Lasem: Kota Bandar di Era Perdagangan Rempah-Rempah dan Perkembangannya

Lasem: Kota Bandar di Era Perdagangan Rempah-Rempah dan Perkembangannya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Minggu, 03 Des 2023 11:49 WIB
Pondok pesantren (Ponpes) Kauman di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Senin (4/4/2022).
Lasem: Kota Bandar di Era Perdagangan Rempah-Rempah dan Perkembangannya. Foto: /detikJateng
Solo -

Di wilayah Kabupaten Rembang terdapat daerah bernama Lasem. Sejak dahulu, Lasem adalah salah satu kota bandar yang penting di pesisir utara Jawa. Tempat ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah.

Lasem memiliki peran penting bagi perdagangan sejak zaman Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, dan seterusnya. Lasem sendiri terletak di sisi timur wilayah Kabupaten Rembang. Jaraknya kurang lebih 12 kilometer dari pusat Kabupaten Rembang.

Mari simak informasi lengkap mengenai sejarah Lasem sebagai kota bandar yang detikJateng rangkum dari buku Lasem dalam Rona Sejarah Nusantara dan laman resmi Jalur Rempah Kemdikbud.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Awal Lasem

Lasem memiliki catatan sejarah yang dapat ditelusuri hingga abad ke-14 M. Pada masa ini, Pelabuhan Regol dan Pelabuhan Kaeringan di Lasem menjadi pelabuhan-pelabuhan utama Kerajaan Majapahit.

Keberadaan Lasem sangat strategis karena posisinya yang berada di pesisir utara Jawa dan dekat dengan Laut Jawa. Posisi ini membuatnya menjadi titik penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran internasional.

ADVERTISEMENT

Sejak awal, Lasem dikenal sebagai pusat perdagangan internasional. Perdagangan rempah-rempah, sutra, emas, besi, dan barang komoditas lainnya membuat ekonomi Lasem berkembang pesat.

Lasem memiliki dua pelabuhan utama, yaitu Regol dan Kaeringan. Keduanya menjadi pusat aktivitas perdagangan dan tempat berlabuh kapal-kapal dari berbagai bangsa.

Peran Penting Lasem sebagai Kota Bandar

Sungai Babagan, Sungai Kiringan, dan Sungai Lasem memainkan peran penting dalam pertumbuhan Lasem. Jalur pelayaran ini menjadi jalur perdagangan yang menghubungkan pesisir dengan daratan Lasem.

Pada masa Majapahit, Lasem menjadi bagian dari kerajaan vasal yang diperintah oleh Bhre Lasem. Dua pelabuhan dan dua galangan kapal di Lasem menjadi pilar ekonomi negara pada waktu itu.

Setelah kejatuhan Majapahit, Lasem tetap menjadi kota bandar penting di bawah Kesultanan Demak, Pajang, dan Mataram. Peran Lasem sebagai pangkalan armada perang Mataram dan pusat perdagangan tetap terjaga.

Hingga kini, Lasem mempertahankan statusnya sebagai kota bandar. Identitas sejarahnya masih tercermin dalam berbagai situs bersejarah, galangan kapal, masjid, kelenteng, dan pemukiman pecinan.

Lasem tetap menjadi destinasi yang menarik dengan revitalisasi Kota Pusaka pada tahun 2022, yang meningkatkan nilai estetis dan menjaga keberlangsungan kawasan cagar budaya Lasem.

Keragaman Budaya di Lasem

Kedatangan pedagang asing, seperti Laksamana Cheng Ho dari Cina pada abad ke-15 M, menciptakan interaksi multikultural yang kaya. Lasem menjadi tempat kedatangan orang Cina, Champa, Bugis, dan lainnya.

Mereka kemudian menetap dan Lasem menjadi sebuah wilayah yang punya keanekaragaman budaya. Akulturasi budaya pun terjadi di sini dari waktu ke waktu. Salah satu buktinya terlihat pada corak batik Laseman yang unik, hasil dari pertemuan berbagai budaya.

Meskipun selalu berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan besar, Lasem berhasil mempertahankan kemandirian ekonomi dan budayanya. Lasem membentuk identitas budaya akulturasi yang unik.

Lasem tetap menjadi tempat toleransi beragama dan multikulturalisme, dengan berbagai bangunan bersejarah seperti masjid, kelenteng, dan pemukiman pecinan yang masih dapat disaksikan hingga kini.

Demikian informasi mengenai Lasem, kota bandar yang kini masuk dalam wilayah Kabupaten Rembang. Semoga bermanfaat, Lur!




(ahr/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads