Asosiasi Driver Ojol (ADO) Jawa Tengah menyampaikan pernyataan sikap terkait peristiwa pemukulan terhadap seorang driver ojol yang berujung salah satu pelakunya meninggal. Mereka juga menjelaskan kronologi kejadian dari keterangan yang mereka himpun.
Menurut ADO Jawa Tengah, peristiwa itu berawal ketika seorang driver ojol bernama Hasto dihajar dua pria bernama Kukuh dan Andi di SPBU Jalan Majapahit, Kota Semarang, pada Sabtu (24/9) sekitar pukul 16.00 WIB. Hasto yang didampingi rekan-rekan driver ojol lain kemudian melakukan visum dan melapor ke Polsek Pedurungan.
Saat berada di Polsek Pedurungan, ada informasi di kalangan driver kalau pelaku pemukulan Hasto berada di Tlogosari. Kemudian, Budi dan kawan-kawannya menghampiri Kukuh dan Adi untuk dibawa ke Polsek. Namun, Kukuh melawan dengan pisau lipat besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat sabetan senjata Kukuh, Budi mengalami luka di tangan kanan dan mulut. Sedangkan Kukuh dilempar helm hingga terjatuh. Massa kemudian mengeroyok Kukuh hingga babak belur. Beberapa jam kemudian Kukuh dinyatakan meninggal di rumah sakit.
Polrestabes Semarang awalnya menetapkan empat tersangka yaitu Budi Sarwono, Nugroho Saputro, Zaini Dahlan, dan Harlan. Kemudian status Budi diubah menjadi saksi karena ada unsur membela diri.
Sebelum Budi berstatus saksi, humas ADO Jateng, Astrid Jovanka, dan para driver ojol menggelar konferensi pers untuk menjelaskan kronologi dua kejadian yang saling berkaitan itu.
Berikut pernyataan ADO Jateng yang disampaikan Astrid:
Ada pemberitaan mengenai driver online yang mengeroyok, atau driver online melakukan pembalasan dendam. Saya akan menjelaskan kronologi, bagi teman-teman mungkin ada yang tidak tahu kronologi awal seperti apa. Karena banyaknya berita maka membuat simpang siur.
Jadi kronologi pertama hari Sabtu jam 15.45 WIB anggota kami dari roda dua mendapat kabar adanya pemukulan terhadap ojol roda dua yang bernama Hasto. Dengan sigap rekan-rekan kami roda dua cek kondisi beliau.
Satu, kita cek ya, bukan melakukan tindakan lain, cek kondisi beliau Bapak Hasto. Kami dapatkan video dengan para tersangka pemukulan yang berjumlah tiga orang. Dua di antaranya pakai jaket hitam dan satu di antaranya memakai jaket hijau bertuliskan Fila.
Sesampainya anggota kami di sana kami segera meminta rekaman CCTV ke POM bensin untuk melihat kejadian sebenarnya tapi hingga saat ini dari POM bensin belum memberikan bukti CCTV kepada kami.
Pernyataan ADO Jateng selanjutnya ada di halaman berikutnya...
Yang kedua, jam 16.15 rekan kami, korban pemukulan, Bapak Hasto dibawa untuk melakukan visum. Lalu jam 17.17 WIB, rekan kami mengetahui bahwa tersangka pemukulan ada di daerah Tlogosari, tepatnya di Naknan. Kebetulan beliau berprofesi sebagai tukang parkir. Setelah diselidiki, di daerah situ siang sebelum kejadian ada sedikit gesekan dengan teman teman kami roda dua tapi bisa diredam.
Pukul 18.18 teman kami memastikan benar tersangka tersebut ada di sana yang memakai jaket hitam. 19.30 barulah tertangkap salah satu pelaku tersangka, sedangkan yang dua kabur. Sudah jelas ya kronologinya, jadi proses terjadinya mulai 15.45 sampai 19.30.
Selanjutnya kami juga akan mengklarifikasi terjadinya pengeroyokan atau pembacokan yang kemarin-kemarin beritanya selalu menyalahkan kami roda dua, ojol yang melakukan, ojol yang kena pembacokan.
Rekan kami sudah berusaha mengajak kooperatif terhadap tersangka, yang saat ini meninggal, diajak ke polsek terkait pemukulan di POM bensin terhadap korban Bapak Hasto. Hanya saja pelaku tidak memberikan tanggapan positif, malah mengeluarkan sajam dan secara membabi buta dan mengejar rekan kami bernama Budi Sarwo.
Oleh karena itu Budi Sarwo melakukan perlawanan dan pembelaan diri, menangkis sajam yang berusaha di hujamkan tersebut dengan tangan kanan sehingga melukai tangan beliau dan mulut beliau. Secara refleks tangan kiri Pak Budi melakukan perlawanan dengan memukul helm. Lalin terjatuh tersungkur dan kaki kanan berusaha menendang pelaku korban.. Barulah terjadi pengeroyokan, pengeroyokan itu terjadi spontanitas.
Bukan kami, bukan temen-temen ojol, pengeroyokan ini tidak dilakukan hanya dengan ojol saja tapi ada masyarakat yang melintas juga. Jadi bukan serta merta rekan kami roda dua, bukan serta merta rekan kami roda empat yang melakukan pengeroyokan itu.
Jam 19.30, pelaku tersangka di Tlogosari masih hidup. Jadi kalau ada berita mati di tempat, salah! Itu hoax!
Posisi korban tersangka masih hidup, dari TKP kita bawa memang dalam keadaan mungkin sekarat kita bawa ke Polsek Pedurungan, baru setelah dari Polsek kita bawa ke RS Bhayangkara dan korban tersangka ini meninggal saat di rumah sakti, bukan di Polsek bukan di TKP.
Kesimpulannya, berita di salah satu media yang menerangkan kejadian pengeroyokan balasan itu tidak benar, justru kami dari ojol sudah berusaha koorporatif terhadap korban tersangka pengeroyokan di POM bensin dengan korban Bapak Hasto. Tapi dari korban justru melakukan perlawanan dan mengeluarkan sajam sehingga rekan kami melakukan perlawanan, pembelaan! Bukan pengeroyokan!
Adanya pengeroyokan itu spontanitas, bukan kesengajaan atau balas dendam seperti berita saat ini. Kejadian di Tlogosari ini adalah satu kesatuan. Sekali lagi, kejadian di Tlogosari adalah satu kesatuan dengan yang di POM bensin.
Saya tegaskan, tolong beritakan berita yang sebenar-benarnya, kalau tidak tahu cari narasumber yang benar. Jangan menyimpulkan sendiri jangan mengambil dari sosmed. Kejadian di Tlogosari adalah kejadian ada sebab akibat. Tapi berita yang beredar memisahkan dua kejadian sehingga menyebarkan berita dengan dua kejadian terpisah. Begitu statement konferensi pers saat ini.