- Puisi tentang Alam yang Indah dan Singkat Puisi 1: Air Terjun Puisi 2: Hutan Hujan Tropis Puisi 3: Sebuah Danau Puisi 4: Lautan Puisi 5: Air Sungai Puisi 6: Bukan Sekedar Indah Puisi 7: Bedugul Itulah Namanya Puisi 8: Si Kecil Santolo Puisi 9: Danau Buatan di Tengah Pabrik Puisi 10: Sempurnanya ciptaan Ilahi
Puisi dapat digunakan sebagai ungkapan ekspresi mengenai kekaguman akan keindahan suatu hal, seperti keindahan alam. Untuk itu, berikut beberapa contoh puisi tentang alam yang indah dan singkat yang bisa dijadikan referensi.
Dikutip dari laman fkip.umsu.ac.id, puisi adalah seni sastra yang menggunakan bahasa secara kreatif untuk menyampaikan perasaan, gagasan, atau pengalaman melalui ritme, suara, makna, dan citra.
Pembuatan puisi biasanya didasarkan pada tema-tema tertentu, misalnya alam, teknologi, keluarga, dan sebagainya. Terkadang, puisi juga digunakan dalam peringatan hari besar tertentu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puisi tentang Alam yang Indah dan Singkat
Berikut detikJateng rangkumkan 10 contoh puisi tentang alam yang indah dan singkat yang dikutip dari buku "Puisi Panorama Indonesia" karya Ai Nurhayati dan buku "Lukisan Alam di Hamparan Air".
Puisi 1: Air Terjun
Gemericik tetesan suara air terjun mengalir,
Airnya menyusuri bebatuan berpasir,
Menyeruak gelembung berbulir-bulir,
Terhempas angin debu terbang berbutir-butir,
Kicauan burung terdengar merdu,
Bagai nyanyian nan syahdu,
Mentari bersinar buram sendu,
Menyatu dengan alam nan padu,
Burung berkelompok terbang beriringan,
Mengitari air terjun di sela bebatuan,
Hinggap di ranting pepohonan,
Sungguh indah alam pedesaan.
Puisi 2: Hutan Hujan Tropis
Hutan rimbun di suatu kawasan,
Bagai zamrud perhiasan,
Tampak indah kehijauan,
Berada di daerah perbatasan,
Berkas cahaya mentari tembus sedikit ke dalam,
Pepohonan rapat yang ada di alam,
Tampak rerumputan dan bunga sedap malam,
Keadaan gelap bagai malam,
Anggrek subur di hutan hujan tropis,
Menempel di sela batang pohon pakis,
Cabang rantingnya agak terkikis,
Bagai benalu yang mengiris-iris.
Puisi 3: Sebuah Danau
Di suatu pegunungan,
Terpisah oleh danau biru kehijauan,
Airnya tampak jernih transparan,
Dipenuhi cadangan air resapan,
Di sisi sebuah danau,
Tampak burung bangau,
Suaranya agak parau,
Bulu putihnya berkemilau,
Ikan-ikan berenang melompat,
Bagai berlari hingga meloncat,
Bersembunyi dari predator yang sedang bersiasat,
Bagai sebuah permainan petak umpat.
Puisi 4: Lautan
Terdengar suara burung elang laut,
Bagai panggilan saling bersahut-sahut,
Menyambut para nelayan dan pelaut,
Mengundi nasib di sisi laut,
Ikan-ikan bertebaran,
Berlari berkejaran,
Bagai lomba renang di lautan,
Penuh peruntungan,
Tampak sampan para nelayan,
Memasang kail penangkap ikan
Bagai arena pemancingan,
Berlomba-lomba di lautan.
Puisi 5: Air Sungai
Air sungai mengalir deras,
Menerpa bebatuan cadas,
Mendorong dengan keras,
Terombang-ambing lepas,
Airnya jernih turun hingga ke dasar,
Bunyi suaranya pun terdengar,
Menghentakkan tanah hingga keluar,
Mengendap setelah berputar-putar,
Tampak dua ekor berang-berang,
Sedang asyik dalam berenang,
Hendak membendung air hingga tergenang
Suaranya kencang terngiang ngiang.
Puisi 6: Bukan Sekedar Indah
Oleh: Abdul Harish Faqih
Panggilan itu seperti terdengar jelas di telinga.
Seperti mengajak untuk melihat betapa indahnya dunia
Mungkin semua mengira tempat itu hanyalah dongeng yang fana
Namun siapalah menyangka jika teluk hijau memanggil istimewa
Seperti telah membisikkan berjuta kata penuh makna
Bahwa inilah sesungguhnya sihir panorama
Iya, alam menyihir semua dan meyakinkan "jika aku memang nyata"
Seketika menjadikan bibir ini tak kunjung berhenti mengucap kata puja
Ketika engkau tahu semuanya dengan mata kepala
Intuisi seakan memaksa agar tetap berada dan menjaga
Kau tahu kenapa?
Karena siapalah yang akan menjaga jika bukan diri kita
Puisi 7: Bedugul Itulah Namanya
Oleh: Adeng Septi Irawan
Tirta nan luas, dilingkari tonggak-tonggak tinggi
Menyatu, terikat kuat oleh bumi bak rantai penyambung baja
Kembang kenanga, kembang melati mekar
Tampak oleh kedua pelupuk mata nan bundar
Harum aroma embun di senja hari
Menusuk kedua lubang indra
Sejuk rasanya di dalam tubuh mungil ini
Mentari mulai redup, ditelan kegelapan
Siang telah berganti malam, saat terang telah menjadi gelap
Angin membelah danau bak pisau belah daun
Lurus tanpa goresan sedikit pun
Gelombang tirta berlabuh menuju daratan
Bertolak dari pelabuhan, kembali ke tengah lautan
Ketenangan hati cermin keikhlasan diri simbol keindahan
Sungguh hebat pena Tuhan sang pelukis keindahan
Bedugul itulah namanya, danau di pulau Dewata
Dunia terasa berputar bak roda, semua tak ada yang kekal
Segores pena Tuhan bisa menjadi suatu petaka bagi insan
Luapan tirta nan dahsyat menyapu seisi daratan
Bak banjir bandang menghabisi ribuan nyawa
Syukur sebagai simbol keindahan antara insan dan Tuhan
Penolak segala marabahaya, murka Sang pelukis keindahan
Puisi 8: Si Kecil Santolo
Oleh: Aghnia Yolanda Wiguna
Pasir putih pijakku
Ombak yang bergemuruh merdu
Berlari menghampiriku, merayuku
Lihatlah karang sebatang kara
Di tengah pantai
Meski ombak menerpa
Bertahan ia bak puri
Nelayan mencari isi pundi
Burung bernyanyi ikan menari
Langit biru temani sudi
Karang-karang kecil tajam bak duri
Denganku canda mengguruh tak sunyi
Santolo Gudang Riak
Santolo Pulau Molek
Masayu Santolo bagiku
Oh.. Santolo Kecilku
Puisi 9: Danau Buatan di Tengah Pabrik
Oleh: Ahmad Zaini
Pagi itu, ditemani cahaya mentari yang masih suci memancar ke bumi
Berdiri, ku menikmati pemandangan di tepi danau buatan, di tengah pabrik,
Yang dihiasi tembok-tembok pabrik menjulang tinggi..
Kontras dibuatnya...
Pohon-pohon rindang berdesakan di tepian lainnya, terlihat menari-nari bersama desiran angin
Burung-burung pun tak ketinggalan bernyanyi saling bersahutan..
Gelombang air merayap ke tepian, lembut terdengar bercikannya
Pantulan cahaya ke air mengenai pinggiran gedung pabrik. menambah keindahannya
Paparan cahaya mengenai dasaran air, indah kilauannya
Sejuk terasa menusuk batin ditemani suara desiran angin seraya bergesekan dengan dedaunan
Air kecoklatan nan tenang membawa kedamaian
Entah mengapa, serasa hanyut diriku terbawa suasana
Melamun jauh kubayangkan kebesaran-Nya
Meskipun hanya lewat sebuah Danau Buatan
Puisi 10: Sempurnanya ciptaan Ilahi
Oleh: Aniek Rizka
Pagi itu langit begitu cerah
Namun panas mentari tak menyakiti
Napasku membuncah
Tak sabar, di mana kakiku akan berhenti?
Di tanah yang dingin pohon-pohon menjulang
Udara dingin, namun tak berangin
Terus menanjak, terus menyusuri tebing
Ransel membebani, tenggorokan kering
Hutannya seram,
Tebingnya curam,
Jalannya suram,
Asa lebam.
Setapak berkelok dan menanjak tak berujung
Burung dan hewan penghuni hutan berdendang
Ini terlalu jauh!
Badan penuh peluh, mulut penuh keluh.
"Sedikit lagi", "Sebentar lagi", terhadap diri kukuhkan hati
"Itu dia!" bahagia memekik, buah kesabaran bersemi
Surgakah ini? Mata yang tak tau diri segera mengimani
Air terjun Lalay, sungguhnya kami tak akan lalai
Indah yang tersembunyi, begitu sempurnanya ciptaan llahi.
Sungguh aku tak ingin pergi.
Demikian informasi mengenai 10 puisi tentang alam yang singkat dan indah. Puisi-puisi ini bisa dijadikan referensi untuk pembuatan puisi lainnya. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Muthia Alya Rahmawati peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ams/aku)