Rebo Wekasan dikenal sebagai salah satu hari yang ditunggu oleh sebagian kalangan masyarakat. Inilah yang mungkin membuat tidak sedikit orang penasaran mengenai jawaban dari pertanyaan, "Kapan Rebo Wekasan 2025 akan berlangsung?"
Di dalam penelitian Mohammad Dzofir berjudul 'Agama dan Tradisi Lokal (Studi Atas Pemaknaan Tradisi Rebo Wekasan di Desa Jepang, Mejobo, Kudus)', dijelaskan Rebo Wekasan memiliki arti sebagai hari Rabu terakhir. Biasanya Rebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir di dalam bulan Safar.
Adapun bulan Safar sendiri merupakan salah satu bulan dalam kalender Hijriah. Dengan adanya Rebo Wekasan yang menandai hari Rabu terakhir dalam bulan Safar, tidak sedikit orang yang kerap menantikannya. Alasannya karena Rebo Wekasan dapat menjadi waktu yang akan diisi dengan berbagai tradisi bagi kalangan masyarakat tertentu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak terkecuali Rebo Wekasan 2025 ini. Oleh sebab itu, jadwal Rebo Wekasan sebagai Rabu terakhir di bulan Safar 1447 H menjadi hal yang menarik untuk diketahui. Simak baik-baik penjelasannya berikut ini, yuk!
Tanggal Rebo Wekasan 2025
Untuk mengetahui kapan Rebo Wekasan berlangsung perlu mengacu pada kalender Hijriah yang berisikan penanggalan bulan Safar. Untuk diketahui, bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriah. Apabila mengacu pada Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI, bulan Safar di tahun 1447 Hijriah dimulai pada 1 Safar 1447 H yang jatuh pada Sabtu, 26 Juli 2025.
Kemudian bulan Safar akan berakhir di tanggal 30 Safar 1447 H yang bertepatan dengan Minggu, 24 Agustus 2025. Adapun hari Rabu terakhir pada bulan Safar tahun ini berlangsung pada tanggal 26 Safar 1447 H yang jatuh pada Rabu, 20 Agustus 2025. Artinya, Rebo Wekasan 2025 berlangsung pada tanggal tersebut. Sebagai pengingat agar tak ketinggalan dalam menantikannya, berikut jadwalnya:
- Rebo Wekasan 2025: Rabu, 20 Agustus 2025 (26 Safar 1447 H)
Asal-usul Rebo Wekasan
Seperti namanya, Rebo Wekasan merupakan sebuah waktu yang menandai akhir hari Rabu di bulan Safar. Dikutip dari buku 'Historiografi Sejarah Lokal Gresik' oleh Ahmad Ali Murtadho, Rebo Wekasan apabila ditinjau dari bahasa Arab berasal dari kata 'arba'a' dan 'hasanun'. Istilah 'arba'a' berarti Rabu, sedangkan 'hasanun' adalah bagus.
Oleh sebab itu, hari Rabu dapat diisi dengan melakukan hal-hal yang bagus. Lain halnya dengan Rebo Wekasan yang di dalam bahasa Jawa disebut juga sebagai Rebo Pungkasan. Konon, sejak zaman dahulu sudah ada begitu banyak ritual dalam menyambut datangnya Rebo Wekasan ini.
Dikatakan sejak zaman dahulu tidak sedikit kalangan masyarakat yang meyakini bulan Safar adalah waktu Allah menurunkan banyak penyakit. Bahkan diyakini ada 500 lebih macam penyakit yang diturunkan pada bulan tersebut. Oleh sebab itu, agar dapat terhindar dari musibah sebagian ulama menyarankan agar melakukan tirakatan dengan memohon kepada Allah SWT.
Tirakatan tersebut dimaksudkan agar menjadi wujud upaya dan doa agar dijauhkan dari malapetaka. Tirakatan inilah yang digelar setiap tahunnya pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Selain dilakukan sejak zaman dahulu, Rebo Wekasan juga tetap dilestarikan hingga saat ini.
Sementara itu, asal-usul Rebo Wekasan juga tidak terlepas dari Sunan Giri. Untuk diketahui, Sunan Giri adalah salah satu Walisongo yang turut memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Di dalam buku 'Yang Tersebar di Sekitar' oleh Siswa X IPS SMABOM, sejarah Rebo Wekasan berkaitan erat dengan Sunan Giri. Konon, Sunan Giri mengutus salah satu santri untuk menyebarkan agama Islam. Selama proses ini, dibuatlah sumur yang dapat menjadi sumber air bagi para santri maupun masyarakat sekitar.
Namun sayangnya, jumlah orang yang membutuhkan air tersebut tidak sebanding dengan jumlah air yang berada di dalam sumur. Akibatnya sumur menjadi kering, sehingga utusan Sunan Giri mendapatkan perintah agar menyusuri lereng mencari sumber air lainnya.
Secara tidak terduga, terdapat sumber air yang sangat jernih dan besar hingga airnya meluap-luap. Sumber air inilah yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan air bagi orang-orang di sekitar.
Keberadaan sumber air inilah yang membuat Sunan Giri mengutus agar memindahkan masjid di dekatnya. Kemudian Sunan Giri juga memerintahkan utusannya agar mengajak serta para santri dan masyarakat mandi dan berwudhu dari sumber itu. Termasuk di hari Selasa malam Rabu terakhir bulan Safar yang disebut sebagai Rebo Wekasan.
Tujuan Tradisi Rebo Wekasan sebagai Tolak Bala
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Rebo Wekasan berkaitan dengan keyakinan sebagian kalangan masyarakat tentang adanya malapetaka yang muncul di bulan Safar. Di dalam buku 'Warisan Ulama Nusantara' oleh Ainun Lathifah, tidak sedikit masyarakat yang meyakini adanya musibah atau kesialan di bulan Safar.
Inilah yang membuat ada sebagian kalangan yang melakukan ritual tertentu untuk mencegah hal tersebut terjadi. Salah satunya dengan mengerjakan ritual di Rebo Wekasan. Biasanya ritual yang dilakukan tidak terlepas dari berbagai ibadah yang ditujukan kepada Sang Pencipta.
Beberapa di antaranya meliputi puasa sunnah, sholat sunnah, doa bersama, membaca ayat suci Al-Quran, membaca barzanji, hingga tahlil dan dzikir bersama-sama. Tujuan dilakukannya berbagai ibadah tersebut adalah untuk menolak bala.
Lebih lanjut, di dalam buku Muhammad Sholikhin berjudul 'Misteri bulan Suro: Perspektif Islam Jawa', Rebo Wekasan juga termasuk dalam jenis kenduri atau selamatan bagi kalangan masyarakat yang menganut tradisi Islam-Jawa. Seperti namanya, kenduri atau selamatan ini dilakukan guna mewujudkan rasa syukur terhadap Sang Pencipta.
Khusus di Rebo Wekasan dilakukan untuk menunjukkan syukur kepada Sang Pencipta karena telah memberikan berbagai jenis penjagaan kepada umat manusia. Baik itu dalam bentuk keselamatan dan jenis lainnya.
Demikian tadi penjelasan mengenai tanggal Rebo Wekasan 2025 lengkap dengan asal-usul, tujuan, hingga
(sto/apl)