Salah satu karya sastra masyarakat Jawa yang memiliki makna luhur adalah Serat Wedhatama. Simak penjelasan mengenai Serat Wedhatama berikut ini.
Masyarakat Jawa dikenal dengan karya sastra yang mengandung makna filosofis bagi kehidupan manusia. Karya-karya tersebut kerap dijadikan sebagai pedoman bagi kebaikan hidup mereka.
Serat Wedhatama adalah salah satu karya sastra Jawa yang mengajarkan tentang cara menjalani kehidupan sebagai manusia yang baik dan berbudi luhur. Berikut penjelasan mengenai seluk-beluk Serat Wedhatama yang sudah dirangkum detikJateng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Serat Wedhatama?
Mengutip laman Jogja Belajar yang dikelola oleh Balai Tekkomdik DIY, Serat Wedhatama adalah karya sastra yang ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV pada abad ke-19. Wedhatama berasal dari kata Wedha dan Tama.
Dalam Kamus Bahasa Jawa-Indonesia, wedha mempunyai arti ilmu, pengetahuan. Sedangkan tama berasal dari kata utama yang mempunyai arti utama, baik dalam sikap, budi, maupun tindak-tanduk.
Secara harfiah, Serat Wedhatama dapat dimaknai sebagai serat atau buku yang berisi tentang pengetahuan, nasehat untuk bersikap, bertindak dan bertingkah laku yang baik. Serat Wedhatama awalnya ditulis KGPAA Mangkunegara IV untuk anak dan keturunannya.
Akan tetapi, setelah diketahui bahwa ajaran yang terkandung di dalamnya sangatlah luhur, akhirnya banyak kalangan masyarakat yang menilai bahwa Serat Wedhatama dapat dijadikan sebagai sumber pelajaran bagi masyarakat umum.
Urutan Isi Serat Wedhatama
Serat Wedhatama merupakan sebuah karya sastra berbentuk tembang macapat yang terdiri dari 100 pada atau bait. Urutan isi tembang macapat dalam Serat Wedhatama yaitu:
- Pupuh Pangkur (14 pada, 1-14)
- Pupuh Sinom (18 pada, 15-32)
- Pupuh Pocung (15 pada, 33-47)
- Pupuh Gambuh (35 pada, 48-82)
- Pupuh Kinanthi (18 pada, 83-100)
Cuplikan Isi Serat Wedhatama
Mengutip laman Universitas Negeri Yogyakarta, berikut cuplikan isi dari sejumlah bait dalam pupuh yang terkandung dalam Serat Wedhatama.
- Lila lamun kelangan nora gegetun (Rela jika kehilangan sesuatu).
- Trima lamun ketaman saserik sameng dumadi (Menerima dengan sabar jika mendapatkan perlakuan yang menyakitkan hati).
- Legawa nalangsa srah ing Bathara (Ikhlas menyerahkan diri pada Tuhan).
- Wirya harta tri winasis (Tiga kedudukan manusia adalah pangkat, harta dan kepintaran).
- Eling lan waspada; awas lan eling (Selalu ingat dan waspada).
- Gonyak-ganyuk nglelingsemi (Jangan bertindak kurang sopan dalam pertemuan, sehingga memalukan).
- Nggugu karepe priyangga (Jangan bertindak semaunya sendiri).
- Traping angganira (Harus dapat menempatkan diri).
- Angger ugering keprabon (Mematuhi tatanan negara).
- Bangkit ajur ajer (Pandai bergaul dengan berbagai kalangan).
Pokok Ajaran Serat Wedhatama
Mengutip Jurnal Kaca Jurusan Ushuluddin STAI Al Fithrah berjudul 'AJARAN TASAWUF DALAM SERAT WEDHATAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV' oleh Siswoyo Aris Munandar dan Atika Afifah, ajaran yang terdapat dalam Serat Wedhatama dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu ajaran bagi golongan muda dan bagi golongan tua.
Adapun ajaran bagi golongan muda yaitu rendah hati, mencari guru yang baik, tidak mabuk keduniawian, mengontrol diri, berpasrah kepada Tuhan, merasa cukup dengan nikmat, dan makrifat.
Sedangkan ajaran bagi golongan tua yaitu sabar, mahabbah dan ajaran sembah Mangkunegara IV tentang sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa.
Demikian pembahasan mengenai Serat Wedhatama mulai dari pengertian hingga pokok ajarannya. Semoga bermanfaat, Lur!
(apl/aku)