Cerita Asal-usul Tradisi Meron di Sukolilo Pati untuk Peringati Maulid Nabi

Cerita Asal-usul Tradisi Meron di Sukolilo Pati untuk Peringati Maulid Nabi

Dian Utoro Aji - detikJateng
Selasa, 17 Sep 2024 16:18 WIB
Warga Desa Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menggelar tradisi meron untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, Selasa (17/9/2024).
Warga Desa Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menggelar tradisi meron untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, Selasa (17/9/2024). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng
Pati -

Warga Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, hari ini menggelar tradisi Meron untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini berlangsung meriah dengan adanya perebutan meron atau gunungan yang diyakini membawa berkah. Begini cerita asal-usulnya.

Acara tradisi Meron digelar Selasa (17/9/2024), mulai pukul 11.00 WIB. Kepala desa dan perangkat membawa meron atau gunungan yang ditaruh di sepanjang jalan Sukilolo Pati. Total ada 12 meron. Meron itu terdiri dari mahkota, gunungan, dan ancak. Di setiap ancak terdapat jenis makanan yang berbeda.

Setelah belasan meron ditaruh di jalanan, tokoh agama, dan masyarakat memulai acara dengan melantunkan selawat dan ayat-ayat Al-Qur'an. Juga dibacakan tentang sejarah meron, disambung dengan sambutan dan diakhiri dengan pembacaan doa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga Desa Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menggelar tradisi meron untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, Selasa (17/9/2024).Warga Desa Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menggelar tradisi meron untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, Selasa (17/9/2024). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Pantauan detikJateng, saat acara belum selesai, beberapa meron telah diperebutkan oleh sejumlah warga.

Sekretaris panitia acara, Triyono, mengatakan tradisi meron untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dilestarikan secara turun temurun di Desa Sukolilo Pati sejak ratusan tahun lalu.

ADVERTISEMENT

"Bahwa meron ini sudah ratusan tahun yang lalu, (sejak tahun) 1628," kata Triyono kepada wartawan di lokasi, Selasa (17/9/2024).

Kisah Awal Mula Meron

Triyono lalu menceritakan sejarah asal-usul tradisi meron. Ceritanya berawal dari prajurit Kerajaan Mataram Islam yang singgah di wilayah Sukolilo ketika menyerang Pragolo Pati.

"Prajurit itu singgah di Pati kemudian singgah di Sukolilo, dan bertepatan dengan acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Kalau di Mataram atau di Yogyakarta itu ada sekaten, kemudian dilanjutkan di sini itu ada meron," ujar dia.

Menurut Triyono, meron merupakan kependekan dari mempere keraton (layaknya keraton). Artinya, tradisi ini hampir mirip seperti sekaten yang ada di keraton Mataram Islam. Selain itu kata meron juga diartikan sebagai gunungan.

"Meron itu singkatan mempere keraton, tapi bentuknya ada seperti gunungan. Jumlahnya ada 13 gunungan, dari kepala desa dan perangkatnya," terang dia.

Kali ini ada 13 meron yang disajikan di sepanjang jalan Sukolilo. Meron terdiri dari bagian mahkota, gunungan, dan ancak. Isinya berupa makanan dan hasil pertanian warga Sukolilo Pati.

"Kemudian ada oncenya, ada juga ada rengginang. Kemudian bawahnya baru makanan. Filosofinya itu kemakmuran," ucap Triyono.

Diyakini Membawa Berkah

Menurut Triyono, warga meyakini makanan dari meron itu membawa berkah.

"Itu ada kepercayaan masyarakat yang dapat makanan (dari meron) disebarkan ke tanaman supaya itu subur. Kemudian once disimpan," kata dia.

Triyono menambahkan tradisi meron telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda. Dia bilang meron juga telah ditetapkan sebagai kekayaan intelektual komunal.

"Harapan kita setiap event membawa kerukunan supaya tidak terjadi gesekan-gesekan dan sebagainya," pungkas Triyono.

Sementara itu, salah satu warga Sukolilo, Narti, mengaku rela berebut makanan dari meron untuk nantinya disebarkan ke sawahnya.

"Rencana mau dibagi-bagi, ini dapat rengginang, nasi, cucur, ampyang. Kalau petani disebarkan ke sawah. Saya juga mau sebar ke sawah," kata Narti di lokasi.




(dil/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads