Indonesian Film Archivist Society (IFAS) menggelar tontonan layar tancap di Lokananta Bloc, Solo. Tontonan zaman dulu yang memutar film seluloid 16 mm itu justru banyak disaksikan kaum muda.
Layar tancap yang memutar film berjudul Kipas-kipas Cari Angin diputar pada Jumat malam (12/1/2024). Para muda-mudi Kota Solo berdatangan sekira pukul 18.30 WIB, mereka mencari tempat ternyamannya untuk menyaksikan film di ruang terbuka itu.
Sebagian dari mereka mengaku baru pertama kalinya menyaksikan layar tancap. Mereka penasaran dengan hiburan yang pernah merajai di era 1980-an itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu penonton malam itu, Yosef Bergas Rosarianto (20) mengatakan sangat terkesan dengan pemutaran layar tancap itu.
"Ini sebenarnya pengalaman pertamaku nonton layar tancap dengan 16mm. Jadi yang pertama, aku cukup terkesan karena ini pengalaman pertama," kata Yosef kepada awak media usai pemutaran film, Jumat (12/1/2024).
Dia bahkan mencoba membandingkannya dengan bioskop yang rata-rata memiliki tingkat kenyamanan yang maksimal. Namun menurutnya, layar tancap memiliki sensasi yang berbeda dengan semua kesederhanannya.
"Dengan ruang yang selayaknya layar tancap gitu, di lapangan dan segala macam yang tidak proper seperti misal kita nonton di bioskop," tutur mahasiswa Institut Seni Indonesia Solo itu.
![]() |
Hal serupa dikatakan Dimas Arya (26), warga Lampung yang ikut menonton layar tancap itu. Ia mengatakan, pemutaran film lawas menjadi menarik bagi para muda-mudi karena mereka sudah tak lagi bisa melihat kehidupan yang terjadi di masa lampau.
"Soalnya kan dari segi zaman, zaman kita sekarang itu udah nggak bisa nikmatin tayangan-tayangan yang model-model zaman dulu kayak gitu. Apalagi dengan teknis yang berbeda dengan sekarang," ungkapnya.
Kepala Program IFAS, Andika Wahyu mengatakan memang banyak kaum muda yang penasaran dengan layar tancap.
"Ternyata banyak orang yang masih penasaran dengan film-film Indonesia di masa tersebut. Ini (penonton) kan kebanyakan anak-anak usia 20-an tahun ya, sehingga menurutku sangat menarik ketika orang-orang tuh pengen merasakan kembali layar tancap pakai pakai proyektor 16 mm," katanya.
Selain ingin menikmati sensasi merasakan hiburan di masa lalu, banyak dari penonton yang penasaran dengan cara kerja pemutaran film seluloid 16 mm.
"Bagaimana dioperasikannya, terus rasanya gimana sih melihat gambar yang grainy-grainy kayak gitu di layar. Mungkin ini pertama kalinya mereka menonton begini," kata dia.
(ahr/ahr)