Banyaknya warga Wonosobo yang menjadi pekerja migran menjadi perhatian Bupati Afif Nurhidayat. Tak mau warganya menjadi korban penipuan, Afif pun menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur hulu hingga hilir terkait tenaga migran.
Aturan tersebut tertuang dalam Perda Kabupaten Wonosobo nomor 6 tahun 2024 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Upaya Pemkab Wonosobo ini pun diakui Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) dnegan menetapkan tiga desa di Wonosobo sebagai Desa Migran Emas (edukatif, maju, aman, dan sejahtera).
Tiga desa yang ditetapkan sebagai Desa Emas yakni Desa Jlamprong Kecamatan Leksono, Desa Kuripan Kecamatan Watumalang, dan Desa Margosari Kecamatan Sukoharjo. Penetapan Desa Emas ini dihadiri Menteri P2MI Abdul Kadir Karding pada 25 Juni 2025 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebetulan Wonosobo ini kan salah satu pengirim tenaga kerja ke luar negeri yang cukup besar. Jika dibandingkan Temanggung, Banjarnegara, warga Wonosobo ini banyak yang bekerja di luar negeri. Makanya penting sekali untuk menguatkan perlindungan bagi tenaga migran," ujar Afif saat ditemui di Wonosobo, Rabu (16/7/2025).
Afif mengatakan lewat Perda tersebut, perlindungan buruh migran dilakukan menyeluruh. Mulai dari hulu yakni sebelum berangkat bekerja hingga hilir atau setelah pulang dari luar negeri.
"Pelindungan itu kita mulai dari hulu sampai hilir. Hulu itu mulai dari pemberangkatan, saya tidak ingin bahwa ada warga Wonosobo yang ingin bekerja di luar negeri menggunakan sarana yang salah," kata dia.
Ia menegaskan perlindungan di bagian hulu menjadi poin penting dalam perlindungan tenaga migran. Hal ini untuk mencegah agar tak ada warganya yang menjadi buruh migran lewat jalur ilegal.
"Hulu ini menjadi kunci. Jangan sampai menggunakan sarana yang salah karena iming-iming gaji, dan pinter-pinternya sponsor, sehingga akhirnya ilegal. Sampai di sana ditolak, dikembalikan, dideportasi," ujar dia.
Oleh karena itu, Pemkab Wonosobo memberikan pembekalan terhadap warganya yang menjadi buruh migran. Di antaranya lewat pelatihan keterampilan.
"Dari hulunya harus kita siapkan bahwa anak yang mau berangkat ke luar negeri benar-benar punya skill. Kita punya lembaga, ada juga dinas tenaga kerja dan teman-teman eks migran yang membantu kita," jelas Afif.
Dengan adanya pelatihan itu diharapkan para buruh migran sudah memiliki bekal untuk bekerja. Nantinya, saat kembali ke kampung halaman para buruh migran itu bisa membagikan pengalamannya.
"Mereka sudah meninggalkan rumah, meninggalkan keluarga, hasilnya yang berkah. Jadi jangan sampai mereka bekerja di luar negeri, duitnya habis di rumah untuk keperluan yang lain. Kita kawal berangkatnya, sampai di sana, sampai saat pulang," tegasnya.
Ditemui terpisah, Kepala Jlamprang, Sulaiman mengatakan banyak warganya yang menjadi tenaga migran. Tercatat ada 186 orang, dan 82 orang di antaranya masih aktif bekerja di luar negeri.
"Di sini memang cukup banyak yang kerja di luar negeri. Ada 186 orang dan 82 di antaranya masih di sana. Rata-rata itu kerja di Jepang, Hongkong, Taiwan, dan Turki," ujar Sulaiman.
Sulaiman menyampaikan eks tenaga migran yang sudah pulang ke kampung halaman diberi berbagai pelatihan. Harapannya mereka bisa mandiri secara ekonomi.
"Ada beberapa pelatihan seperti membatik, pembuatan makanan olahan, dan pelatihan UMKM. Bulan Mei lalu, kami kirim 20 warga untuk pelatihan membatik. Jadi harapannya mereka dan keluarganya bisa mandiri secara ekonomi," pungkasnya.
(ams/apu)