Penobatan Raja Keraton Kasunanan Surakarta baru bergelar Paku Buwono (PB) XIV dijadwalkan berlangsung pada hari ini Sabtu, 15 November 2025. Salah satu rangkaian acara yang bakal digelar oleh pihak Keraton Solo berupa kirab, yang mana nantinya PB XIV akan tampil memakai ageman takwa. Lantas, apa itu ageman takwa?
Berdasarkan arsip detikJateng, Jumengan Dalem Nata Binayangkare atau upacara penobatan raja baru PB XIV dilakukan sebelum 40 hari wafatnya PB XIII. Dalam acara penobatan ini sebenarnya ada rangkaian acara yang bakal digelar oleh pihak Keraton Solo. Salah satunya berupa pembacaan ikrar atau sumpah yang menyatakan diri sebagai hanglintir keprabon.
Kemudian rangkaian acara penobatan berlanjut dengan adanya kirab dengan rute di jalanan Kota Solo. Nantinya PB XIV akan menaiki kereta Garuda Kencana selama prosesi kirab berlangsung. Bukan hanya itu saja, raja baru bagi Keraton Solo juga turut mengenakan ageman takwa.
Hal tersebut disampaikan secara langsung oleh putri sulung PB XIII, yaitu GKR Timoer Rumbay Kusuma Dewayani. Dalam keterangan resminya kepada awak media, GKR Timoer Rumbay menyampaikan tentang busana yang dikenakan oleh PB XIV, yaitu ageman takwa.
"kemudian baru jalan menuju kereta Kencana atau Garuda Kencana. Itu itu saja sih. Untuk pakaian atau Ageman memakai Ageman Takwa," ujar GKR Timoer Rumbay.
Mari kenali apa itu ageman takwa melalui uraian di bawah ini!
Poin Utamanya:
- Ageman takwa adalah pakaian rohani warisan Mataram, identik dengan surjan, yang digunakan dalam tradisi Keraton Yogyakarta dan Surakarta.
- Busana takwa atau ageman takwa diprakarsai oleh Sunan Kalijaga di era abad ke-16 M dan merujuk pada konsep libāsut taqwā dalam Al-A'raf ayat 26 tentang pakaian takwa.
- Sejarah ageman takwa turut melibatkan Sultan Hamengku Buwono I sebagai sosok yang melanjutkan pengageman takwa dari Mataram yang sudah ada sebelumnya.
Apa Itu Ageman Takwa?
Bagi sebagian masyarakat Jawa, istilah ageman takwa mungkin terdengar tidak asing lagi. Kendati begitu, masyarakat umum mungkin baru pertama kali mendengarnya. Apa sebenarnya ageman takwa itu? Singkatnya, ageman takwa adalah sebuah pakaian rohani yang sudah ada sejak dahulu kala.
Menurut buku 'Lurik - Pesona, Ragam dan Filosofi' karya Asti Musman, ageman takwa atau pangeman takwa di dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan baju takwa. Ageman takwa juga dikenal sebagai pengageman takwa.
Salah satu busana yang identik dengan ageman takwa bagi laki-laki adalah surjan. Selain dikenal dengan istilah surjan, juga kerap disebut sebagai pengageman Mataraman.
Hal tersebut tidak terlepas dari busana ini yang berkaitan erat dengan Kerajaan Mataram Islam. Tidak hanya itu saja, surjan sebagai ageman takwa juga memiliki filosofi tersendiri. Terutama berkaitan dengan Sang Pencipta.
Dikatakan ageman takwa berupa surjan biasanya memiliki enam kancing yang melambangkan rukun iman dalam Islam. Kemudian ada juga dua kancing di bagian dada kanan dan kiri yang berkaitan dengan dua kalimat syahadat.
Ada juga tiga kancing di bagian dada yang tidak terlihat dari luar yang mewakili tiga nafsu yang harus ditinggalkan oleh umat manusia. Ketiga nafsu tersebut tidak lain adalah bahimah atau hewani, lawwamah atau perut, dan syaithoniyah atau setan.
Dua lengan panjang surjan sebagai ageman takwa juga berkaitan dengan sifat bersih dan juga suci. Kedua ujung bawah baju juga menyimbolkan keteguhan dan kukuh atau tidak mudah terombang-ambing.
Pada zaman dahulu ageman takwa yang hanya boleh diperkenan oleh Sri Sultan maupun pangeran putra dalem. Hal ini juga berlaku bagi lingkup Keraton Solo.
Di dalam publikasi 'Analisis Ageman Basahan Manten Keraton Surakarta Hadiningrat dalam Perspektif Hukum Islam' karya Nur Hot Maida dan M Muslich KS, dalam beberapa acara adat, ageman takwa termasuk dalam busana gaya Keraton Surakarta Hadiningrat.
Sejarah Penggunaan Ageman Takwa di Lingkungan Keraton
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, ageman takwa ternyata sudah ada sejak lama. Bahkan bisa dibilang ageman takwa termasuk dalam gaya busana peninggalan era Mataram. Masih dijelaskan dalam buku yang sama, ageman takwa diprakarsai oleh Sunan Kalijaga sejak era abad ke-16.
Kemudian ageman takwa ini dirancang dan juga diperkenalkan oleh Raja Keraton Yogyakarta, yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono I. Lebih lanjut, menurut buku 'Kanjeng Sunan Kalijaga, Jejak-Jejak Sang Legenda' oleh Conie Wishnu W, setelah Kerajaan Mataram Islam terbagi menjadi dua, yaitu Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta, dua pemimpin kerajaan tersebut sempat berunding mengenai gaya busana ageman takwa.
Konon, di era tahun 1755 M, Sultan Hamengku Buwono I bertanya kepada Susuhunan Paku Buwono III mengenai model ageman takwa. Pada saat itu, Paku Buwono III belum menyiapkan model ageman takwa yang dimaksud. Sebaliknya, Sultan Hamengku Buwono I memperkenalkan model yang akan digunakan oleh Keraton Kesultanan Yogyakarta.
Model pakaian tersebut dipilih oleh Sultan Hamengku Buwono I sebagai wujud melanjutkan pengageman takwa dari Mataram yang sebelumnya sudah ada.
Selain berkaitan dengan sejarah Kerajaan Mataram Islam, ageman takwa juga ternyata didasarkan pada salah satu ayat suci di dalam Al-Quran. Di dalam buku 'Pisowanan Alit 1: Nuswantara Negeri Keramat' karya Ki Herman Sinung Janutama, pengageman takwa merupakan pakaian rohani yang diprakarsai oleh Sunan Kalijaga di abad ke-16 M.
Hal tersebut membuat ageman takwa atau ageman takwa dikenal juga dengan sebutan libasut taqwa. Busana ini mengacu pada dalil Al-Quran melalui Surat Al-A'raaf Ayat 26. Sebagaimana bunyi ayat tersebut:
يَا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ ٢٦
Yâ banî âdama qad anzalnâ 'alaikum libâsay yuwârî sau'âtikum warîsyâ, wa libâsut-taqwâ dzâlika khaîr, dzâlika min âyâtillâhi la'allahum yadzdzakkarûn.
Artinya: "Wahai anak cucu Adam, sungguh Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan bulu (sebagai bahan pakaian untuk menghias diri). (Akan tetapi,) pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu merupakan sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Allah agar mereka selalu ingat."
Itulah tadi penjelasan mengenai ageman takwa lengkap dengan sejarah penggunaannya di lingkungan keraton. Semoga membantu.
Simak Video "Video: Ini Kereta Kencana yang Akan Dipakai Kirab Penobatan Paku Buwono XIV"
(sto/ahr)