10 Puisi tentang Alam yang Indah dan Singkat, Bisa untuk Tugas atau Lomba

10 Puisi tentang Alam yang Indah dan Singkat, Bisa untuk Tugas atau Lomba

Muthia Alya Rahmawati - detikJateng
Sabtu, 18 Nov 2023 15:55 WIB
Ilustrasi puisi untuk guru.
Foto 10 Puisi tentang Alam yang Indah dan Singkat, Bisa untuk Tugas atau Lomba: Istimewa
Solo -

Puisi dapat digunakan sebagai ungkapan ekspresi mengenai kekaguman akan keindahan suatu hal, seperti keindahan alam. Untuk itu, berikut beberapa contoh puisi tentang alam yang indah dan singkat yang bisa dijadikan referensi.

Dikutip dari laman fkip.umsu.ac.id, puisi adalah seni sastra yang menggunakan bahasa secara kreatif untuk menyampaikan perasaan, gagasan, atau pengalaman melalui ritme, suara, makna, dan citra.

Pembuatan puisi biasanya didasarkan pada tema-tema tertentu, misalnya alam, teknologi, keluarga, dan sebagainya. Terkadang, puisi juga digunakan dalam peringatan hari besar tertentu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puisi tentang Alam yang Indah dan Singkat

Berikut detikJateng rangkumkan 10 contoh puisi tentang alam yang indah dan singkat yang dikutip dari buku "Puisi Panorama Indonesia" karya Ai Nurhayati dan buku "Lukisan Alam di Hamparan Air".

Puisi 1: Air Terjun

Gemericik tetesan suara air terjun mengalir,

ADVERTISEMENT

Airnya menyusuri bebatuan berpasir,

Menyeruak gelembung berbulir-bulir,

Terhempas angin debu terbang berbutir-butir,


Kicauan burung terdengar merdu,

Bagai nyanyian nan syahdu,

Mentari bersinar buram sendu,

Menyatu dengan alam nan padu,


Burung berkelompok terbang beriringan,

Mengitari air terjun di sela bebatuan,

Hinggap di ranting pepohonan,

Sungguh indah alam pedesaan.


Puisi 2: Hutan Hujan Tropis

Hutan rimbun di suatu kawasan,

Bagai zamrud perhiasan,

Tampak indah kehijauan,

Berada di daerah perbatasan,


Berkas cahaya mentari tembus sedikit ke dalam,

Pepohonan rapat yang ada di alam,

Tampak rerumputan dan bunga sedap malam,

Keadaan gelap bagai malam,


Anggrek subur di hutan hujan tropis,

Menempel di sela batang pohon pakis,

Cabang rantingnya agak terkikis,

Bagai benalu yang mengiris-iris.


Puisi 3: Sebuah Danau

Di suatu pegunungan,

Terpisah oleh danau biru kehijauan,

Airnya tampak jernih transparan,

Dipenuhi cadangan air resapan,


Di sisi sebuah danau,

Tampak burung bangau,

Suaranya agak parau,

Bulu putihnya berkemilau,


Ikan-ikan berenang melompat,

Bagai berlari hingga meloncat,

Bersembunyi dari predator yang sedang bersiasat,

Bagai sebuah permainan petak umpat.


Puisi 4: Lautan

Terdengar suara burung elang laut,

Bagai panggilan saling bersahut-sahut,

Menyambut para nelayan dan pelaut,

Mengundi nasib di sisi laut,


Ikan-ikan bertebaran,

Berlari berkejaran,

Bagai lomba renang di lautan,

Penuh peruntungan,


Tampak sampan para nelayan,

Memasang kail penangkap ikan

Bagai arena pemancingan,

Berlomba-lomba di lautan.


Puisi 5: Air Sungai

Air sungai mengalir deras,

Menerpa bebatuan cadas,

Mendorong dengan keras,

Terombang-ambing lepas,


Airnya jernih turun hingga ke dasar,

Bunyi suaranya pun terdengar,

Menghentakkan tanah hingga keluar,

Mengendap setelah berputar-putar,


Tampak dua ekor berang-berang,

Sedang asyik dalam berenang,

Hendak membendung air hingga tergenang

Suaranya kencang terngiang ngiang.


Puisi 6: Bukan Sekedar Indah

Oleh: Abdul Harish Faqih

Panggilan itu seperti terdengar jelas di telinga.

Seperti mengajak untuk melihat betapa indahnya dunia

Mungkin semua mengira tempat itu hanyalah dongeng yang fana

Namun siapalah menyangka jika teluk hijau memanggil istimewa


Seperti telah membisikkan berjuta kata penuh makna

Bahwa inilah sesungguhnya sihir panorama

Iya, alam menyihir semua dan meyakinkan "jika aku memang nyata"

Seketika menjadikan bibir ini tak kunjung berhenti mengucap kata puja


Ketika engkau tahu semuanya dengan mata kepala

Intuisi seakan memaksa agar tetap berada dan menjaga

Kau tahu kenapa?

Karena siapalah yang akan menjaga jika bukan diri kita


Puisi 7: Bedugul Itulah Namanya

Oleh: Adeng Septi Irawan

Tirta nan luas, dilingkari tonggak-tonggak tinggi

Menyatu, terikat kuat oleh bumi bak rantai penyambung baja

Kembang kenanga, kembang melati mekar

Tampak oleh kedua pelupuk mata nan bundar

Harum aroma embun di senja hari

Menusuk kedua lubang indra

Sejuk rasanya di dalam tubuh mungil ini

Mentari mulai redup, ditelan kegelapan

Siang telah berganti malam, saat terang telah menjadi gelap

Angin membelah danau bak pisau belah daun

Lurus tanpa goresan sedikit pun

Gelombang tirta berlabuh menuju daratan

Bertolak dari pelabuhan, kembali ke tengah lautan

Ketenangan hati cermin keikhlasan diri simbol keindahan

Sungguh hebat pena Tuhan sang pelukis keindahan

Bedugul itulah namanya, danau di pulau Dewata

Dunia terasa berputar bak roda, semua tak ada yang kekal

Segores pena Tuhan bisa menjadi suatu petaka bagi insan

Luapan tirta nan dahsyat menyapu seisi daratan

Bak banjir bandang menghabisi ribuan nyawa

Syukur sebagai simbol keindahan antara insan dan Tuhan

Penolak segala marabahaya, murka Sang pelukis keindahan


Puisi 8: Si Kecil Santolo

Oleh: Aghnia Yolanda Wiguna

Pasir putih pijakku

Ombak yang bergemuruh merdu

Berlari menghampiriku, merayuku


Lihatlah karang sebatang kara

Di tengah pantai

Meski ombak menerpa

Bertahan ia bak puri


Nelayan mencari isi pundi

Burung bernyanyi ikan menari

Langit biru temani sudi

Karang-karang kecil tajam bak duri

Denganku canda mengguruh tak sunyi


Santolo Gudang Riak

Santolo Pulau Molek

Masayu Santolo bagiku

Oh.. Santolo Kecilku


Puisi 9: Danau Buatan di Tengah Pabrik

Oleh: Ahmad Zaini

Pagi itu, ditemani cahaya mentari yang masih suci memancar ke bumi

Berdiri, ku menikmati pemandangan di tepi danau buatan, di tengah pabrik,

Yang dihiasi tembok-tembok pabrik menjulang tinggi..

Kontras dibuatnya...

Pohon-pohon rindang berdesakan di tepian lainnya, terlihat menari-nari bersama desiran angin

Burung-burung pun tak ketinggalan bernyanyi saling bersahutan..

Gelombang air merayap ke tepian, lembut terdengar bercikannya

Pantulan cahaya ke air mengenai pinggiran gedung pabrik. menambah keindahannya

Paparan cahaya mengenai dasaran air, indah kilauannya

Sejuk terasa menusuk batin ditemani suara desiran angin seraya bergesekan dengan dedaunan

Air kecoklatan nan tenang membawa kedamaian

Entah mengapa, serasa hanyut diriku terbawa suasana

Melamun jauh kubayangkan kebesaran-Nya

Meskipun hanya lewat sebuah Danau Buatan


Puisi 10: Sempurnanya ciptaan Ilahi

Oleh: Aniek Rizka

Pagi itu langit begitu cerah

Namun panas mentari tak menyakiti

Napasku membuncah

Tak sabar, di mana kakiku akan berhenti?


Di tanah yang dingin pohon-pohon menjulang

Udara dingin, namun tak berangin

Terus menanjak, terus menyusuri tebing

Ransel membebani, tenggorokan kering


Hutannya seram,

Tebingnya curam,

Jalannya suram,

Asa lebam.


Setapak berkelok dan menanjak tak berujung

Burung dan hewan penghuni hutan berdendang

Ini terlalu jauh!

Badan penuh peluh, mulut penuh keluh.

"Sedikit lagi", "Sebentar lagi", terhadap diri kukuhkan hati

"Itu dia!" bahagia memekik, buah kesabaran bersemi

Surgakah ini? Mata yang tak tau diri segera mengimani


Air terjun Lalay, sungguhnya kami tak akan lalai

Indah yang tersembunyi, begitu sempurnanya ciptaan llahi.

Sungguh aku tak ingin pergi.

Demikian informasi mengenai 10 puisi tentang alam yang singkat dan indah. Puisi-puisi ini bisa dijadikan referensi untuk pembuatan puisi lainnya. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Muthia Alya Rahmawati peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ams/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads