Perkelahian dua santri di Pondok Pesantren AH di Kabupaten Grobogan menewaskan satu orang. Begini cerita teman soal perkelahian maut itu dan kata guru tentang korban.
Untuk diketahui, perkelahian melibatkan santri inisial TN (14) dan MQH (13).
"Kami tahunya kemarin (Minggu) saat pak polisi datang memeriksa kamar. Santri di sini bebas mau tidur di kamar mana saja. Dan TN juga sekamar dengan MQ awalnya mereka berkelahi dan kami lihat dia (TN) sempat terjatuh," kata salah satu rekan korban TN saat ditemui detikJateng di ponpes yang berada di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Senin (16/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai terjatuh, lanjutnya, santri lainnya kebingungan lantaran TN tidak sadarkan diri. TN sempat dibangunkan berkali-kali tapi tidak ada respons.
Selang beberapa waktu kemudian mereka pun memanggil Lurah Ponpes untuk melaporkan kejadian ini. Sampai akhirnya dilaporkan ke pengelola Ponpes dan korban pun dibawa ke Puskesmas Kradenan 1 yang berjarak sekitar satu kilometer.
"Awalnya dibangunkan tapi (korban) diam saja. Sampai bikin takut dan kami laporan ke Lurah Ponpes," lanjutnya.
Baginya, korban merupakan orang baik dan dikenal supel sama teman santri lain. Tak hanya korban, pelaku juga dikenal baik dan suka bercanda. Ia tak mengetahui alasan keduanya berkelahi.
Sementara itu saat detikJateng mendatangi lokasi kejadian, tak ada petugas yang berada di kantor Ponpes siang ini. Sejumlah guru MTs dan MA yang berada satu kompleks dengan Ponpes juga tidak berkomentar banyak terkait kasus meninggalnya TN.
Salah satu guru MTs, Indah, menyebutkan bahwa Jumat (13/1) ia sempat mengajar TN dan kawan-kawannya di Kelas VIII. Di matanya, TN merupakan anak yang baik dengan rekan-rekannya.
"Kalau menurut saya dia (korban) anak yang baik sama seperti murid lainnya. Prestasi rata-rata dan anak juga tidak nakal atau bertingkah. Saya rasa baik dan supel," ucap Indah saat ditemui detikJateng.
Diberitakan sebelumnya, kasus perkelahian antar-santri di Pondok Pesantren AH di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, masih diselidiki polisi. Dalam penyelidikan awal, polisi menyebut korban TN meninggal dunia dengan menderita lima pukulan.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Dalam penyelidikan awal ada 5 pukulan di bagian belakang tubuh korban. Tiga mengenai punggung dan dua mengenai kepala bagian belakang korban. Selanjutnya korban tergeletak dan dilaporkan ke pengelola santri hingga akhirnya dilarikan ke puskesmas," jelas Kapolsek Kradenan, AKP Sunarto kepada detikJateng, Minggu (15/1).
Korban dinyatakan meninggal dunia sebelum tiba di Puskesmas Brati 1. Petugas medis kemudian melaporkan kejadian ini ke Polsek Kradenan.
"Usai menerima laporan dari tim medis selanjutnya petugas Satreskrim Polsek datang ke Puskesmas dan memberikan pemeriksaan awal. Sampai akhirnya ditemukan kejanggalan dan mengembangkan kasus ini dengan memeriksa sejumlah saksi dan Tim Inafis melakukan olah TKP," lanjut Sunarto.
Sunarto menjelaskan dari pemeriksaan awal dan olah TKP, polisi menemukan beberapa kejanggalan. Di antaranya yakni luka dan keterangan saksi yang menyebutkan bahwa korban berkelahi bersama MQH (13) rekan sesama santri. Bahkan disebutkan juga, korban sudah tergeletak usai menerima sejumlah pukulan dari pelaku.
"Awalnya korban dan pelaku itu bercanda. Tapi mereka justru berkelahi dan korban menerima lima pukulan di bagian punggung tiga kali dan bagian kepala belakang dua kali sampai akhirnya korban tergeletak. Kita masih selidiki lebih lanjut dan pelaku bersama tiga saksi sudah diperiksa," pungkas Sunarto.
Ikuti berita menarik lainnya dari detikJateng di Google News.