Pengakuan Eksekutor: Kopda Muslimin Marah Gegara Istrinya Tak Terbunuh

Penembakan Istri TNI

Pengakuan Eksekutor: Kopda Muslimin Marah Gegara Istrinya Tak Terbunuh

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Rabu, 27 Jul 2022 19:16 WIB
Semarang -

Eksekutor penembakan istri TNI di Semarang mengaku sempat dimarahi Kopda Muslimin ketika telat ke lokasi kejadian dan gagal menembak kepala korban RW (34) atau istri Muslimin. Selama aksi Muslimin memandu lewat telepon.

Hal itu diungkapkan salah satu tersangka yang bertugas menembak yaitu Sugiono (34) alias Babi di depan Kapolrestabes Semarang, Kombas Irwan Anwar dan Komandan Kodim (Dandim) 0733 Kota Semarang, Letkol Inf Honi Havana. Ketika ditanya oleh Honi, Babi mengaku telat ke lokasi dan kehilangan jejak korban ketika berangkat menjemput anak.

"Disuruh kejar, membuntuti waktu menjemput sekolah. Waktu ikuti kehilangan jejak," kata Babi di Mapolrestabes Semarang, Rabu (27/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka kemudian melakukan aksi ketika korban pulang menjemput sekolah dengan posisi putrinya membonceng korban naik motor di bagian depan. Ia dimarahi Muslimin dan dipesan agar tidak mengenai putrinya.

"Jangan sampai kena anaknya pokoknya langsung pas kena kepalanya," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Babi yang dibonceng oleh tersangka Ponco saat kejadian, Senin (18/7) lalu melakukan penembakan terhadap korban yang melaju dengan motor dan sampai di depan rumahnya, Jalan Cemara 3 Banyumanik. Muslimin mengorder tembak di kepala, namun karena takut, Babi menembak di perut sebelah kiri. Ternyata korban tidak tumbang dan turun dari motor.

Saat itu Muslimin yang memantau dari suatu tempat di rumah marah-marah lewat telepon. Pelaku pun putar arah dan kembali menembak perut korban untuk kedua kalinya.

"Diperintah lagi, dimarahin pak. Kok ngga kena," ujar Babi.

Saat itu korban juga tidak tumbang dan mengamankan anaknya untuk masuk ke rumah. Dari keterangan yang diperoleh, korban langsung dibawa Muslimin ke RS Hermina Banyumanik.

Sementara itu pelaku bernama Agus alias Gondrong mengatakan pada saat kejadian yaitu hari Senin (18/7) lalu sebenarnya mereka mau mengambil uang muka atau DP. Tetapi Kopda Muslimin kemudian meminta ada eksekusi.

"Pagi itu sebelum kejadian, kita berangkat, Babi ngomong mau ambil DP. Dekat masjid gede. Entah kenapa setelah di situ rencana berubah, ada eksekusi. Tadinya mau ambil DP. Waktu nongkrong di gapura depan ada acara eksekusi. Yang perintahkan bang Mus. Saya pikir DP udah dikasih. Ternyata belum," ujar Agus.

Komplotan ini dijanjikan Rp 200 juta plus mobil jika korban tewas. Namun usai eksekusi tersebut uang yang diberikan Rp 120 juta.

(apl/ahr)


Hide Ads