Dalam cerita pewayangan Jawa juga terdapat tokoh antagonis dan protagonis. Sama seperti cerita-cerita lainnya, karakter antagonis dan protagonis dihadirkan untuk membangun sebuah cerita. Lantas, siapa saja tokoh protagonis dalam cerita wayang Jawa?
Dikutip dari laman resmi ensiklopedia Kemdikbud, cerita-cerita wayang yang terkenal di Indonesia bersumber dari India. Cerita tersebut dalam kebudayaan Jawa berkembang dengan caranya sendiri dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kebudayaan setempat.
Cerita yang terkenal adalah rangkaian kisah Mahabarata dan Ramayana. Ramayana dan Mahabharata telah diterima dalam pergelaran wayang di Indonesia sejak zaman Hindu hingga sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita Ramayana dan Mahabarata Indonesia sudah berubah alur ceritanya dan berbeda dengan versi India. Ramayana dan Mahabharata versi India ceritanya berbeda satu dengan lainnya, sedangkan di Indonesia ceritanya menjadi satu kesatuan. Pecahan dari kedua cerita cerita wayang tersebut, antara lain, adalah kisah Leluhur Pandawa, Pandawa Main Dadu, Srikandi Belajar Memanah, Gatotkaca Lahir, dan Parikesit. Dalam kisah-kisah tersebut terdapat tokoh-tokoh protagonis di dalamnya.
8 Tokoh Protagonis Pewayangan Jawa
1. Abimanyu
Dikutip dari buku yang berjudul 'Mengenal Tokoh Wayang Belajar Mengenal Tokoh Wayang Kulit Seri A' karya Agus Kurniawan, dalam pewayangan Jawa, Abimanyu dikategorikan sebagai tokoh protagonis. Abimanyu adalah putra Arjuna yang lahir dari Subadra. Saat masih kecil, Abimanyu disebut dengan nama Angkawijaya. la dikenal juga dengan nama lain Jayamurcita, Banjaransari, Partasuta, dan Wirabatana.
Tempat tinggal Abimanyu adalah di Kasatriyan Plangkawati, Abimanyu memiliki dua istri bernama Siti Sundari dan Utari. Dari Utari lahir seorang putra bernama Parikesit. Abimanyu mempunyai sifat dan watak yang halus, patut tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Abimanyu gugur dalam perang Bharatayudha setelah sebelumnya semua saudaranya mendahului gugur. Abimanyu dikisahkan gugur dalam Perang Baratayuda karena dikeroyok pasukan Kurawa.
2. Kresna
Tokoh protagonis kedua dalam pewayangan Jawa adalah Kresna. Dikutip dari jurnal berjudul 'Kresna Gugat Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta' karya M. Randyo dari Jurusan Seni Pedalangan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta, Kresna merupakan tokoh pelindung atau pengayom tokoh-tokoh yang memiliki- sifat benar, utama, dan adil, yaitu Pandawa. Ia pun juga sebagai tokoh penjaga dan pemelihara alam semesta dan telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama Jawa.
Kresna adalah putra Prabu Basudewa, raja Negara Mandura dengan permaisuri Dewi Mahendra atau Maekah. Kresna waktu mudanya bernama Narayana lahir kembar bersama kakaknya, Kakrasana, dan mempunyai adik lain ibu bernama Dewi Sumbadra atau Dewi Lara Ireng, putri Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Badrahini.
Kresna adalah titisan Sanghyang Wisnu yang terakhir. Selain sangat sakti dan dapat bertiwikrama, dirinya juga mempunyai pusaka-pusaka sakti, antara lain: Senjata Cakra, Kembang Wijayakusuma, Terompet atau Sangkala Pancajahnya, Kaca paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan. Kresna menguasai Negara Dwarawati setelah mengalahkan Prabu Kalakresna, kemudian naik tahta bergelar Prabu Sri Bathara Kresna. Kresna memiliki penglihatan seperti dewa karena dirinya adalah titisan Wisnu.
3. Bisma
Dikutip dari buku yang berjudul 'Mahabarata Fakta Sejarah Indonesia' (2020) karya Santo Saba Piliang, Bisma adalah anak Prabu Santanu, Raja Astina dengan Dewi Gangga alias Dewi Jahnawi. Waktu kecil Bisma memiliki nama Raden Dewabrata yang berarti keturunan Bharata yang luhur. la juga mempunyai nama lain Ganggadata.
Dia adalah salah satu tokoh wayang yang tidak menikah yang disebut dengan istilah Brahmacarin. Bisma berkediaman di pertapaan Talkandha. Bisma dalam tokoh pewayangan digambarkan seorang yang sakti, dimana sebenarnya ia berhak atas tahta Astina. Namun, karena keinginan yang luhur dari dirinya demi menghindari perpecahan negara Astina, ia rela tidak menjadi raja.
Resi Bisma sangat sakti mandraguna dan banyak yang bertekuk lutut kepadanya. Demi janjinya membela Astina, Bisma berpihak pada Kurawa dan mati terbunuh oleh Srikandi di perang Bharatayudha. Bisma memiliki kesaktian tertentu, yaitu ia bisa menentukan waktu kematiannya sendiri
4. Baladewa
Dikutip dari sumber yang sama, Prabu baladewa atau Balarama adalah saudara prabu kresna. Baladewa berwatak keras hati, mudah naik darah namun pemaaf dan arif bijaksana. Dirinya sangat mahir menggunakan senjata gada, sehingga Bima dan Duryudana berguru kepadanya.
Baladewa mempunyai dua pusaka sakti, yaitu Nanggala dan Alugara. Kedua pusaka tersebut adalah pemberian Brahma. la juga mempunyai kendaraan gajah bernama Kyai Puspadenta. Dalam banyak hal,Baladewa adalah lawan dari Kresna. Kresna berkulit hitam sedangkan Baladewa berkulit putih. Pada perang Bharatayuddha sebenarnya prabu Baladewa memihak para Korawa, tetapi berkat siasat Kresna, Baladewa bertindak sebaliknya.
Setelah selesai perang Bharatayudha, Baladewa menjadi pamong dan penasehat Prabu Parikesit, raja negara Hastinapura setelah Prabu Puntadewa. la bergelar Resi Balarama.
5. Pandu
Masih dikutip dari sumber yang sama, dalam pewayangan, tokoh Pandu merupakan putera kandung Byasa dan Ambalika. Byasa dikisahkan mewarisi tahta Hastinapura sebagai raja sementara sampai Pandu dewasa. Pandu digambarkan berwajah tampan namun memiliki cacat di bagian leher, sebagai akibat karena ibunya memalingkan muka saat pertama kali menjumpai Byasa.
Pandu pernah diminta para dewa untuk menumpas musuh kahyangan bernama Prabu Nagapaya, raja raksasa yang bisa menjelma menjadi naga dari negeri Goa Barong. Setelah berhasil melaksanakan tugasnya, Pandu mendapat hadiah berupa pusaka minyak Tala.
Pandu kemudian menikah dengan Kunti setelah berhasil memenangkan sayembara di negeri Mathura. la bahkan mendapatkan hadiah tambahan, yaitu Putri Madrim, setelah berhasil mengalahkan Salya, kakak Putri Madrim.
Di tengah jalan ia juga berhasil mendapatkan satu putri lagi bernama Gandari dari negeri Plasajenar, setelah mengalahkan kakaknya yang bernama Prabu Gendara. Putri yang terakhir ini kemudian diserahkan kepada Dretarastra, kakak Pandu.
Pandu naik tahta di Hastina menggantikan Byasa dengan bergelar "Prabu Pandu Dewanata" atau "Prabu Gandawakstra". la memerintah didampingi Gandamana, pangeran Panchala sebagai patih. Tokoh Gandamana ini kemudian disingkirkan oleh Sangkuni, adik Gandari secara licik. Dari kedua istrinya, Pandu mendapatkan lima orang putra yang disebut Pandawa.
6. Gatotkaca
Dikutip dari buku berjudul 'Mengenal 30 Tokoh Wayang Dalam 10 Lakon' karya Budi Sardjono dan Bagong Soebardjo, Gatotkaca adalah putra Werkudara atau Bima, Panengah Pandawa. Ibunya seorang raksasa bernama Arimbi. Arimbi merupakan Raksesi berasal dari Kerajaan Pringgodani. Gatotkaca mempunyai dua saudara yang berbeda ibu. Antareja merupakan anak dari seorang ibu bernama Nagagini, sedang Antasena anak dari Dewi Urangayu. Memang ibu mereka berbeda, namun persaudaraan mereka begitu kompak, dan bersatu padu untuk membela kebenaran.
Gatotkaca sering dijuluki seorang ksatria yang berotot kawat, tulang besi, sumsum gegala, Ia juga bisa terbang karena memiliki kotang Antrakusuma, sehingga keamanan Negara Amarta melalui udara terjaga.
Gatotkaca diangkat menjadi raja negara Pringgondani, menggantikan ibunya. Ia mempunyai tiga istri dengan tiga orang putra lelaki. Mereka adalah Arya Jayasupena, dari ibu Dewi Sumpani. Arya Sasikirana, dari ibu Dewi Pergiwa, dan Suryakaca dari ibu Dewi Suryawati. Gatotkaca mempunyai sifat perwatakan, berani, teguh, tangguh, cerdik, pandai, waspada, gesit, tangkas, tabah dan mempunyai rasa tanggung.
7. Lesmana
Dikutip dari sumber yang sama, Lesmana adalah adik dari Ramawijaya, orang tuanya bernama Prabu Dasarata dan Dewi Sumitrawati. Lesmana mempunyai saudara Ramawijaya, Bharata, Satrugna. Saat masih kecil Lesmana sangat sayang dan setia kepada Kakaknya Ramawijaya. Sehingga Kakaknya pergi kemanapun ia selalu mengikutinya.
Bahkan ketika Ramawijaya pergi ke pengasingan selama 13 tahun, bersama istri Ramawijaya Dewi Shinta, ia tetap setia mendampingi. Memang kesetiaannya pada Ramawijaya pernah disalah artikan oleh Dewi Shinta. Dewi Shinta menganggap jika kesetiaannya kepada Ramawijaya karena Lesmana menginginkan Dewi Shinta. Hal itu terungkap hingga menjelang diculiknya Dewi Sinta oleh Rahwana.
Lesmana tidak marah dan tetap mengikuti Ramawijaya. Maka ketika pengejaran Kijang, dan Lesmana yang menunggui Dewi Shinta, ia menyuruh Lesmana untuk membantu menangkap. Dan akhirnya Lesmana membuat rajah, agar Dewi Shinta selamat.
Lesmana bertempat tinggal di Kesatrian Giri Tuba. Ia tidak menikah, berwatak halus, setia dan tak kenal takut. Lesmana diyakini sebagai titisan Bathara Suman. Batara Suman merupakan pasangan Batara Wisnu. Sesuai seperti kehidupan Ramawijaya dan Lesmana.
8. Dewi Arimbi
Masih mengutip dari sumber yang sama, Dewi Arimbi adalah putri raja di kerajaan Pringgodani. Ayahnya bernama Prabu Arimbaka. Dewi Arimbi merupakan putri kedua. Dia memiliki tujuh saudara kandung, yakni Arimba, Brajadenta, Brajamusti, Brajalamatan, Brajawikalpa, Brajalamatan dan Kalabendana.
Sebagai putri raja raksasa, tentu saja wujud Dewi Arimbi adalah raksasa wanita. Meski berwajah raksesi namun Dewi Arimbi dikenal sangat jujur dan menyayangi saudara-saudaranya. Ia tidak pernah pamer harta meski putri seorang raja. Dia juga tidak pernah memanfaatkan kedudukannya sebagai putri raja untuk bertindak semena-mena.
Ketika Pandawa Lima sedang babad Alas Mertani (Wanamarta), mereka juga diganggu oleh Arimba yang menjadi raja di Pringgodani setelah ayahnya dibunuh oleh Prabu Pandu Dewanata. Arimba pun balas dendam dengan para Pandawa. Melihat hal itu Dewi Arimbi tersentuh hatinya. Ia ingin membela Pandawa. Apalagi hatinya sudah terpikat oleh kegagahan Bima atau Werkudara. Atas bantuan Dewi Arimbi yang mengenal kelemahan kakaknya, maka Bima bisa mengalahkan Arimba. Akhirnya dari perkawinan antara Bima dan Dewi Arimbi lahir putra satu-satunya mereka, yakni Gatotkaca.
Nah, itulah 8 tokoh protagonis di cerita pewayangan Jawa. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(apl/apl)