Tradisi pernikahan di Jawa memiliki sederet prosesi yang menjadi simbol harapan, nasihat, dan doa bagi kedua mempelai. Salah satunya prosesinya adalah tuwuhan. Apa itu tuwuhan?
Dikutip dari jurnal berjudul 'Metafora Tuwuhan dalam Budaya Pernikahan Adat Jawa' karya Indah Arvianti dari Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas AKI, pada budaya pernikahan adat Jawa terdapat tata cara yang masing-masing pelaksanaannya memiliki makna dan simbol yang merepresentasikan harapan masyarakat Jawa terhadap kehidupan pengantin.
Tata upacara tersebut diawali dengan pemasangan tarub atau tenda dan bleketepe atau janur yang dijalin dan dipasang di atas tarub sebagai penanda ada acara pernikahan. Sarana tarub yang pokok sering disebut dengan tuwuhan di kiri kanan gerbang rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa itu Tuwuhan ?
Dikutip dari skripsi berjudul 'Eksplorasi Etnomatematika Pada Upacara Adat Pernikahan Suku Lampung, Jawa, Dan Bali' yang disusun oleh Julia Dwi Safitri dari Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden INTAN Lampung, tuwuhan adalah hiasan dalam pernikahan yang mempunyai simbol dan filosofi dalam adat jawa.
Tuwuhan terdiri dari beberapa hasil bumi yang dihias, yaitu dua buah batang pisang raja yang berbuah beserta daunnya, dua janjang cengkir gading, dua untai padi yang memiliki jenis unggul yang sudah tua dan siap panen, dua buah batang tebu wulung yang memiliki batang lurus serta daunnya, daun beringin, daun kluwih, daun alang-alang, dan daun kemuning. Pemasangan tuwuhan ini digunakan sebagai pelengkap utama dalam ritual majang tarub dalam adat pernikahan Jawa.
Makna Tuwuhan
Dikutip dari jurnal berjudul 'Kajian Etnobotani Tumbuhan yang Digunakan Pada Upacara Pernikahan Adat Jawa Di Sekitar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat' karya Titri Anggraini, Sri Utami, dan Murningsih dari Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Tuwuhan bermakna agar calon pengantin nantinya dapat tuwuh atau tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan sejahtera. Penggunaan tumbuhan sebagai bagian dari tuwuhan berkaitan dengan makna dari tumbuhan tersebut dalam kepercayaan masyarakat Jawa, seperti misalnya pada pisang, padi, dan pohon beringin.
Makna dan Filosofi Komponen Tuwuhan
Menurut jurnal berjudul 'Tarub dan Perlengkapannya Sarat dengan Makna dan Filosofi' karya Endang Setyaningsih dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, terdapat makna dan filosofi tertentu pada komponen-komponen hasil bumi atau tumbuhan yang dipakai untuk adat tuwuhan pada adat pernikahan Jawa. Berikut ini makna dan filosofi komponen dalam adat tuwuhan:
- Pisang raja ayu atau madu sebanyak dua tandan, pisang raja ayu atau madu mempunyai rasa yang manis, sehingga memiliki makna agar kedua mempelai nantinya dapat mengarungi kehidupan berumah tangga dengan manis. Dan secara filosofi adalah bentuk harapan orang tua untuk kedua mempelai supaya bisa memberikan keturunan sebanyak setandan buah pisang.
- Sepasang tebu arjuna atau tebu wulung beserta daunnya, kata tebu merupakan singkatan dari bahasa Jawa yaitu anteping kalbu yang bermakna orang tua sudah mantap untuk melepas kedua mempelai untuk menempuh hidup baru. Tebu arjuna atau tebu wulung mempunyai arti tebu pilihan atau unggul. Filosofinya orang tua mengharapkan kedua mempelai bisa menjadi contoh atau teladan bagi anak-anaknya dan masyarakat.
- Sepasang cengkir gading. Cengkir gading merupakan singkatan dari bahasa Jawa kencenge piker yang mempunyai makna kesatuan maksud tekadnya sudah bulat. Cengkir gading mempunyai arti filosofi, yaitu buah yang bisa menjadi obat atau penangkal racun dan orang tua pengantin berharap kedua mempelai sudah mempunyai kebulatan tekad mengarungi bahtera rumah tangga dengan segala risikonya.
- Daun randu dan pari sewuli. Daun randu mempunyai arti makna sandang dan pari sewuli mempunyai arti makna pangan dan secara filosofi daun randu dan pari sewuli mempunyai arti bahwa kedua mempelai diharapkan dapat tercukupi sandang dan pangan.
- Godhong Opo-Opo yang terdiri dari macam-macam daun penangkal halangan dan rintangan.
- Daun beringin mempunyai makna melindungi dan filosofinya suami dapat melindungi keluarga dan dapat memberi contoh keluarga sakinah, mawadah dan warohmah pada masyarakat.
- Daun kluwih mempunyai makna dalam bahasa Jawa linuwih atau nilai lebih dan filosofinya dengan harapan kedua mempelai mempunyai wawasan luas dan mempunyai tingkatan tataran hidup yang dapat menjadi kebanggaan dan suri tauladan.
- Daun alang-alang, daun kara dan daun maja. Ketiga macam daun ini memberi makna agar rumah tangga jauh dari macam-macam rintangan dan halangan.
- Daun kemuning dan daun girang. Kedua macam daun ini memberi makna kebahagiaan dan filosofinya kedua mempelai diharapkan dalam mengarungi bahtera hidup dapat memancarkan sinar kebahagiaan.
Nah itulah makna dan filosofi tuwuhan beserta komponennya. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ams/dil)