Kekerasan jalanan seperti aksi klithih di Jogja, kini terjadi di Semarang. Aksi itu memakan korban tiga orang taruna Akademi Maritim Nasional Indonesia (AMNI) Semarang.
Ketiga korban menjadi sasaran pengeroyokan puluhan pemuda tanpa sebab yang jelas. Akibatnya seorang korban saat ini masih dalam kondisi kritis.
"Peristiwa ini diawali oleh berkumpulnya para pelaku ini di salah satu tempat di Kota Semarang. Mereka kemudian minum-minum alkohol kemudian mereka bersepakat keliling Kota Semarang untuk mencari musuh," kata Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar dalam gelar perkara di Malpolrestabes Semarang, Jumat (5/8).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa itu terjadi pada Minggu (31/7) pukul 01.00 WIB. Pembacokan awal terjadi di sekitar lampu merah MT Haryono, Kota Semarang.
Saat itu, korban yang baru pulang makan nasi goreng, tiba-tiba diserang diteriaki oleh para pelaku yang menggunakan 11 motor. Karena dikira temannya, korban pun sempat memperlambat laju motornya.
"Yang (kemudian) terjadi adalah mereka dikeroyok bahkan dibacok menggunakan celurit, dipukul menggunakan alat-alat yang sudah disiapkan sebelumnya," katanya.
Korban bernama Yulius dibacok di area kepala dan mengalami luka serius meski dia masih menggunakan helm. Sedangkan, dua korban lainnya yang bernama Kori Andika dan Bayu Wahana Saputra menyelamatkan diri dengan menceburkan diri ke kali dan bersembunyi di gorong-gorong.
"Karena itu akibat dari luka bacok yang dilakukan oleh tersangka ini. Jadi korban waktu itu memang masih menggunakan helm namun kemudian tembus mengenai kepala korban bahkan informasinya sampai ke daerah otak korban," jelas Irwan.
"Kondisi korban sekarang dalam keadaan kritis belum sadarkan diri sudah hari kelima," lanjutnya.
Saat ini, lima pelaku, DC (17), AWW (16), MAD (19), ASN (22), dan RWB (21) sudah berhasil diamankan oleh polisi. Kelimanya dijerat Pasal 170 KUHP dengan ancaman pidana paling lama sembilan tahun penjara.
"Kami mengimbau kepada para pelaku yang belum tertangkap dan pelaku yang belum menyerahkan diri segera menyerahkan diri secepatnya karena lambat atau cepat pasti akan dilakukan penangkapan," katanya.
Para pelaku mempunyai kode khusus. Simak di halaman selanjutnya..
Kode 'Cari Musuh'
Salah seorang pelaku menyebut, mereka menyerang korbannya tanpa alasan jelas. Para pelaku menyebut kegiatan itu sebagai patroli cari musuh.
"Iya biasanya kalau bilang begitu (patroli cari musuh)," kata RWS saat dihadirkan di Mapolrestabes Semarang, Jumat (5/8).
RWS tak menjawab saat ditanya apakah aksi seperti itu sudah sering dilakukan oleh komplotannya. Namun, secara pribadi dia mengaku baru pertama kali melakukan itu.
"Nggak, saya baru kali itu di malam itu," katanya.
Saat itu, dia mengaku hanya datang karena diajak minum-minuman beralkohol di daerah Simongan. Ketika hendak pulang, RWS diajak untuk mencari musuh.
"Saya ke situ diajakin minum-minum waktu mau pulang malah diajakin 'yuk keluar yuk, cari musuh' gitu lah," jelasnya.
Motif yang dilakukan para pemuda tersebut nyaris serupa dengan para pelaku kekerasan jalanan di Jogja yang selama ini disebut aksi klithih. Para pelaku mengawali aksi dengan berputar-putar di jalanan sembari membawa senjata tajam mencari korban. Mereka kemudian melakukan aksi kekerasan di jalanan dengan target acak atau orang yang tak dikenal dan tidak ada persoalan apapun sebelumnya.
Respons Ganjar
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo angkat suara terkait munculnya fenomena klithih di Semarang ini. Ganjar pun meminta kepolisian mengusut kasus tersebut.
"Biar ditangkap polisi," kata Ganjar saat dijumpai usai menyaksikan final sepakbola cerebral palsy (CP) di Stadion UNS, Jebres, Solo, Jumat (5/8).
Dia juga meminta masyarakat melapor ke polisi jika menemukan kejadian serupa. Ganjar juga meminta kepolisian terus menyiagakan pasukan agar peristiwa tersebut tidak terjadi lagi.
"Segera laporkan kalau ada kejadian. Polisi sudah kita siagakan, semoga patroli jalan terus," tutupnya.