Ekspresi Pengasuh Bejat Ponpes Batang Ditanya Jika Anak Gadisnya Diperkosa

Ekspresi Pengasuh Bejat Ponpes Batang Ditanya Jika Anak Gadisnya Diperkosa

Aditya Mardiastuti - detikJateng
Rabu, 12 Apr 2023 11:07 WIB
Pengasuh ponpes di Batang, Jateng cabuli dan perkosa belasan santriwati saat gelar kasus, Selasa (11/4/2023).
Pengasuh ponpes di Batang, Jateng cabuli dan perkosa belasan santriwati saat gelar kasus, Selasa (11/4/2023). Foto: Robby Bernardi/detikJateng
Solo -

Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) di Bandar, Batang, Wildan Masyuri (57) tega mencabuli dan memperkosa belasan santriwatinya. Wildan pun mengaku memiliki anak gadis. Seperti apa ekspresinya?

Wildan dihadirkan dalam jumpa pers di Mapolres Batang, Selasa (11/4/2023). Dengan mengenakan baju tahanan berwarna oranye, Wildan dihadapkan ke publik dan ditanya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi.

Selama rilis berlangsung pria paruh baya itu tampak sesekali menunduk. Namun, dia sempat tersenyum dan tertawa saat ditanya Ganjar dan Luthfi soal aksinya yang selama ini tak diketahui istrinya itu. Karena tawanya itu, Luthfi sempat menegur pelaku agar tidak tertawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ganjar juga sempat bertanya apakah Wildan memiliki anak perempuan. Hal ini diiyakan oleh Wildan.

"Ada," kata Wildan seperti dikutip dari video yang diunggah Ganjar di Twitternya @ganjarpranowo.

ADVERTISEMENT

"Kalau anak perempuan Anda digitukan orang juga ikhlas?" tanya Ganjar.

"Mboten (Tidak)," jawab Wildan singkat sembari menunduk.

Wildan lalu ditanya soal pekerjaannya sehari-hari. Dia pun mengaku mengajar mengaji.

"Mulang (mengajar) ngaji," jawabnya.

"Itu menurut ajaran agama benar atau tidak?" tanya Ganjar.

"Mboten," jawab Wildan singkat.

Wildan pun hanya menjawab sepotong-sepotong pertanyaan yang diberikan kepadanya. Dia mengaku terlupa.

"Saya terlupa. (Korban) ada 15-an," ujar Wildan dengan suara lirih.

Usai mengikuti jumpa pers, pengasuh ponpes cabul ini lalu digiring kembali ke ruang tahanan. Saat ditanya wartawan, Wildan tak memberikan jawaban.

Penjelasan Kapolda Jateng

Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi menerangkan hingga saat ini ada sekitar 14 santriwati yang melapor menjadi korban Wildan. Aksi bejat tersangka ini dilakukan dengan mengiming-imingi korbannya dengan dalih 'karomah'.

"Modus operandi pelaku, santriwati ini pagi hari anaknya diajak ke kantin dan TKP-TKP yang lain, untuk diajak bersetubuh dengan jalan dijanjikan dapat karomah dari yang dikira kiainya itu," ujar Luthfi.

Selengkapnya di halaman berikut.

Simak juga Video: Safari Politik di NTB, Anies Sambangi Ponpes Yatofa di Lombok Tengah

[Gambas:Video 20detik]




Luthfi menerangkan agar korban terbujuk, pelaku juga melakukan prosesi layaknya ijab kabul. Namun tanpa saksi.

"Setelah dijanjikan bakal mendapat 'karomah', tersangka melakukan ijab-kabul. Setelah sah, menurut pelaku, korban kemudian disetubuhi. Usai disetubuhi, korban ini diberi uang jajan," katanya.

Para santriwati yang sudah didoktrin patuh ini dilarang melapor kepada orang tuanya. Mereka lalu diberi uang jajan.

"Jadi, santriwati yang sudah didoktrin 'manut' sama kiai dan tidak berani mengadu. Kasus ini tentunya menjadi perhatian publik dan menjadi isu nasional, ini yang harus menjadi perhatian kita semua, khususnya yang menimpa anak-anak yang masih di bawah umur," katanya.

Perbuatan bejat ini dilakukan tersangka sejak 2019 atau sejak ponpes ini terisi santriwati. Dari 14 korban yang melapor, delapan orang di antaranya dipastikan sudah diperkosa tersangka.

Atas perbuatannya tersangka dijerat Undang-Undang Nomor 23 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.

"Akan tetapi, karena perbuatan tersangka ini berulang-ulang, ancaman hukuman bisa 15 tahun dan paling lama 20 tahun penjara," ujar Lutfhi.

Halaman 2 dari 2
(ams/aku)


Hide Ads