Korban pencabulan guru ngaji di Batang terus bertambah. Hingga hari ini jumlah yang melapor ke polisi mencapai 21 anak yang tersebar di tiga kelurahan.
Pantauan detikJateng di Mapolres Batang, Sabtu (7/1/2023), 12 keluarga melapor anaknya menjadi korban pencabulan guru ngaji berinisial M (28) itu. Tambahan ini membuat total ada 21 korban yang melapor polisi.
Kasat Reskrim Polres Batang, AKP Yorisa Prabowo, membenarkan pihaknya menerima tambahan laporan 12 korban, hari ini. "Tadi jumlah yang melapor terbaru ada 12 korban. Korban didampingi orang tuanya melapor setelah visum di rumah sakit. Jadi, sampai Sabtu siang ini jumlahnya total 21," ungkap Yorisa kepada detikJateng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita akan masih menerima laporan para korban," kata Yorisa.
Ia mengungkapkan, dari 12 korban tersebut tidak semuanya berada di satu wilayah kelurahan saja. "Ya tadi ada korban, yang tidak saja dari satu kelurahan," katanya.
Sementara itu, Dimas Adi Pamungkas (42), dari LSM Trinusa yang mendampingi para korban, menjelaskan, hari ini pihaknya mengantar 12 korban untuk melapor ke polisi. Ia mengungkap luasan wilayah korban meluas hingga tiga kelurahan berbeda.
"Untuk hari ini penambahan korban ada 12 anak yang benar-benar dilakukan sodomi oleh saudara M, yang kita antar laporan ke unit (PPA), " ujar Dimas.
Dimas menyebut masih banyak korban yang belum melapor. Pihaknya menduga jumlah korban mencapai 30-an anak dengan usia di bawah 15 tahun.
"Untuk orang tua baru mengetahuinya baru adanya muncul isu kabar itu. Masih banyak yang belum melapor. Disinyalir kurang lebih ada 30, lebih dari 30 anak, rentang usia 15 tahun ke bawah, menyebar di tiga wilayah kelurahan tadi," katanya.
Sebelumnya diberitakan, seorang guru ngaji di Kabupaten Batang, ditangkap polisi atas dugaan pencabulan terhadap sejumlah santrinya. Pria berinisial M itu sudah ditetapkan tersangka.
"Kita telah meningkatkan status dari pelaku ke tersangka pada M. Masih dilakukan pemeriksaan intensif oleh kita," jelas Kasat Reskrim Polres Batang, AKP Yorisa Prabowo, kepada detikJateng di kantornya, Jumat (6/1).
Yorisa mengungkapkan hasil pemeriksaan sementara, pelaku mengaku melakukan kekerasan seksual terhadap sembilan santrinya. Aksi bejat itu dilakukan di luar jam mengajar sebagai guru ngaji dan guru rebana.
"Pengakuannya cukup alot dan berbelit-belit. Tapi sementara ini, diakui sembilan anak. Berdasarkan keterangan pelaku, dari sembilan orang ini berbeda perlakuannya," jelasnya.
(aku/ams)