PT Pertamina terus mendorong penggunaan energi bersih lewat produk terbaru mereka, Pertamax Green 95. BBM ini dinilai lebih ramah lingkungan karena mengandung bioetanol dari tebu.
"Pertamax Green ini bentuk nyata komitmen kami dalam mendukung produksi energi nasional, khususnya transisi untuk energi baru dan terbarukan dan energi ramah lingkungan," kata Area Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan kepada wartawan, Rabu (30/7/2025).
![]() |
Ia menerangkan, Pertamax Green 95 memiliki kandungan bioetanol 5 persen yang berasal dari molase tebu yang diproduksi petani dalam negeri, kebanyakan dari petani di Jawa Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, penggunaan oktan tinggi dalam Pertamax Green tidak hanya meningkatkan performa mesin kendaraan, tapi juga berdampak pada emisi gas buang yang lebih rendah. Oleh karenanya, produk ini dinilai lebih ramah lingkungan dibanding BBM konvensional.
"Misal kendaraan spesifikasinya 90 atau 92, lalu dikasih Pertamax Green yang oktannya 95, maka pembakaran mesinnya tidak perlu terlalu ngoyo. Performanya akan semakin bagus, gas buangnya lebih kecil, lebih ramah lingkungan," tuturnya.
Taufiq menyebut, tren penggunaan Pertamax Green juga mulai diikuti oleh pengemudi ojek daring, khususnya di wilayah Jogja.
"Fun fact-nya, tren ini sudah menular dari Jakarta, kemudian di Surabaya, menular ke Semarang dan sudah mulai terlihat geliatnya di Jogja, konsumsinya malah 50 persennya ojol," ungkapnya.
"Ini membuktikan, konsumen dengan perhitungan ekonomi untuk menjalankan kegiatan usahanya itu memilih malah konsumsi Pertamax Green 95," lanjutnya.
Taufiq mengatakan, Pertamax Green 95 saat ini tersedia di enam SPBU di Jateng-DIY, masing-masing tiga di Semarang, dua di Jogja, dan satu di Solo. Namun, antusiasme yang tinggi membuat Pertamina akan segera menambah dua SPBU lagi di Jogja.
"Kemarin saya ke Jogja, antrean Pertalite malah lebih pendek dibandingkan Pertamax. Artinya, masyarakat lebih sadar menggunakan BBM berkualitas dan ramah lingkungan. Itu anomali yang terjadi di Jogja," kata Taufiq.
"Akan ada tambahan dua outlet lagi di Jogja. Ini sebagai bentuk antusiasme masyarakat yang luar biasa terhadap Pertamax Green," lanjutnya.
Tambahan SPBU diperkirakan mulai beroperasi akhir Juli atau awal Agustus. Ia menegaskan, tak ada kendala terkait pasokan Pertamax Green. Bahan baku utama bioetanol yakni tebu, dipasok dari Jawa Timur melalui PTPN XI. Dalam jangka panjang, petani tebu di wilayah Jogja seperti Bantul juga bisa ikut terlibat.
"Kita ingin di saat yang sama, masyarakat itu menggunakan BBM ramah lingkungan dan memberdayakan petani tebu yang menjadi kebanggaan nasional kita. Sementara yang dilibatkan petani dari Jawa Timur karena produsen terbesar tebu itu dari Jawa Timur, tapi nanti kalau demand-nya semakin meluas, kita tidak lupa bahwa Jogja juga punya sentra tebu," tuturnya.
Dengan harga yang hanya selisih Rp 250 dari Pertamax Turbo, Pertamax Green menyasar pasar menengah ke atas yang peduli terhadap kualitas mesin dan lingkungan, tetapi tetap realistis dalam menghitung efisiensi.
(rih/dil)