Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran di Wonogiri merupakan kampung wayang yang hingga kini masih eksis. Di kampung itu terdapat para perajin berpengalaman dan ahli di bidang perwayangan.
Salah satu perajin wayang di Kepuhsari adalah Sutar (58). Ia mengaku mulai belajar membuat wayang sejak kelas III SD, tepatnya pada 1975.
"Mulai kelas III, kelas VI SD sudah bisa membuat wayang sendiri. Mulai bisa menghasilkan uang. Karena setiap pulang sekolah belajar. Selain itu keluarga juga membuat wayang," kata dia kepada detikJateng Selasa (7/11).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sutar belajar wayang dengan kepala sekolahnya, Sukarhadi Prayitno. Pada saat kelas VI SD, Sutar diajak pameran wayang ke sejumlah daerah, termasuk ke PRPP Semarang.
Menurut dia, Sukarhadi Prayitno berjasa besar terhadap perwayangan di Kepuhsari. Pada 1980, wayang Kepuhsari mulai dikenal dunia.
"Bahkan dulu (Sukarhadi Prayitno) mendapat penghargaan Upakarti dari Pak Soeharto (Presiden saat itu), diundang ke istana. Karena berhasil mengembangkan wayang di sini. Sampai Menteri (Penerangan) Harmoko datang ke sini," ungkap dia.
Sutar menceritakan, dulu anak SD saat pulang sekolah belajar membuat wayang ke rumah Sukarhadi Prayitno. Sehingga perkembangan wayang bagus. Hampir semua anak ikut belajar.
"Setelah beliau (Sukarhadi Prayitno) meninggal, wayang semakin meredup. Banyak alih profesi. Jadi kejayaannya sekitar 1980-1995. Kemudian baru awal 2011 mulai hidup lagi (tercetus kampung wayang pada 2014)," ujar dia.
Rumah Sering Dipakai Tidur Turis yang Berkunjung
Saat masa kejayaan, dulu rumahSutar sering dipa
kai turis untuk tidur saat berkunjung ke Kepuhsari.
"Dulu belum ada homestay. Biasanya pesannya wayang mini. Biar bisa dimasukkan ke tas. Saya pernah bikin satu set kotak wayang. Laku ke luar negeri. Pernah membuat wayang Gatotkaca dan dibeli duta besar Indonesia untuk Inggris. Wayang itu dibawa ke Inggris," jelas dia.
Selama menjadi perajin wayang, pelanggan dan hasil yang diperoleh Sutar tergolong normal.
"Ya kalau jadi perajin wayang harus tahu pewayangan. Pakem wayang, tokoh-tokohnya harus hapal," kata Sutar.
(apu/sip)