang punya toko itu ngecek jualan makanan," ucap Sultan di Kompleks Kepatihan, Kantor Gubernur DIY, kemarin.
Sultan mengungkapkan, bagi pedagang makanan, terutama oleh-oleh untuk memperhatikan barang dagangannya. Sebab, makanan tersebut tak tahan lama.
"Jangan mestinya njamur tetep didol (jamuran tetap dijual). Tapi mungkin yang jual pun nggak ngecek. Makananan seperti itu kadang nggak tahan lama," jelasnya.
Sultan menyebut pembinaan terhadap pedagang di Teras Malioboro I dan II sudah dilakukan sejak awal saat proses verifikasi Dinas Koperasi dan UMKM. Sultan pun mengingatkan para pedagang agar mengecek barang dagangannya.
"Jenis jualannya saja di Teras itu sudah berbeda daripada waktu masih di sepanjang Malioboro. Mestinya mereka juga meningkatkan servis, meningkatkan mutu yang dijual, kalau njamur kan berarti tidak memenuhi standar, mestinya yang ngontrol ya dirinya sendiri," tegas Sultan.
(ams/ams)