Detik-detik Aipda Robig Tembak Gamma Diungkap Saksi di Sidang Etik

Detik-detik Aipda Robig Tembak Gamma Diungkap Saksi di Sidang Etik

Tim detikJateng - detikJateng
Selasa, 10 Des 2024 15:31 WIB
Aipda Robig masuk ruang sidang etik Polda Jateng, Senin (9/12/2024).
Aipda Robig masuk ruang sidang etik Polda Jateng, Senin (9/12/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng.
Solo -

Pelaku penembakan siswa SMKN 4 Semarang, Gamma yakni Aipda Robig sudah ditetapkan sebagai tersangka. Tidak hanya itu, melalui sidang etik yang digelar kemarin, Robig juga diputuskan diberhentikan tidak dengan hormat (PTDH).

Polisi masih melakukan penyelidikan dan penyidikan terkait kasus yang menewaskan anggota paskibraka tersebut. Salah seorang teman Gamma yang turun menjadi korban penembakan, inisial A (18) mengungkap detik-detik penembakan terjadi.

A mengatakan, penembakan itu terjadi di Jalan Candi Penataran, Semarang, Minggu (24/11) dini hari. Saat itu dirinya juga mengalami luka di dada karena terserempet peluru. Sedangkan Gamma meninggal usai pinggulnya tertembus peluru. Satu korban lainnya yakni S mengalami luka di tangan kirinya. Ketiganya merupakan siswa SMKN 4 Semarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum kejadian, A menerangkan, sore hari dia bersama S dan Gamma mengikuti latihan Paskibra. A tidak mengungkap secara detail lokasi mereka berlatih. Usai latihan, mereka bubar.

Malam harinya, ketiganya kembali berkumpul lagi untuk makan dan nongkrong di salah satu warung yang ada di sekitar lokasi penembakan. Total ada tujuh orang saat itu, termasuk A, S, dan Gamma. Mereka naik tiga motor. A juga membantah pernyataan polisi yang mengatakan malam itu dia hendak tawuran bersama Gamma.

ADVERTISEMENT

"Itu kan sorenya habis melatih (Paskibra). (Setelah selesai latihan) Terus pulang dulu. Habis Isya baru keluar, main di tongkrongan, nama tempatnya nggak tahu. Di sekitar situ juga," ujar A di SMKN 4 Semarang, Kecamatan Semarang Selatan, Senin (9/12/2024).

Usai nongkrong, mereka lalu berniat kembali ke rumah. Dalam perjalanan pulang itu, A memboncengkan S. Sedangkan Gamma diboncengkan oleh teman yang lain. Di tengah perjalanan, A kaget ketika melihat ada orang yang tiba-tiba menodongkan pistol ke arahnya.

"Pertama (motor) kita iring-iringan, terus lihat ada yang nodong, terus pada kenceng (bawa motornya). Saat itu kita mau pulang," ujar A.

"Tiga motor (masing-masing berboncengan) 3, 2, 2. Gamma (ikut) motor pertama. Motor kedua temannya S. Saya (memboncengkan S) motor ketiga, posisi paling belakang," lanjut dia.

Belakangan terungkap jika orang yang menodongkan pistol itu adalah Aipda Robig Zaenudin, anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang.

"(Ketemu polisi di tengah jalan?) Iya, kaget itu, (polisi) langsung nodong kok. Saya posisi ketembak kan tangan satu. (Nahan sakit?) Iya. Habis ketembak, dor, langsung lemes," tutur A.

A menjelaskan, saat itu Aipda Robig berada di tengah jalan dan menodongkan pistolnya ke arah dirinya dan Gamma. Menurutnya, Aipda Robig menghadang di sisi kanan A dan teman-temannya.

"(Polisi pas nodong teriak sesuatu?) Nggak ada, nggak ada, langsung dor, dor, langsung aja. Kaget," ujar A.

A mengatakan, salah satu peluru yang ditembakkan Aipda Robig itu menyerempet dadanya lalu mengenai tangan S yang dia boncengkan.

Usai tertembak, A mengaku langsung pulang ke rumah dan tidur. Setelah itu ia mendapat jahitan di dada kirinya.

"S (juga posisinya) sadar, cuma nggak tahu kalau pelurunya masuk, dikiranya cuma efek samping. Tapi saya sadar saya kena peluru, saya mikir, masuk nggak ya (pelurunya). Pelurunya sama, nyerempet (dada saya) terus masuk ke tangan S yang saat itu di pundak saya," urai A.

"(Habis itu nggak ke RS?) Pulang dulu, ganti baju, tidur. Soalnya habis itu nganter S ke temannya. Sampai pagi nggak tahu kabar, tiba-tiba mau Maghrib tahu-tahu (Gamma) sudah meninggal," imbuhnya.

Usai kejadian itu, A mengatakan, pada Senin (25/11), rumahnya didatangi pihak kepolisian yang memintanya dirinya untuk bertemu di minimarket. Saat polisi datang ke rumahnya, A sedang bermain ke salah satu mal di Kota Semarang.

"Terus (saya) ditelepon adik. Adik saya itu ternyata posisi HP-nya dipegang polisi, polisi datang ke rumah. Posisi pas tidak ada orang tua itu polisi ke rumah. Adik saya kelas 3 SMP," ujar A.

"Akhirnya saya diajak ketemuan di Indomart BSB, ya sudah saya temuin. Awalnya saya mau dimintai keterangan. Terus ternyata rekonstruksi itu. Saya katanya mau dijadiin saksi," sambungnya.

Selengkapnya di halaman berikutnya....

Kemudian pada Selasa (26/11), saat A hendak berangkat magang, tiba-tiba dia diminta ke Mapolrestabes Semarang. Dalam posisi sudah mengenakan seragam sekolah, A pun datang ke Mapolrestabes Semarang.

"Saya tidak didampingi, sendirian saja, tidak dijemput. Jadi saya posisi mau magang, terus disuruh ke Polrestabes, saya datang. Katanya mau dimintai keterangan, sampai sana malah diajak prarekonstruksi," bebernya.

Saat prarekonstruksi berlangsung, A mengaku berada di dalam mobil sehingga dirinya tidak tahu bagaimana jalannya prarekonstruksi yang dilakukan oleh pihak Polrestabes Semarang. Usai prarekonstruksi, handphone milik A disita polisi.

"Waktu prarekonstruksi saya tidak tahu, tidak paham karena saya dimasukkan ke mobil. Tidak lihat," terangnya.

"(Hp) Saya kumpulkan saja karena memang tidak ada apa-apa, tidak panik atau kenapa. Tapi ya memang tidak ada apa-apa," imbuhnya.



Hide Ads