Tanggal 19 November 1997 silam, Desa Rejoso, Kecamatan Jogonalan, Klaten, gempar. Beberapa perajin batu bata di desa itu tak sengaja menemukan 'harta karun' berupa belasan arca logam, guci, dan berbagai artefak.
Temuan benda kuno itu tertulis dalam laporan yang diterbitkan menjadi buku Katalog Temuan Artefak Rejoso 1997. Dalam buku terbitan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah itu ada 6 orang perajin yang menemukan.
"Pada tanggal 19 November 1997 sekelompok pembuat bata, yaitu Sdr. Sarwono, Sdr. Hardiono, Sdr. Karsono, Sdr. Jarwomiarjo, Ny. Tri Wahyuni, serta Ny. Mami yang sedang bekerja di tanah milik Sdr. Jakiyo Sonto Sarjono di Desa Rejoso, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, terpaksa harus menghentikan kegiatannya karena cangkul Sdr. Sarwono mengenai sebuah guci yang terpendam dalam tanah," bunyi kalimat awal riwayat penemuan itu sebagaimana dikutip detikJateng, Minggu (5/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan lebih lanjut, setelah guci yang pecah akibat terkena cangkul tersebut diangkat, ternyata di bawahnya masih terdapat dua buah guci. Guci yang lain itu dalam posisi tergeletak bertolak belakang.
Mulut guci yang pertama menghadap ke timur dan lainnya menghadap ke barat. Selain itu, di antara kedua guci yang bertolak belakang ditemukan sebuah bejana perunggu serta sebuah talam perunggu yang di atasnya terdapat vajra dan genta.
Posisi talam ditemukan di bawah bejana perunggu. Setelah guci yang pecah diketahui tidak ada isinya, guci lain dibuka dan ternyata tidak ada isinya. Sebaliknya di dalam bejana perunggu yang rusak ditemukan berbagai jenis artefak perunggu dan yang paling menarik adalah 15 buah arca perunggu.
''Betul itu (arca dan lainnya) ditemukan di sawah milik Pak Jakiyo Sonto Sarjono. Itu sekitar tahun 1997," jelas Kades Rejoso, Sumardi kepada detikJateng.
Sumardi menyatakan meskipun ada temuan benda bersejarah, saat itu warga tidak banyak yang mengetahui. Baru beberapa hari setelahnya informasi itu mulai tersebar..
"Tidak banyak yang tahu waktu itu. Lokasi sawah penemuan di selatan desa, jalan tengah sawah," katanya.
Sarwono, penemu pertama benda cagar budaya itu menceritakan yang diingatnya saat itu bulan November 1997 tapi dia lupa harinya. Saat itu siang hari.
"Itu kan paginya kita cetak bata, nah siangnya kita mau buat luluhan (adonan tanah). Tanah saya cangkul sekitar setengah meter," tutur Sarwono kepada detikJateng.
Menurut Sarwono, saat cangkulnya diayunkan dirinya kaget membentur benda logam. Benda tersebut ternyata kepala arca.
"Pertama kali cangkul saya kena kepala arca yang besar. Di bawah arca besar itu ada lempengan (seperti talam) emas yang ada tulisannya," kata Sarwono.
Selain arca besar setinggi sekitar 20 centimeter dan talam, sebut Sarwono, ditemukan tiga buah guci di sekitar arca. Guci berisi arca-arca kecil ada yang menghadap ke Utara.
"Arca menghadap ke selatan. Guci isi arca ada yang menghadap ke utara-barat, utara, dan utara-selatan," lanjut Sarwono yang waktu itu masih kelas 3 SMA semester akhir.
Pegiat sejarah Klaten, Hari Wahyudi menjelaskan temuan artefak Rejoso yang diperkirakan dari era Mataram kuno (9-10 M) dicatat dalam buku terbitan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Jawa Tengah. Temuan di Rejoso menurutnya termasuk luar biasa.
"Jadi tidak hanya 15 arca dalam satu wadah saja tapi ada artefak logam lainnya yang luar biasa. Tiga guci Dinasti Tang, satu vajra perunggu , satu vajragenta perunggu, kendi, dua celupak, 8 tutup bejana, fragmen, rantai, gelang semua perunggu," ungkap Hari kepada detikJateng.
"Juga ada lembaran emas berinskripsi pre nagari dan satu talam perunggu," imbuh Hari.
(afn/dil)