Polisi Bantul kembali mengamankan sekelompok ABG yang diduga hendak melakukan tawuran bersenjata sarung. Fenomena itu diduga muncul lantaran pengaruh media sosial.
Kapolsek Bantul AKBP Ayom Yuswandono menjelaskan, bahwa kejadian bermula saat dari informasi yang menyebut ada sekelompok remaja berkeliling dengan motor sembari membawa sarung dini hari tadi. Adapun sarung yang dibawa telah modifikasi dengan ikatan pada ujungnya.
"Menindaklanjuti informasi itu, ternyata ada sekelompok pemuda 7 orang yang berteduh di utara simpang empat Manding. Selanjutnya langsung kami datangi dan kita lakukan pemeriksaan," katanya kepada wartawan di Mapolsek Bantul, Rabu (6/4/2022).
Ternyata, polisi menemukan ada hal yang aneh di motor yang dikendarai remaja itu. Ada yang pelat nomornya sengaja dicopot dan ada pula yang ditutup dengan stiker.
"Karena terindikasi mau tawuran, selanjutnya mereka kami bawa mereka ke Polsek (Bantul). Setelah pemeriksaan didapati empat sarung yang masing-masing diikat, sarung itu belum ada isinya batu tapi ini keras dan bisa mencederai," ucapnya.
Ayom melanjutkan, 7 remaja yang ditangkap adalah GL (17) pelajar SMK warga Kapanewon Sewon, HT (18) pelajar SMK warga Kapanewon Imogiri, RK (19) warga Kapanewon, serta GA (18), VN (20), VA (18) dan PT (20) yang keempatnya semuanya merupakan warga Kapanewon Sewon.
"Dari 7 orang ini tidak ada yang bawa kartu identitas. Setelah kita tanyai, 2 orang statusnya sudah dewasa dan yang 5 orang di bawah 18 tahun. Untuk bagaimana terjadinya perang sarung masih terus kita dalami," ujarnya.
Lebih lanjut, terhadap 7 orang tersebut hanya dikenakan wajib lapor saja. Sedangkan untuk pelanggaran lalu-lintasnya tetap diproses dengan surat tilang dan untuk sementara sepeda motor ditahan di Polres Bantul.
"Untuk saat ini para pelaku diminta untuk membuat surat pernyataan tidak mengulangi perbuatannya. Apalagi sebagian pelaku masih di bawah umur, nantinya mereka hanya wajib lapor," katanya.
Terlepas dari hal tersebut, Ayom mengungkapkan, bahwa fenomena perang sarung baru terjadi pada Ramadan tahun ini. Menurutnya, penggunaan sarung sengaja dipilih agar tidak masuk ke dalam jenis senjata tajam.
"Jadi perang sarung baru muncul pada Ramadan tahun ini, sebelum tidak ada kejadian perang sarung. Mungkin saja perang sarung ini dilakukan untuk menghindari tindakan pidana," ujarnya.
Sehari sebelumnya, polisi di Bantul juga mengamankan puluhan remaja. Mereka diamankan karena terlibat tawur bersenjata sarung yang diisi batu di simpang tiga Jodog, Bantul.
Kapolres Bantul AKBP Ihsan mengatakan kejadian bermula saat dua kelompok ABG yang saling tantang di media sosial untuk tawuran. Selanjutnya kedua pihak menyepakati untuk bertemu di simpang tiga Jodog, Pedukuhan Jodog, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Senin (4/4) dini hari.
"Jadi terdapat dua kelompok remaja yang masih sekolah baik SMP dan SMK. Nah, mereka ini melakukan tantang-tantangan di medsos untuk melakukan tawuran sarung dan kedua kelompok itu menyepakati TKP termasuk waktu tawuran," kata Ihsan kepada wartawan di Mapolres Bantul, Selasa (5/4).
(ahr/sip)