Tentang Tembang Pangkur dari Watak, Aturan-Makna hingga Contohnya

Tentang Tembang Pangkur dari Watak, Aturan-Makna hingga Contohnya

Tim detikJabar - detikJateng
Senin, 12 Des 2022 20:11 WIB
Pengrawit Kemantren Langenpraja Puro Mangkunegaran menggelar latihan untuk tampil di acara tasyakuran perikahan Kaesang-Erina, Rabu (7/12/2022).
Pengrawit Kemantren Langenpraja Puro Mangkunegaran menggelar latihan untuk tampil di acara tasyakuran perikahan Kaesang-Erina, Rabu (7/12/2022). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng
Solo -

Pangkur adalah bentuk komposisi tembang macapat, mempunyai bait lagu yang terdiri atas tujuh baris. Berikut hal ihwal tembang pangkur, dari watak, aturan, makna, hingga contohnya.

Tentang Tembang Pangkur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, tembang pangkur biasanya dipakai untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat keras, seperti kemarahan, perkelahian, dan perang. Tembang pangkur termasuk salah satu dari sebelas tembang macapat.

Dalam KBBI, macapat ialah bentuk bentuk puisi Jawa tradisional yang setiap baitnya mempunyai baris kalimat (gatra) tertentu, setiap gatra mempunyai jumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sanjak akhir (guru lagu; guru suara tertentu), misalnya Dandanggula, Kinanti, Maskumambang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makna Tembang Pangkur

Melansir detikJabar yang mengutip jurnal 'Analisis Nilai Religiusitas dan Makna dalam Tembang Pangkur Sunan Drajat' (Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra 'Ksatra'), pangkur berasal dari kata 'mungkur' yang berarti mundur, menjauhkan diri, atau pergi.

Dalam jurnal karya Luluk Ainayah dkk itu disebutkan tembang pangkur menggambarkan kearifan kehidupan manusia yang harus menjauhi berbagai hawa nafsu dan angkara murka.

ADVERTISEMENT

Dijelaskan Luluk dkk bahwa tembang pangkur merupakan karya sastra tentang seseorang agar mengenang masa lalunya yang buruk, untuk mengajaknya mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mulai meninggalkan keserakahan duniawi.

Tembang macapat pangkur merupakan salah satu sastra yang diciptakan oleh Sunan Drajat. Bahasa yang digunakan bervariatif, estetis, dan mengandung nilai religi.

Watak Tembang Pangkur

Tembang pangkur sering digunakan untuk menyampaikan pitutur atau nasihat dengan kasih sayang. Dalam buku 'Filsafat Ku' karya Wafa Aldawamy yang dikutip detikJabar, nasihat tersirat itu menggambarkan kehidupan yang menjauhi berbagai hawa nafsu dan angkara murka.

Tembang pangkur dapat membimbing seseorang dalam proses mendekatkan diri kepada Tuhan. Tembang pangkur juga dapat memengaruhi kehidupan orang-orang yang banyak melakukan perbuatan tidak terpuji.

Dalam buku 'Nilai-Nilai Moral Islami Dalam Serat Wulangreh' karya Endang Nurhayati yang dikutip detikJabar dijelaskan tembang pangkur memuat beberapa nilai sebagai berikut.

  • Manusia dilatih untuk membedakan hal yang positif dan negatif dalam hidup.
  • Dalam menjalani kehidupan, manusia berlandaskan pada aspek:

1. Deduga: Mempertimbangkan segala sesuatu sebelum bertindak.
2. Prayoga: Mempertimbangkan hal positif terhadap segala sesuatu yang akan dilaksanakan.
3. Warata: Mempertimbangkan kemungkinan terburuk dari apa yang akan dilaksanakan.
4. Reringa: Berhati-hati dalam menghadapi sesuatu yang belum ada kejelasannya.

  • Manusia harus menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak baik seperti maksiat
  • Manusia harus menjauhkan diri dari watak:

1. Durjana: Jahat
2. Murka: Serakah
3. Dengki: Sakit hati melihat orang lain mendapat keberuntungan
4. Srei: Menginginkan kemenangan terhadap keberuntungan orang lain
5. Dora: Pembohong
6. Iren: Selalu iri
7. Dahwen: Suka mencela
8. Panasten: Panas hati melihat orang lain berhasil
9. Open: Ingin memiliki hak orang lain
10. Kumingsun: Merasa dirinya adalah orang terhebat
11. Jail: Suka mengganggu orang lain
12. Methakil: Menzalimi orang lain
13. Besiwit: Suka mengungkit kejelekan orang lain
14. Lunyu: Tidak berketetapan hati
15. Genjah: Tidak dapat dipercaya
16. Nyumur Gumuling: Tidak dapat menyimpan rahasia
17. Mbuntat Ari: Berperilaku baik didepan dan buruk dibelakang.

  • Manusia harus dapat mengendalikan nafsu luamah (keinginan hati) dan amarah.

Tembang macapat menggambarkan perjalanan hidup manusia, mulai dari dilahirkan ke dunia hingga dicabut nyawanya. Watak dari tembang macapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan lirik lagu- jawa yang berkaitan dengan penggambaran karakter manusia.

Oleh karena itu, tembang macapat sering digunakan sebagai sebuah tembang yang mengandung banyak nasehat bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Watak tembang macapat pangkur diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Gagah
2. Bergairah
3. Bersemangat
4. Ketulusan hati yang besar dan kuat perkasa
5. Keyakinan dalam mengajak seseorang mempersiapkan masa depan.

Aturan Tembang Pangkur

Tembang pangkur memiliki ciri khas guru gatra terdiri dari tujuh baris, guru wilangan 8-11-8-7-12-8-8, dan guru lagu a-i-u-a-a-a-i. Tembang ini ditujukan kepada orang awam sebagai bentuk kepedulian mengenang masa lalu dan menjadikannya motivasi untuk mempersiapkan masa depan yang lebih cerah dan kembali ke jalan yang benar.

Contoh Tembang Pangkur dan Artinya

Salah satu contoh tembang macapat pangkur yang populer adalah karya KGPAA Mangkunegoro IV yang tertuang dalam Serat Wedatama pupuh I berikut:

Mingkar-mingkuring ukara
Akarana karenan mardi siwi
Sinawang resmining kidung
Sinuba sinukarta
Mrih kretarta pakartining ilmu luhung
Kang tumprap ing tanah Jawa
Agama ageming aji

Jinejer ing Wedhatama
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun
Yen tan mikani rasa
Yekti sepi sepa lir sepah asamun
Samasane pakumpulan
Gonyak-ganayuk nglelingsemi
Nggugu karsane priyangga
Nora nganggo peparah lamun angling
Lumuh ingaran balilu
Uger guru aleman
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu
Sinamun samudana
Sesadoning adu manis

Artinya:

Membolak-balikkan kata
Karena hendak mendidik anak
Tersirat dalam indahnya tembang
Dihias penuh warna
Agar menjiwai hakekat ilmu luhur
Yang ada di tanah Jawa
Agama pakaian diri

Tersaji dalam serat Wedhatama
Agar jangan miskin budi pekerti
Padahal meskipun tua dan pikun
Bila tak memahami rasa
Tentu sangat kosong dan hambar seperti ampas buangan
Ketika dalam pergaulan
Terlihat bodoh memalukan
Menuruti kemauan sendiri
Tanpa tujuan jika berbicara
Tak mau dikatakan bodoh
Seolah pandai agar dipuji
Namun manusia yang telah mengetahui akan gelagatnya
Malah merendahkan diri
Menanggapi semuanya dengan baik.




(dil/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads