Kain batik adalah salah satu karya bangsa Indonesia yang populer dengan berbagai motif. Selain motifnya yang bervariasi, rupanya setiap motif pada kain batik tersebut memiliki filosofi yang mendalam.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, batik adalah hasil karya bangsa Indonesia yang merupakan perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia. Batik Indonesia dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang tidak ada bandingannya baik dalam motif maupun prosesnya.
Motif yang digambarkan pada batik mengandung makna dan filosofi tersendiri sesuai dengan adat istiadat daerah batik itu berasal. Berikut ini 8 motif batik lengkap dengan filosofinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Motif Alas-alasan
Dikutip dari laman resmi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, ada batik motif Alas-alasan. Kata alas-alasan berasal dari bahasa Jawa, alas yang berarti hutan. Alas-alasan dapat diartikan sebagai hutan-hutanan atau seperti hutan.
Motif Alas-alasan ini termasuk dari bagian motif tradisional, pada pola motif ini terdapat berbagai macam jenis binatang, dari binatang kecil sampai binatang yang cukup besar turut ditampilkan sebagai bagian dari pola motif.
Filosofi dari motif batik Alas-alasan ini adalah pengguna motif alas-alasan diharapkan mampu mengajak orang lain untuk membaca ulang dan selalu mawas diri, arif dan bijaksana dalam menjalani kehidupan di dunia yang penuh dengan tantangan.
2. Motif Gurdo Pisang Bali
Dikutip dari sumber yang sama, batik motif Gurdo Pisang Bali ini dikerjakan dengan teknik tulis, dan menggunakan pewarna alam. Motif Gurdo merupakan lambang dunia atas atau yang mempersonifikasikan akan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
Filosofi batik motif Gurdo Pisang Bali melambangkan harapan, doa, dan keselamatan. Serta menjadi pengingat bahwa dalam berkehidupan, sebelum kita meninggalkan karya terbaik untuk diri kita dan orang lain, maka kita wajib untuk memerangi hambatan atau tantangan-tantangan yang muncul untuk mencapai suatu karya atau hasil yang berguna.
3. Gurdo Latar Kembang
Selanjutnya, ada motif batik Gurdo Latar Kembang memiliki makna kedudukan yang baik, digambarkan oleh ornamen mahkota yang gagah serta dikelilingi keharuman bunga di sekitarnya.
Motif Gurdo Latar Kembang memiliki filosofi pengharapan agar yang mengenakannya mendapatkan kedudukan yang pantas dan baik.
![]() |
4. Motif Kawung
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, batik dengan motif Kawung memiliki bentuk mirip buah kawung, yaitu sejenis buah kelapa atau disebut juga buah kolang-kaling. Dalam motif ini, dapat diartikan bahwa manusia sebagai pancer atau pusat dipengaruhi oleh empat sumber tenaga alam yang terpancar dari empat arah mata angin, yaitu timur, selatan, barat, dan utara.
Motif Kawung juga dapat membawa simbol, agar pemakainya dapat mengendalikan hawa nafsu dan mampu menjaga hati nurani. Motif jenis ini biasanya digunakan dalam upacara mitoni, ruwatan, hingga sebagai penutup jenazah.
![]() |
5. Motif Truntum
Dikutip dari sumber yang sama, batik Truntum memiliki motif dengan gambaran serupa kuntum, yakni kembang di langit yang bentuknya mirip kembang tanjung. Mayoritas motif jenis ini ditemukan pada kain yang digunakan untuk menggendong bayi.
Filosofi yang bisa diambil dari batik motif Truntum ini yaitu harapan bagi pemakainya agar kelak saat dewasa, sang anak diwarnai rasa cinta kasih kepada sesama, alam lingkungan, makhluk ciptaan Tuhan, dan mampu memelihara cinta untuk kebaikan.
![]() |
6. Motif Semen
Dikutip dari laman sibakuljogja.jogjaprov.go.id, motif batik Semen menampilkan filosofi kesuburan, kemakmuran, dan alam semesta. Kemakmuran yang dimaksud adalah kehidupan yang berjalan ke arah yang lebih baik.
Motif ini mengutamakan bentuk tumbuhan dengan akar sulur yang memiliki makna semi atau tumbuh sebagai lambang delapan kesuburan, kemakmuran, dan alam semesta. Sawat atau lar adalah helai sayap gurdha yang melambangkan dunia atas dewa dewi. Filosofinya yang disampaikan melalui motif semen sawat gurdha adalah tentang keagungan dan kemakmuran orang yang mengenakannya.
7. Motif Geblek Renteng (Kulon Progo)
Dikutip dari laman resmi perpustakaan Universitas Brawijaya, motif batik Geblek Renteng merupakan khas dari Kabupaten Kulon Progo. Motif yang sudah menjadi ikon Kulon Progo tersebut terdiri dari gambar geblek sebagai motif utama dan berbagai simbol yang menunjukan kekayaan alam dan Kondisi Kabupaten Kulon Progo.
Geblek dijadikan motif utama karena merupakan makanan asli khas Kulon Progo. Di antara motif geblek tersebut, ditorehkan lambang Binangun yang digambarkan sebagai kuncup bunga yang akan mekar, memiliki makna bahwa Kulon progo merupakan daerah yang sebentar lagi akan mekar menjadi permata indah dari pulau jawa.
Di sampingnya terdapat motif buah manggis yang merupakan flora khas Kulon Progo. Ketiga motif tersebut dibuat dengan pola naik turun sebagai perlambang bahwa kenampakan alam di Kulon Progo yang sangat bervariasi, mulai dari pegunungan, dataran tinggi, hingga dataran rendah dan pantai.
8. Motif Pring Sedapur
Dikutip dari sumber yang sama, motif batik Pring Sedapur merupakan motif batik khas daerah Magetan yang berasal dari sebuah desa di lereng Gunung Lawu yang sarat dengan pohon bambu. Tepatnya di Dusun Papringan, Desa Sidomukti, Kecamatan Plaosan. Pring dalam bahasa Jawa adalah bambu. Pring Sedapur berarti serumpun pohon bambu.
Motif batik Pring Sedapur memakai motif bambu, sehingga sering juga disebut sebagai batik Pring. Dimana bambu memberikan makna ketentraman, keteduhan dan kerukunan. Selain itu, bambu atau pring juga mempunyai filosofi mendalam bagi orang Jawa, yakni apa saja dalam diri kita haruslah memberikan manfaat bagi orang lain, sejak lahir sampai mati.
Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(apl/dil)