Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menyebut ada belasan ternak sapi dan kambing mati akibat antraks. Penjualan ternak di pasar hewan pun mengalami penurunan meski tidak signifikan.
"Sementara ini sudah mulai kelihatan penurunannya. Kemarin kita lihat di pasar Semanu ada penurunan, tapi belum (signifikan)," kata Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul Kelik Yuniantoro saat ditemui detikJateng di kantornya, Jumat (4/2/2022).
Pemilik tempat pemotongan hewan (TPH) di Kapanewon Semanu, Sutiyem, membenarkan jumlah hewan yang dia sembelih berkurang dibandingkan sebelumnya. "Pelanggan kami paling banyak pedagang bakso. Beberapa hari terakhir permintaan dari mereka menurun tapi sedikit," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut pemilik TPH lain, Suwardi, ada kekhawatiran dari pelanggannya sejak kasus antraks mengemuka. "Semoga ada sosialisasi terus menerus bahwa daging di Gunungkidul aman," ujarnya.
![]() |
Awal Munculnya Antraks
Senin pekan lalu (31/1), Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengimbau masyarakat agar tidak panik dalam menyikapi munculnya antraks. "Yang jelas di Gunungkidul dengan antraks ini betul, positif ada, ternak ya. Tapi tidak usah khawatir. Semua ada obatnya," kata Sunaryanta.
Kepala BBVet Wates Hendra Wibawa mengamini pernyataan Sunaryanta. "Seperti disampaikan Bupati, pada hewan memang sudah terkonfirmasi bakteri antraks," kata Hendra, Senin (31/1).
Dari hasil investigasi BBVet Wates dan Dinas Peternakan Hewan Gunungkidul, Hendra menyebutkan total ada 11 sapi dan 4 kambing yang mati di Kapanewon Ponjong dan Gedangsari.
Sementara itu, Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan, selain 15 ternak mati karena antraks, ada 23 orang yang memiliki gejala menyerupai antraks. Sampel dari 23 orang itu dikirim ke BBVet Bogor.
Baca juga: Viral Tempias Hujan Genangi Teras Malioboro |
"Yang memiliki gejala suspek kita ambil di Ponjong ada 13 orang, di Gedangsari ada 10 orang. Mereka bergejala semua, terutama kulit melepuh-melepuh, ciri khas mirip antraks," ucapnya.
Dari 23 orang tersebut, 1 dirawat di RSUD Wonosari. Sedangkan 22 orang lainnya menjalani rawat jalan dengan monitoring ketat. Tak lama berselang, ada 3 warga di Gedangsari yang mengalami gejala serupa.
Sehingga total saat ini ada 26 warga yang terkena gejala tersebut. Namun, hasil uji sampel mereka belum keluar. "Kita kerjasama dengan RT, Lurah, Dukuh, mengamati adakah yang bertambah (dari kalangan warga). Kalau 2 x 60 hari tidak ada tambahan, berarti aman," ujar Dewi.
(dil/ahr)