Belasan bocah lelaki di Kabupaten Batang diduga menjadi korban pencabulan oleh oknum guru ngaji mereka. Dugaan pencabulan itu sudah berlangsung cukup lama. Setelah terbongkar, sejumlah orang tuanya mengadu ke Mapolres Batang, Kamis (5/1).
Pantauan detikJateng, sejumlah orang tua itu mengadukan oknum guru ngaji berinisial M (28) warga kota Batang. Sebelumnya mereka beramai-ramai ke RSUD Batang untuk keperluan visum anaknya.
Terungkapnya dugaan pencabulan oleh oknum guru ngaji yang juga guru rebana di Batang ini bermula dari salah satu korban yang mengeluh kepada orang tuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah ditelusuri, belasan santri lain yang belajar mengaji pada guru tersebut juga mengaku menerima perlakuan yang sama. Salah satu orang tua korban yang mengaku baru mengetahui peristiwa yang dialami anaknya pada Rabu (4/1).
"Saya baru tahu kemarin siang. Ketahuannya ya dari gunjingan kampung. Ngecek anak, ditanya sama ibunya, ya memang dilakukan seperti itu," katanya saat ditemui di RSUD Kalisari untuk mengantarkan anaknya visum.
"Ya itu nguru ngaji sama guru rebana. Sekolah sore, tapi untuk pengajaran di luar madin, itu di luar madin yayasan itu, di masjid dan musala," imbuh dia.
Menurutnya pengakuan anaknya, ayah korban mengatakan perbuatan cabul itu terjadi sejak lama. Selain membujuk rayu dengan iming-iming, oknum tersebut juga sering memaksa. "Katanya (diiming-iming) jajan. Sebagian ada ancaman," ucapnya.
Awalnya pihak para orang tua tidak mempercayai hal itu. Sebab oknum itu dikenal sebagai guru ngaji dan guru rebana.
Hal yang sama dikatakan seorang orang tua korban lainnya. "Baru tahu kemarin. Kemarin saya mendengar dari orang-orang yang bilang itu. Ya awalnya tidak percaya, orangnya kan ustaz," ujarnya.
Dia saat itu lalu bertanya kepada anaknya kemarin malam. Kebetulan dua anak lelakinya mengaji pada oknum tersebut.
"Waktu ditanya semalem nggak jelas sih, bilangnya nggak ingat, nggak ingat, mungkin takut. Saya dua anak, ya kakak adik. (Pelaku) Tetangga," ucapnya.
Didampingi Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) Trinusa, para orang tua korban itu melaporkan ke Polres Batang.
"Ketahuannya sekitar dua atau tiga hari lalu saat ada seorang anak yang mengaku pada orang tuanya jadi korban pelecehan seksual, sodomi oleh guru ngajinya," kata Edi Santoso dari LSM Trinusa saat ditemui di RSUD Batang, Kamis (5/1).
Menurut penelusuran Edi, perbuatan itu terjadi sejak tiga tahun terakhir. Korbannya rata-rata bocah lelaki yang masih SD.
Penjelasan Kapolres Batang di halaman selanjutnya.
"Sebagian korban yang sudah kita himpun ada 15 anak, itu pun masih ada sebagian yang belum melapor ke kita. Perkiraan korban ada 30-an anak, untuk yang lapor resmi baru empat," kata Edi.
Edi menambahkan, M sudah tidak mengajar mengaji sejak dua hari ini karena kabur.
Kasat Reskrim Polres Batang AKP Yorisa Prabowo membenarkan pihaknya telah menerima aduan para korban. Namun dari dugaan jumlah korban sampai belasan itu, pihaknya baru menerima empat aduan resmi.
"Berdasarkan aduan dari para korban, yaitu korban melaporkan disodomi oleh pelaku. Saat ini kami baru terima empat aduan dari korban yang didampingi orang tuanya. Tidak menutup kemungkinan banyak yang menyusul (melapor). Kami arahkan untuk visum," kata Yorisa di Mapolres Batang, Kamis (5/1).
Menerima aduan tersebut, Yorisa menyatakan akan menyelidiki kasus tersebut. Dia juga mengimbau para korban agar tidak takut melapor ke Mapolres Batang.
Yorisa juga akan melibatkan tim psikologi Polda dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Batang untuk memberikan trauma healing kepada para korban.
"Untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka kami akan menggandeng P2TP2A kemudian dari tim trauma healing psikologi Polda," ucapnya.