Sebanyak 300 seniman akan terlibat dalam rangkaian Seraya Culture Festival III mulai 24-26 Oktober mendatang. Festival itu juga akan dimeriahkan oleh penampilan Tari Pendet massal yang dibawakan oleh siswa sekolah menengah pertama (SMP) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Ketua Panitia Seraya Culture Festival, I Wayan Supertama, mengungkapkan tema festival tahun ini bertajuk 'Jenggama' yang berarti kehidupan. Menurutnya, tema tersebut selaras dengan harapan Desa Adat Seraya, Karangasem, Bali, untuk membangkitkan ekonomi warganya melalui seni, tradisi, dan budaya.
"Tahun ini kami akan melibatkan 300 seniman yang berasal dari berbagai wilayah untuk ikut terlibat selama gelaran Seraya Culture Festival III," kata Supertama saat konferensi pers di Karangasem, Minggu (20/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain pementasan Tari Pendet massal, kegiatan tersebut juga akan menampilkan tradisi Gebug Ende yang menjadi salah satu ikon Seraya. Selama acara, digelar pula berbagai kompetisi seperti lomba mancing, foto pesona Gebug Ende Seraya, lomba tari, dan lainnya.
Menurut Supertama, festival tersebut juga menjadi wadah bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Desa Seraya. "Kami berharap Seraya Culture Festival dapat menunjang sektor ekonomi wisata berbasis budaya sekaligus sebagai pelestarian seni, tradisi, dan budaya," imbuhnya.
Bendesa Desa Adat Seraya I Made Salin setali tiga uang. Ia berharap festival itu menjadi ajang pelestarian tradisi Gebug Ende yang hingga kini masih dilestarikan oleh warga setempat.
"Gebug Ende Seraya sudah menjadi ikon desa kami dan itu merupakan tradisi satu-satunya yang ada di desa kami," ujar Salin.
Gebug Ende merupakan atraksi adu tangkas tradisional yang berkaitan dengan ritual memohon hujan oleh warga Seraya. Belakangan, pelaksanaan Gebug Ende di desa itu juga menarik antusias wisatawan.
"Kami juga berharap ke depannya festival ini bisa berimbas pada kunjungan wisatawan ke Karangasem," pungkasnya.
(iws/iws)











































