Destinasi wisata sejarah Pintu Gerbang Majapahit di Pati kurang diminati oleh wisatawan. Cagar budaya di Pati ini diharapkan bisa dipoles lebih menarik lagi.
Pantauan di lokasi, terlihat sepi di sekitar kompleks Pintu Gerbang Majapahit yang berada di Desa Muktiharjo Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati. Hanya ada seorang juru pelihara gapura. Tidak ada suasana wisatawan yang datang ke lokasi.
Pintu gapura itu berada di sebuah bangunan yang tertutup. Wisatawan yang datang harus izin agar bisa masuk ke dalam. Pintu gapura itu memiliki ukuran panjang 3 meter dan tinggi 3 meter. Pada pintu itu terdapat relief yang menggambarkan perebutan tahta Kerajaan Majapahit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru Pelihara Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 10, Zaky Aftoni, mengatakan Pintu Gerbang Majapahit ini tidak lepas dari cerita turun temurun, yakni tentang Sunan Muria. Saat itu, Sunan Muria dari Ngerang ingin kembali ke Muria.
"Terus di sini (daerah Muktiharjo Pati) masih ada rawa-rawa. Sunan Muria tidak menyeberang. Kemudian dia ini bikin sayembara yang bisa menyeberangkan saya, kalau laki-laki saya jadikan saudara, kalau perempuan saya jadikan istri," jelas Zaky saat mengobrol dengan detikJateng, Sabtu (27/9/2025).
Konon di seberang rawa ada yang namanya Dewi Hapsari yang sedang menggembala kerbau. Dia mendengar sayembara Sunan Muria. Lalu Dewi Hapsari membantu menyeberangkan Sunan Muria dengan kerbaunya.
"Sunan Muria naik kerbau diseberangkan ke sebelah rawa. Setelah itu sesuai janji dijadikan istri. Dia menghadap ayahnya Dewi Hapsari, Raden Setro Menggolo. Terus di sini selama tiga bulan. Sunan Muria minta izin untuk kembali ke Muria," jelasnya.
Dari pernikahan ini Sunan Muria memiliki anak yang diberi nama Raden Bambang Kebo Nyabrang. Namun saat lahir ibunya meninggal. Sedangkan Sunan Muria sudah kembali ke Muria. Raden Bambang kecil pun tinggal bersama kakeknya.
"Dewi Hapsari mempunyai anak diberi nama Raden Bambang Kebo Nyabrang. Setelah dewasa ingin mengetahui siapa ayahnya, diberi tahu kakeknya, karena saat melahirkan ibunya meninggal dunia. Diberi tahu kakeknya ayahnya adalah Sunan Muria," terangnya.
![]() |
Suatu hari, anaknya ingin ketemu dengan Sunan Muria. Sunan Muria tidak yakin jika Raden Bambang adalah anaknya. Kemudian Sunan Muria memberikan syarat kepada Raden Bambang untuk membawakan pintu dari Kerajaan Majapahit.
"Karena Sunan Muria tidak mudah percaya, sehingga memberikan syarat untuk membawa pintu Bajang Ratu ini dari Trowulan Mojokerto ke Muria," lanjut dia.
Lebih lanjut, ada pihak lain Raden Ronggo, muridnya Sunan Ngerang, ingin memperistri putri Sunan Ngerang, Roro Pujiwat. Putri Sunan Ngerang itu meminta syarat kepada Raden Ronggo membawa Pintu Gerbang Majapahit.
"Karena pintu sudah tidak ada, karena sudah diambil Bambang Kebo Nyabrang. Dikejar sampai di sini. Kemudian terjadi peperangan. Kemudian tidak ada yang kalah dan menang," terang dia.
Singkatnya terjadi peperangan antara kedua orang tersebut. Sunan Muria akhirnya turun gunung untuk melerai peperangan tersebut. Sunan Muria akhirnya mengakui Raden Bambang sebagai anaknya. Sedangkan Raden Ronggo diberikan salah satu bagian dari Pintu Gerbang Majapahit.
"Sunan Muria akhirnya turun gunung, mengakui Bambang Kebo Nyabrang sebagai anak dan Raden Ronggo diberikan salah satu kateknya itu. Kemudian dibawa ke Padepokan Ngerang, karena Rowo Pujiwat ingin pintu tidak mau kateknya. Akhirnya dia lari. Raden Ronggo marah dan memukulkan kena Pujiwat dan hilang bersama kateknya," ucapnya.
"Kemudian karena tadi tidak ada yang menang, Sunan Muria akhirnya leren podo bandole, makanya desa ini bisa dikatakan Rendole itu. Sejarah singkat juga karena ada pintu ini," dia melanjutkan.
Namun, Pintu Gerbang Majapahit yang penuh sejarah itu kurang diminati wisatawan. Alasannya pertama karena lokasinya yang nyempil hingga kurangnya daya pendukung untuk menarik wisatawan datang ke Pintu Gerbang Majapahit.
"Kalau harapan itu kan, karena ini cagar budaya dan lingkungan juga kecil. Untuk menarik minat masyarakat dari luar kota atau anak sekolah sekarang semakin berkurang, kalau tidak ada tugas dari sekolah nggak mungkin ke sini. Soalnya anak sekarang pada cari tempat untuk berfoto," ucapnya.
"Harapan kami supaya dulu ini sejarah dari Pati supaya dapat turun temurun ke anak didik, anak cucu supaya bisa tahu sejarah," lanjut dia.
(ams/apu)