Bharatayudha adalah salah satu karya sastra Indonesia yang kisahnya dipengaruhi kebudayaan Hindu. Bharatayudha mengisahkan perang saudara antara Pandawa dan Kurawa.
Mengutip buku Sejarah untuk SMA Kelas 2 yang ditulis Tugiyono K. S., Mahabharatayudha atau disebut dengan Bharatayudha memiliki arti peperangan besar antar keluarga Bharata. Kitab Bharatayudha berisi kumpulan cerita pada zaman Brahmana yang terjadi antara tahun 400 SM sampai 400 Masehi.
Bharatayudha dalam versi bahasa Jawa oleh Empu Sedah dan Panuluh pada tahun 1157. Cerita yang ditulis adalah tentang peperangan Pandawa dan Kurawa gubahan dari Mahabharata. Peperangan tersebut berlangsung sangat sengit selama delapan hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut adalah penjelasan tentang sejarah Bharatayudha yang mengisahkan perang besar antar saudara, dikutip dari buku Arjuna dalam Perang Baratayuda yang ditulis Suhardi, buku Mengenal Kesenian Nasional 1 Wayang yang ditulis Kustopo, dan buku Borobudur Bukan Candi.
Tokoh dalam Bharatayudha
Bharatayudha memiliki pemeran tokoh yaitu Pandawa Lima yang terdiri dari Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Mereka adalah anak dari seorang raja dari Kerajaan Hastinapura yang bernama Pandu.
Di satu sisi, terdapat saudara dari kakek-neneknya yang bernama Duryodhana yang memiliki kelompok bernama Kurawa. Ayah dari Kurawa pernah dititipkan kekuasaan dari kerajaan Hastinapura sebelum Pandawa Lima hadir. Kurawa ingin mengambil kekuasaan dari kerajaan tersebut dan bermaksud mengusir Pandawa Lima dari tahta.
Pemicu Konflik Peperangan Pandawa dan Kurawa
Terjadinya perselisihan antara Pandawa dan Kurawa telah dimulai ketika orang tua mereka masih muda. Ayah dari Pandawa yang bernama Pandu membawa tiga orang putri dari negara berbeda yang bernama Kunti, Gendari, dan Madrim.
Salah satu dari ketiga putri akan dipersembahkan kepada kakaknya yang buta bernama Dretarastra. Dretarastra memilih Gendari karena berpikir akan mempunyai banyak anak jika menikahinya. Akan tetapi, Gendari merasa tersinggung dan bersumpah keturunannya akan menjadi musuh bebuyutan anak-anak Pandu.
Anak-anak dari Gendari yang berjumlah seratus diajari olehnya dan adiknya yang bernama Sengkuni untuk selalu memusuhi anak-anak Pandu yang merupakan Pandawa. Ketika Pandu wafat, anak-anaknya termasuk Pandawa semakin sengsara dan selalu dimusuhi oleh sepupu mereka yaitu Kurawa.
Hal tersebut memicu peperangan lebih besar yang terdiri dari usaha pembunuhan Pandawa dalam istana yang terbakar sampai perebutan kerajaan melalui permainan dadu.
Terjadinya Peperangan antara Kurawa dan Pandawa
Pandawa sering mengikuti pelatihan dari para guru dan melakukan meditasi untuk mengasah kemampuannya. Suatu hari, dilakukan turnamen perang antara Pandawa dan Kurawa. Mereka bertarung menggunakan senjata tradisional dan kekuatan magis. Dalam pertempuran ini, Pandawa berhasil menang.
Duryodhana sebagai salah satu bagian dari Kurawa merasa dendam dan ingin menghancurkan pandawa. Ia berencana untuk menjebak kakak tertua dari Pandawa yaitu Yudhistira melalui permainan dadu hingga akhirnya Yudhistira kalah. Dengan terpaksa, Pandawa akhirnya kehilangan kekuasaan dan harus meninggalkan kerajaan.
Pandawa diasingkan selama 13 tahun dan menghadapi berbagai kesulitan. Meski begitu, mereka tetap semangat dan pantang menyerah untuk mengambil kembali kekuasaan dan kehormatan mereka.
Pandawa akhirnya memutuskan untuk kembali ke kerajaan Hastinapura untuk menghadapi Kurawa. Terjadi peperangan yang sengit yang berlangsung di lapangan luas bernama Palagan Kurusetra.
Dalam perang tersebut, satu persatu orang berguguran. Ada yang tertusuk tombak, terkena tebasan pedang, terpanah, dan terinjak-injak kuda. Ketika akhir peperangan, semua penduduk Kurawa dan Pandawa habis. Ksatria Kurawa yang berjumlah 100 akhirnya mati begitu pula pasukan Pandawa yang hanya menyisakan lima bersaudara, yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
Kemenangan Milik Pandawa
Pandawa akhirnya berhasil meraih kemenangannya setelah mengalahkan seluruh pasukan Kurawa. Kerajaan Hastinapura kembali dikuasai oleh Pandawa dengan penuh kebahagiaan dan kesejahteraan. Kisah ini mengajarkan perlunya keberanian, persahabatan, kesetiaan, dan keadilan.
Ketika Pandawa memimpin kerajaan, mereka bersikap bijaksana dan adil. Mereka memaafkan kesalahan Duryodhana dan kelompoknya meski telah membuat Pandawa sengsara.
Akan tetapi, kejayaan Pandawa tidak bertahan lama karena usia Yudhistira yang sudah tua dan memutuskan untuk menurunkan kekuasaannya kepada anaknya yang bernama Parikesit. Naasnya, ketika Parikesit naik tahta, Kerajaan Hastinapura dihantui oleh berbagai kutukan dan bencana.
Demikianlah sejarah Bharatayudha yang mengisahkan perang saudara antara Pandawa dan Kurawa. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.
(aku/ahr)