Kemendikbud Ristek menetapkan 44 Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) terbaru dari DIY dalam dua tahun terakhir. Salah satunya Kesenian Antup yang berasal dari Kabupaten Sleman. Kesenian ini lahir di Padukuhan Janturan, Mlati, Sleman puluhan tahun lalu.
Kepala Seksi Warisan Budaya Tak Benda Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Dekhi Nugroho mengatakan Antup merupakan kesenian rakyat. Pertunjukan ini dikemas dalam bentuk teater tradisional.
"Seperti drama, teater rakyat. Itu ada lakon-lakonnya," kata Dekhi saat dihubungi detikJateng, Sabtu (27/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dekhi berujar, Antup merupakan kesenian asli dari Padukuhan Janturan, Tirtoadi, Mlati, Sleman yang lahir pada tahun 1936. Penciptanya yakni Widi Karso.
Antup mengalami pasang surut. Sempat sering dipentaskan dari 1935 hingga 1995. Selanjutnya, Antup seperti hilang karena regenerasi terhenti dan beberapa faktor lain.
"Jenis kesenian asli dusun Janturan, Tirtoadi yang diciptakan oleh Widi karso ini mulai dipentaskan tahun 1935 dan terakhir dipentaskan tahun 1995. Semenjak itu tidak pernah dipentaskan lagi karena regenerasi terhenti disamping faktor tidak adanya dukungan dana dan sarpras," bebernya.
Baru pada 2017, Dinas Kebudayaan Sleman merevitalisasi Antup dalam pertunjukan. Tahun itu, kelompok Tirto Manunggal, yang kala itu diketuai oleh Tri Margono lah yang kembali mementaskan Antup.
"(Tahu ada Antup) Itu dari cerita warga kemudian di karya ilmiah ISI ada yang pernah nulis terus digali lagi dari cerita rakyat," ucapnya.
Nama Antup diambil dari salah satu tokoh yang ada di dalam kesenian itu yang berperan sebagai pelawak, pasangannya bernama Antop.
"Sehingga dalam kesenian Antup itu ada adegan lawak yang dimainkan oleh dua orang tokoh Antup dan Antop," jelasnya.
![]() |
Antup sendiri, sering menampilkan cerita yang bermuatan nilai moral pendidikan.
"Cerita yang sering ditampilkan oleh Kesenian Antup ini mengambil lakon Suprapto Tundung. Cerita ini mengandung nilai-nilai moral pendidikan bagi masyarakat," urainya.
Setelah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda, dinas akan terus berupaya melestarikan kesenian ini.
"Mungkin nanti bisa dikembangkan, dari segi musiknya bisa lebih menarik, ini mungkin jadi PR dinas, bidang kesenian," ucapnya.
Sementara itu, pelatih dari kelompok Antup Tirto Manunggal, Tri Margono, mengatakan Antup yang lahir sejak 1935 masih tetap dilestarikan hingga sekarang. Antup lahir untuk memenuhi dahaga warga pedesaan yang haus akan hiburan.
"Waktu itu untuk hiburan masyarakat pedesaan karena haus hiburan. Anak-anak zaman dulu kan istilahnya daripada main yang lain, sama Mbah Widi Karso dibuat kesenian bentuk drama tari akhirnya dinamakan Antup mengambil nama tokoh pemain," kata Tri dihubungi detikJateng, Sabtu (27/5).
Selengkapnya di halaman berikut.
"Kostum daun itu kalau zaman dulu belum ada irah-irahan dari kulit. Dulu pakai daun nangka. Jadi modelnya pakai daun itu hanya pakaian sederhana," bebernya.
"Saya untuk melestarikan pakaiannya diubah, meskipun seadanya tapi model sekarang," sambungnya.
Dijelaskan Tri, durasi pertunjukan Antup bisa sekitar dua jam. Walau dulunya tiap manggung bisa semalaman.
Antup bisa dimainkan 22 orang. Dalam pertunjukan bukan hanya berisi dialog namun ada tari-tarian meski gerakannya hanya sederhana disesuaikan dengan kemampuan pemain.
"Dulu seperti ketoprak dari jam 10 sampai jam 3 pagi. Saya ambil paling lama dua jam, paling ringkas 30 menit," ujar pria asli Klaten itu.
Meski sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda, Antup tetap masih terancam punah. Problemnya sama, generasi muda yang acuh dengan budaya sendiri.
"Kalau anak muda di kampung saya kelihatannya acuh, jadi nggak merespons. Pemainnya ya sudah umur 30-an ke atas. Antup itu dianggap kuno, pilih yang agak kebarat-baratan," ucapnya.
Kendati demikian, Tri tetap punya angan agar Antup tidak ditinggalkan. Dengan berbagai penyesuaian dia bersama pegiat kesenian ini berupaya untuk terus melestarikan Antup.
"Ya harapannya supaya itu bisa lestari, jangan sampai mati, punah," pungkasnya.
Simak Video "Video: Tampang 'Mas-mas Pelayaran' yang Bentak Driver di Godean"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)