Profesi sebagai pendamping warga penyandang disabilitas kini dilakoni Haryono, warga Dukuh Keposong RT 02/03, Desa Keposong, Tamansari, Boyolali. Mantan marketing bengkel itu menjadi pendamping penyandang disabilitas di Sekolah Tani Rakyat Pandawa Patra.
Ditemui di green house Pandawa Patra, Haryono menjelaskan pertanian dan peternakan yang dikelola bersama penyandang disabilitas. Sekolah Tani yang dikelola bersama Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah itu mengangkat integrated farming atau pertanian terintegrasi.
Salah satu yang diajarkan yakni menanam selada dengan metode hidroponik. Selain itu ada peternakan kambing yang kotorannya bisa diolah menjadi pupuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Haryono menceritakan, dirinya memulai dari nol untuk belajar pertanian dan peternakan. Kini, dirinya sudah bisa mendampingi 30 penyandang disabilitas di Kecamatan Tamansari, Boyolali.
"Dulu itu pengusaha di bengkel resmi, di sana jadi marketing. Lalu keluar lada tahun 2018," katanya ditemui di green house Pandawa Patra, Boyolali, Senin (28/7/2025).
Dirinya mengaku ingin mengabdikan diri ke masyarakat. Setelah keluar dari pekerjaan lamanya, Haryono membeli sebuah ambulans untuk membantu warga secara gratis.
"Mau nebus dosa, akhirnya beli ambulans dulu awal bergerak di bidang sosial. Lalu ketemu warga disabilitas yang dimarjinalkan," ungkapnya.
Dari situ, dirinya mulai belajar bertani dengan tanaman hidroponik. Tahun 2021, Haryono bertemu dengan Pertamina dan diberikan dukungan untuk pemberdayaan warga disabilitas melalui pertanian dan peternakan.
Kini sudah ada 30 penyandang disabilitas yang tergabung dalam Sekolah Tani Rakyat Pandawa Patra. Hasil pertaniannya juga sudah mulai membuahkan hasil.
"Salah satu pertanian selada ini sudah dipanen. Untuk selada kita kirim ke Solo untuk sektor restoran. Selada hidroponik ini mempunyai keunggulan dibanding selada tanah, salah satunya pada harganya yang relatif stabil," terangnya.
Ia mengatakan untuk harga selada hidroponik dijual dengan harga Rp 17 ribu per kilogram. Sedangkan harga selada tanah bisa mencapai Rp 43 ribu per kilogram.
"Tentunya juga kita tidak menggunakan bahan kimia pestisida," bebernya.
Haryono menyebut bahwa 30 penyandang disabilitas mayoritas tuna daksa dan ada satu tuna netra. "Ada empat yang dari keluarga rentan kita berdayakan," ucapnya.
Salah satu penyandang disabilitas, Bagas Supriyanto, mengaku senang bergabung dalam Sekolah Tani Rakyat Pandawa Patra. Ia mengaku belajar mengenai hidroponik dengan didampingi ibunya, Martuti.
"Senang, di sini belajar hidroponik, sekolahnya di SLB Boyolali," ucapnya.
Ia mengatakan bergabung di Sekolah Tani Rakyat sejak tahun 2022. "(Diajari) cara merawat tanaman, merawat hewan. Di sini kita memelihara kambing," bebernya.
Sementara itu, Fuel Terminal Manager Boyolali, Yulesia Pasalbessy, mengatakan Pandawa Patra merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Patra Niaga. Program tersebut merupakan kepedulian Pertamina terhadap penyandang disabilitas.
"Ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Pertamina khususnya Fuel Boyolali terkait program CSR kami farming Pandawa Patra sekolah tani rakyat yang fokus penyandang disabilitas," ungkapnya.
Ia mengatakan pendampingan integrated farming tidak hanya pada tanaman hidroponik, melainkan juga pada pembibitan dan peternakan.
"Ini integrated farming tidak hanya hidroponik tapi juga pembibitan dan peternakan, serta biogas sendiri. Bentuk bantuan dari kami selain anggaran juga fokus pengembangan di Pandawa Patra," pungkasnya.
(aku/dil)