Masjid Sidowayah merupakan salah satu ikon kota lama di Kabupaten Klaten yang masih tersisa. Masjid di Jalan Sulawesi, Kampung Sidowayah, Kalurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, itu memiliki keunikan karena gaya arsitektur kunonya.
Pantauan detikJateng, masjid yang berada di tepi jalan itu masih berbentuk joglo dengan ukuran sekitar 9x12 meter. Atapnya berbentuk tajug (bujur sangkar berlapis) dengan kayu tanpa ukir.
Di penutup samping atap sudah menggunakan kaca patri dengan motif warna pelangi. Ruang utama masjid ditopang empat balok kayu utuh dengan takik sederhana sebagai hiasan dan lantai plesteran pasir halus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di serambi sekaligus pawestren (ruang untuk jamaah wanita) ditopang delapan tiang balok kayu. Tiga pintu utama dan jendela kayu model bangunan hunian keraton Kasunanan Surakarta masih utuh terpasang dengan cat abu-abu.
Lalu di halaman masjid terdapat pagar pengaman setinggi sekitar 1,5 meter dengan tembok tebal. Terdapat beduk yang digantung dengan lingkaran besi yang mulai korosi.
Tidak ada huruf, angka atau ornamen satupun di kompleks masjid yang bisa menjadi petunjuk tahun pembuatan. Padahal lokasinya hanya sekitar 200 meter dari Raya yang dulunya bekas Benteng Engelenburg bertahun 1804.
![]() |
Takmir Masjid Sidowayah, Afri Asykari (57) menuturkan tidak ada yang tahu pasti pembangunan Masjid Sidowayah. Konon masjid ini dibangun pihak keraton Kasunanan Surakarta.
"Katanya dibangun dari Keraton (Surakarta), ini masih bangunan lama. Bangunan 85 persen masih asli, cuma genting dan tembok dikeramik," ujar Afri kepada detikJateng di lokasi, Sabtu (8/4/2023) siang.
Menurut Afri, masjid tersebut merupakan satu paket dengan bangunan kantor kabupaten di masa lalu. Kantor kadipaten lama sekarang menjadi gedung RSPD.
"Dulu satu rangkaian, masjid di sini, kantor kadipaten di RSPD (di timur masjid 100 meter) dan Alun-alun zaman dulu kan tata letaknya, masjid, kantor pemerintah dan Alun-alun," kata Asfri.
Asfri meyakini masjid tersebut dulunya merupakan masjid utama di Klaten karena letaknya di pusat kota. Yang pasti masjid tersebut ada sebelum berdirinya negara republik Indonesia.
"Ya jelas masjid ada sebelum kemerdekaan. Tapi di sini ya untuk kegiatan ibadah seperti biasa, tidak ada yang aneh-aneh," imbuh Asfri.
Selengkapnya di halaman berikut.
Tahun 1847 berubah menjadi pemerintahan Kabupaten Gunung Pulisi yang dipimpin Tumenggung Gunung Kepatihan dan tahun 1873 menjadi Affdeling dipimpin asisten residen. Tahun 1918 berubah menjadi Kabupaten Pangreh Praja (Galih Sekar Nagari, Kemendikbud: 2020).
![]() |
Pegiat Klaten Heritage Community (KHC), Hari Wahyudi menjelaskan data otentik Masjid Sidowayah tidak ditemukan. Tetapi dari bentuk arsitektur bisa diperkirakan masa pembuatannya.
"Data otentiknya tidak ada tetapi dari ragam hias di atap masjid berupa hiasan kaca jeruk warna-warni itu gaya kolonial. Bentuk masjid arsitektur Jawa tradisional berupa atap tajug jadi diperkirakan dibangun antara tahun 1800-1900," jelas Hari saat dimintai konfirmasi detikJateng.
Simak Video "Video: Mendes Yandri Susul Zulhas Tinjau Lokasi Peluncuran Kopdes Merah Putih"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)