Meriahnya Rahtawu Culture Festival di Kudus Usai 9 Tahun Vakum

Meriahnya Rahtawu Culture Festival di Kudus Usai 9 Tahun Vakum

Dian Utoro Aji - detikJateng
Minggu, 06 Jul 2025 15:27 WIB
Rebutan gunungan di acara Rahtawu Culture Festival, Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, Kudus, Minggu (6/7/2025).
Rebutan gunungan di acara Rahtawu Culture Festival, Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, Kudus, Minggu (6/7/2025). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng
Kudus -

Acara Rahtawu Culture Festival di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, berlangsung meriah. Warga berebut tujuh gunungan yang mewakili tujuh gunung di sekitar desa tersebut. Acara ini pernah vakum selama 9 tahun.

Pantauan detikJateng, acara dimulai dengan kirab budaya tujuh gunungan Sapto Argo dari kompleks petilasan Eyang Sakir menuju taman Rahtawood Higland. Gunungan berisi hasil buah hingga makanan.

Acara ini juga dikemas dengan mencicipi sewu kopi Rahtawu. Ada penampilan tari kidung Rahtawu. Ditutup dengan kenduren makan bersama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Acara paling ditunggu adalah saat warga berebut tujuh gunungan. Mereka saling berebut untuk mendapatkan buah dan makanan. Mereka percaya makanan ini bisa mendatangkan berkah, karena sebelumnya telah dibacakan doa-doa.

Rencananya acara berlanjut nanti malam dengan pementasan teater, night Rahtawu dan kamping.

ADVERTISEMENT
Rebutan gunungan di acara Rahtawu Culture Festival, Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, Kudus, Minggu (6/7/2025).Rebutan gunungan di acara Rahtawu Culture Festival, Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, Kudus, Minggu (6/7/2025). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Direktur BUMDes Utama Karya Desa Rahtawu, Abdul Kalim menjelaskan acara ini merupakan bentuk syukur warga terhadap rejeki kesehatan selama ini. Terutama bagi kekayaan alam yang ada di sekitar Rahtawu.

"Kirab tujuh gunungan di Desa Rahtawu adalah ketika menyadari kehidupan warga setempat itu dikelilingi tujuh gunung. Kemudian bentuk penghormatan dan bukti," kata Kalim di lokasi, Minggu (6/7/2025).

"Jadi warga menyakini dengan upaya penghormatan kepada leluhur yang ada di Lereng Muria itu bisa mewujudkan impian masyarakat untuk keselamatan ketenangan dan perekonomian warga," dia melanjutkan.

Dia bilang Desa Rahtawu berada di Lereng Gunung Muria. Desanya dikelilingi beberapa pegunungan. Seperti Puncak Iring-iring, pasak, Ringgit, Songo Likor (29), hingga Natas Angin.

Lebih lanjut kata dia, acara ini digelar sengaja bertepatan pada 10 Suro atau Muharram. Sebab beberapa petilasan di Rahtawu sedang menggelar tradisi buka luwur. Sehingga diharapkan dapat mengenalkan tradisi di wilayahnya kepada masyarakat luas.

"Sehingga saya yakin pengunjung di Rahtawu itu banyak sehingga kolaborasi peresmian Rahtawu Highline sehingga menghormati leluhur mengenalkan adat Rahtawu lebih luas," ujarnya.

Kalim mengatakan adanya tradisi ini yang sempat vakum 9 tahun ini bisa berdampak pada ekonomi warga dan potensi wisata di Rahtawu semakin dikenal luas.

"Harapan masyarakat dengan menjalankan kirab budaya ini adalah agar Rahtawu bisa dikenal lebih luas lagi," jelasnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Mutrikah mengatakan acara ini sebelumnya sempat vakum beberapa tahun. Karena tekad warga akhirnya tradisi ini kembali digelar tahun ini.

"Tradisi ini sebenarnya sudah pernah digelar, hampir sembilan tahun yang lalu. Karenanya kami melihat kekayaan alam yang luar biasa Kemudian tradisi sehingga kita kolaborasi itu harapan sebagai media promosi agar datang ke sini," kata Tika di lokasi.

Tika berharap acara di Rahtawu ini bisa dilestarikan dan dikenal oleh masyarakat luas.

"Hari ini bisa digelar. Kami dinas menyambut baik dan sangat memberikan apresiasi mudah-mudahan semangat masyarakat berlanjut agar tidak vakum lagi. Agar bisa menghidupkan tradisi budaya bisa dieksplor kembali," pungkas dia.




(dil/afn)


Hide Ads