Melihat Pembuatan 42 Torma, Prasarana Persembahan Waisak di Candi Borobudur

Melihat Pembuatan 42 Torma, Prasarana Persembahan Waisak di Candi Borobudur

Eko Susanto - detikJateng
Minggu, 28 Mei 2023 19:27 WIB
Pembuatan torma untuk prasarana dan persembahan puja dari Majelis Umat Nyingma Indonesia, Sangha Tantrayana Vajrayana, Minggu (28/5/2023).
Pembuatan torma untuk prasarana dan persembahan puja dari Majelis Umat Nyingma Indonesia, Sangha Tantrayana Vajrayana, Minggu (28/5/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng.
Magelang -

Umat Buddha dari Majelis Umat Nyingma Indonesia, Sangha Tantrayana Vajrayana membuat torma atau persembahan dan prasarana untuk puja rangkaian Waisak. Torma yang dibuat ada 42 jenis dengan bahan tepung terigu dan mentega didatangkan dari India dan Bhutan.

Pembuatan torma ini telah dilakukan sejak empat minggu yang lalu di Taman Maha Bodhi Borobudur yang berada di Majaksingi, Kecamatan Borobudur. Adapun pembuatan torma tersebut dilakukan oleh umat Buddha dari Bhutan.

Rencananya torma ini akan digunakan untuk prasarana puja dan dipersembahkan di altar utama lapangan Aksobya kompleks Candi Borobudur. Adapun puja tersebut akan dilangsungkan pada, Rabu (31/5) dan Kamis (1/6), rencananya dimulai pukul 06.45 sampai pukul 17.00 WIB.

"Ide awal dari semua ini adalah gagasan dari guru kami YM Serling Tulku Yongdzin Rinpoche. Beliau adalah salah satu inkarnasi Tulku agama Buddha Tantrayana Vajrayana yang lahir di Indonesia. Beliau ingin membuat doa aspirasi untuk negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata Lama Rama Santoso Liem dari Majelis Umat Nyingma Indonesia kepada wartawan saat ditemui di Taman Maha Bodhi Borobudur, Minggu (28/5/2023).

Pembuatan torma untuk prasarana dan persembahan puja dari Majelis Umat Nyingma Indonesia, Sangha Tantrayana Vajrayana, Minggu (28/5/2023).Pembuatan torma untuk prasarana dan persembahan puja dari Majelis Umat Nyingma Indonesia, Sangha Tantrayana Vajrayana, Minggu (28/5/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng



Lama menambahkan, tahun lalu pernah menyelenggarakan event doa perdamaian dunia, world peace and prosperity. Dan tahun ini, menjadi yang kedua,second world peace and prosperity.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di dalam second world peace and prosperity, guru kami ingin membuat satu doa aspirasi agung, itu yang dinamakan Nyingma Indonesia. Untuk menyelenggarakan event-event besar, Hari-hari Suci agama Buddha biasanya di aliran Tantrayana Vajrayana harus ada perlengkapan dan prasarana puja untuk dipersembahkan di altar utama, salah satu adanya torma," ujar Lama.

Menurut Lama, torma adalah persembahan yang dipersembahkan di altar utama agar supaya doa lebih khusyuk dan sakral. Kemudian, torma yang ada dibuat dari bahan tepung dan mentega.

"Torma ini terbuat dari bahan tepung, mentega, yang dibentuk jadi adonan dan dihias oleh ornamen-ornamen. Hiasan ornamen terbuat dari sedikit tepung, mentega, ditambah lilin dikasih pewarna untuk menghias semua ini ornamen-ornamen," tuturnya.

ADVERTISEMENT
Pembuatan torma untuk prasarana dan persembahan puja dari Majelis Umat Nyingma Indonesia, Sangha Tantrayana Vajrayana, Minggu (28/5/2023).Pembuatan torma untuk prasarana dan persembahan puja dari Majelis Umat Nyingma Indonesia, Sangha Tantrayana Vajrayana, Minggu (28/5/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng



Pembuatan torma ini, kata dia, pembuatan 42 torma ini sudah dilakukan empat minggu. Kemudian, hari ini diharapkan semua sudah jadi dan tinggal nanti dipasang.

"Bahan-bahan itu tidak semuanya ada di Indonesia. Seperti tepung terigunya harus khusus yang bisa mengeras, jadi ditunggu beberapa satu dua hari mengeras baru bisa dibentuk. Itu kita datangkan dari India, tepung dan menteganya," ujarnya.

"Jadi harus harus ada mentega putih, itu yang kita beli dari India dan dari Bhutan. Untuk mentega putih 20 kg, untuk tepungnya 2 karung berarti 40 kg. (total) 60 kg bahan dasar, mentega dan tepung terigu," imbuh Lama.

Selengkapnya baca di halaman berikutnya.



Lama menambahkan, untuk Tantrayana Vajrayana altar utama di Aksobya, Puja dilakukan, Rabu (31/5) dan Kamis (1/6). Kemudian, pada Minggu (4/6), bergabung dengan sangha lainnya untuk puja bakti di detik-detik Waisak.

Salah satu pembuat torma, Lopon Tsondru dari Bhutan mengatakan, mulai membuat torma sejak tahun 2009 saat berada di kelas tingkat 3. Pihaknya mengakui jika kali pertama membuat menemui kesulitan.

"Pertama membuat (torma) sangat kesulitan. Jadi beberapa kali buat gagal, tapi kalau sudah bisa membuat, itu menambah ilmu dengan kreasi masing-masing," tuturnya.

"Semua siswa bisa belajar membuat torma ini, tapi untuk menjadi ahli itu harus mempunyai jiwa seni tersendiri karena ini harus dilukis. Jadi, semua siswa bisa membuat torma, tapi hasilnya bisa bagus atau tidaknya, itu tergantung dari jiwa seni masing-masing," pungkasnya.

Pembuatan torma untuk prasarana dan persembahan puja dari Majelis Umat Nyingma Indonesia, Sangha Tantrayana Vajrayana, Minggu (28/5/2023).Pembuatan torma untuk prasarana dan persembahan puja dari Majelis Umat Nyingma Indonesia, Sangha Tantrayana Vajrayana, Minggu (28/5/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: 36 Biksu Thudong yang Jalan Kaki dari Thailand Telah Sampai di Borobudur"
[Gambas:Video 20detik]
(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads