Di Purwokerto, sebuah makam tua yang diyakini warga sebagai tempat peristirahatan terakhir Mbah Ragasemangsang berdiri di tengah jalan dan kerap disebut keramat oleh warga. Meski sosok ini masih misterius, ada kisah yang diyakini oleh warga.
Kisah yang menyelimutinya bukan sekadar legenda lokal, tetapi berkaitan dengan salah satu ilmu kanuragan paling terkenal dalam cerita rakyat Jawa, yaitu Aji Pancasona. Mbah Ragasemangsang diyakini punya ilmu tersebut. Nama ini sering memunculkan rasa penasaran, bagaimana mungkin seseorang bisa hidup kembali setelah tubuhnya jatuh ke tanah?
Bagi masyarakat Banyumas dan sekitarnya, cerita tentang Mbah Ragasemangsang hanyalah satu dari banyak kisah yang menggambarkan kekuatan luar biasa Aji Pancasona. Ilmu kebal ini diyakini membuat pemiliknya sulit dibunuh, kecuali dengan cara tertentu. Kepercayaan itu sudah beredar turun-temurun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika detikers ingin tahu lebih dalam apa sebenarnya Aji Pancasona, bagaimana cara kerjanya dalam mitos Jawa, dan mengapa ia begitu legendaris hingga dikaitkan dengan makam Ragasemangsang, simak pembahasan berikut ini!
Intinya:
- Aji Pancasona dipercaya membuat pemiliknya sulit dibunuh dan hidup kembali saat menyentuh tanah.
- Ajian ini punya tiga tingkatan kekuatan, dari aktif, pasif, hingga puncak.
- Dalam kisah pewayangan, ajian ini diberikan Bathara Guru kepada Subali dan kemudian diajarkan kepada Rahwana
Apa Itu Aji Pancasona?
Sutiyono dalam artikel The Values of Character Education in The Tale of Maling Kenthiri in the Kentrung Performance in Blora, Indonesia menjelaskan, Aji Pancasona digambarkan sebagai ilmu kanuragan atau kesaktian tingkat tinggi yang berfungsi sebagai kekuatan keselamatan dan perlindungan diri. Ajian ini membuat pemiliknya tetap hidup meskipun telah berkali-kali dibunuh, selama tubuhnya tidak tercerai-berai dan darahnya tidak menyentuh tanah. Jika terluka, bekas luka dapat hilang dan tubuh kembali utuh seolah tidak pernah diserang.
Secara makna, kata 'aji' berarti pengetahuan, sedangkan 'pancasona' berasal dari kata 'panca' yang berarti lima dan 'sona' yang berarti tempat atau sepi. Pancasona dipercaya terbentuk dari gabungan kekuatan lima unsur alam yaitu langit, bumi, gunung, lautan, dan surga. Kombinasi unsur-unsur ini menciptakan daya mistik yang kuat untuk melindungi tubuh dari serangan fisik.
Dalam kisah pewayangan dan cerita rakyat, Aji Pancasona dikenal luas, termasuk dalam cerita Prabu Rahwana. Kekuatan ini membuat pemiliknya kebal terhadap serangan, pukulan, maupun senjata tajam. Karena itu, Aji Pancasona menjadi salah satu ajian paling terkenal di masyarakat dan sering dikaitkan dengan tokoh-tokoh sakti seperti Rahwana atau Prabu Dasamuka.
Sementara itu, menurut penjelasan Jalu Kaba dalam buku Makrifatnya Makrifat, Aji Pancasona dikenal dalam tradisi mistik Nusantara sebagai ilmu kesaktian yang sangat dihormati. Dalam kepercayaan masyarakat, ajian ini disebut sebagai salah satu sumber kekuatan besar yang dimiliki para pendekar, tetua, atau tokoh berpengaruh. Seiring berjalannya waktu, Pancasona tetap dipandang sebagai bagian penting dari warisan kebatinan Jawa.
Ajian ini diyakini memadukan kekuatan alam dengan jiwa manusia sehingga menciptakan daya mistik yang kuat. Kepercayaan tersebut lahir dari keyakinan bahwa unsur-unsur alam yang menyatu dapat memberikan perlindungan luar biasa kepada pemiliknya. Pandangan ini membuat Pancasona menempati posisi istimewa dalam kisah-kisah kesaktian.
3 Jenis Ilmu Pancasona
Lebih lanjut, Jalu Kaba menjelaskan bahwa Pancasona dibagi menjadi tiga tingkatan. Setiap tingkatan membawa karakteristik dan kekuatan tersendiri yang memberi warna pada tradisi mistik Nusantara.
1. Ajian Pancasona Aktif
Jenis pertama adalah Pancasona aktif. Kekuatan ini digambarkan mampu mengubah tubuh pemiliknya menjadi senjata. Nama Pancasona bermakna lima api merah keunguan yang menyebar, melambangkan daya hancur besar. Ketika pemilik ajian memukul, menendang, atau menubruk, serangannya dipercaya dapat membakar lawan seperti tersambar api.
Luka itu bisa merembet ke seluruh tubuh dan menghancurkan target sepenuhnya jika tidak tertangani. Dalam kondisi sempurna, serangan ini bisa membuat lawan hangus dalam sekejap.
2. Ajian Pancasona Pasif
Berbeda dengan tipe aktif, Pancasona pasif bekerja sebagai pelindung. Jika pemiliknya terluka, patah, atau terpotong, kekuatan ini dipercaya mampu memulihkan tubuhnya selama ia masih berpijak di tanah atau tetesan darah pertamanya menyentuh bumi.
Pancasona pasif bersumber dari lima inti kehidupan yang mencakup bumi, air, api, angin, kayu, dan diri manusia. Kekuatan ini membuat pemiliknya sulit dikalahkan.
3. Ajian Pancasona Puncak
Jenis terakhir adalah Pancasona puncak, tingkatan tertinggi yang langka. Pemiliknya memiliki dua kekuatan sekaligus, yaitu aktif dan pasif. Tidak seperti tipe aktif biasa, pemilik Pancasona puncak dapat menggunakan daya mistiknya tanpa perubahan fisik mencolok.
Kemampuannya jauh lebih kuat, baik untuk menghancurkan lawan maupun menyembuhkan diri dengan sangat cepat. Selain itu, daya mistiknya dipercaya dapat membantu menyembuhkan makhluk lain dan memulihkan unsur alam. Untuk mencapai tingkat ini, diperlukan mursyid berkapasitas tinggi agar kekuatan besar tersebut dapat dikuasai tanpa menimbulkan bahaya bagi jasad maupun rohani.
Aji Pancasona dalam Kisah Pewayangan
Dalam kisah pewayangan, Aji Pancasona adalah kesaktian luar biasa yang diberikan Bathara Guru kepada Raden Subali. Dijelaskan Wawan Susetya dalam buku Falsafah Asthagina, makna dari Pancasona sendiri berasal dari kata panca yang berarti lima dan sona yang berarti sepi. Ajian ini melambangkan kemampuan menguasai lima unsur kehidupan, yaitu bumi, angin, air, api, dan suasana.
Kekuatan tersebut memungkinkan pemiliknya untuk hidup kembali meskipun telah tewas, asalkan tubuhnya masih menyentuh tanah. Karena itulah Pancasona disebut sebagai ajian yang sangat dijaga dan tidak boleh diajarkan sembarangan.
Dalam cerita, Subali yang telah menjadi resi dikenal suci batinnya sehingga layak menerima ajian ini. Namun, kesalahan besar terjadi ketika ia tergoda sanjungan Prabu Dasamuka alias Rahwana.
Subali akhirnya mengajarkan Pancasona kepada Rahwana, yang sebenarnya berniat memanfaatkan kekuatan ini untuk menguasai dunia. Setelah Rahwana menguasai ajian tersebut, ambisinya untuk menghancurkan dan menaklukkan semakin besar, menimbulkan kekacauan di mana-mana.
Peristiwa ini berujung pada pertarungan tragis. Subali yang sebelumnya sakti mandraguna akhirnya harus menghadapi takdirnya. Raden Rama Wijaya menggunakan senjata sakti Kyai Guwa Wijaya untuk menguji kesalahan Subali. Panah itu hanya bisa melukai orang yang bersalah.
Saat anak panah menembus dada Subali dan tubuhnya terpental ke batu mulut Gua Kiskendha tanpa menyentuh tanah, itu menjadi bukti bahwa ia telah keliru memberi ajian Pancasona kepada Rahwana. Kisah ini menjadi pengingat bahwa kesaktian sebesar apa pun, jika salah digunakan, dapat membawa kehancuran.
Misteri Sosok Mbah Ragasemangsang
Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar, Fendy Rudianto menjelaskan tidak ada catatan resmi mengenai sosok yang dimakamkan di tempat tersebut. Namun, masyarakat meyakini bahwa yang dimakamkan di tempat tersebut adalah Mbah Ragasemangsang, yang namanya juga sekaligus menjadi nama jalan tersebut.
Namun, terkait siapa Mbah Ragasemangsang, terdapat 2 versi cerita yang berkembang di masyarakat.
![]() |
"Jadi ada dua versi cerita soal Mbah Ragasemangsang ini. Yang pertama mengisahkan tentang seorang tokoh sakti yang memiliki ilmu kebal, dikenal dengan sebutan Aji Pancasona. Tokoh ini konon tidak dapat meninggal dunia kecuali dengan cara digantung," kata Fendy kepada detikJateng, Jumat (19/9/2025).
Fendy melanjutkan apabila tubuh Mbah Ragasemangsang ini menyentuh tanah maka akan hidup kembali. Oleh sebabnya masyarakat zaman dahulu menamai dengan julukan Raga yang berarti tubuh dan Semangsang yang berarti tersangkut.
"Jadi tubuhnya harus digantung agar tidak menyentuh tanah. Kalau menyentuh tanah konon akan membuat hidup lagi," terangnya.
Selain itu ada juga yang mengaitkan makam Ragasemangsang dengan seorang pejuang kemerdekaan yang gugur dan jasadnya ditemukan tergantung di pohon beringin. Jenazahnya kemudian dimakamkan di lokasi tersebut.
Hal itu yang kemudian menjadikan warga menyebut makam itu sebagai Ragasemangsang, yang berarti tubuh yang menggantung.
"Yang kedua ini ada juga yang meyakini kalau makam itu merupakan seorang pejuang kemerdekaan. Terus jasadnya ditemukan di bawah pohon beringin pojok Alun-alun Purwokerto dan kemudian dimakamkan di lokasi tersebut," jelasnya.
Setelah menyimak penjelasan di atas, kita dapat memahami betapa saktinya Aji Pancasona seperti yang dimiliki oleh Mbah Ragasemangsang. Semoga bermanfaat!
(ahr/apu)