Masjid Jami' Wali Limbung di Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, menggelar ritual tiap Jumat Pahing. Ritual tersebut berupa nazar dari jemaah.
Imam Masjid Jami' Wali Limbung, Machzun Chozin mengatakan di masjid ini ada ritual tiap Jumat Pahing. Jumat Pahing tersebut digunakan orang yang bernazar. Mereka yang nazar bukan hanya dari wilayah Temanggung, dari daerah lain juga berdatangan.
"Dulu cuma sekitar orang sini (nazar). Sekarang sudah sampai mana-mana," katanya kepada detikJateng di rumahnya, Selasa (4/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ritual nazar tersebut biasanya dimulai sehabis salat subuh. Setelah subuh, para jemaah berdatangan.
"Kalau Jumat Pahing, setelah subuh saya wiridan belum selesai, jemaah nazar sudah datang. Kami melayani mereka. Nanti berdoa bareng-bareng," ujarnya.
Jika yang datang berbarengan sekitar 50 jemaah, mereka diminta bergantian. Nantinya nama orang yang bernazar dicatat beserta alamat dan hajatnya.
![]() |
"Hajatnya sudah terlaksana atau belum. Kadang ada yang sudah terlaksana, tapi ada juga yang belum," kata dia.
Dalam nazar tersebut tidak ada ketentuannya. Kendati demikian, ada yang datang dengan membawa beras, telur, dan sebagainya. Ada juga yang memilih praktis dengan membawa uang.
"Kalau uang masukkan kotak amal. Kalau beras, telur, nanti ada tim yang mendaftar. Terus orang sini membeli dengan membayar murah," tuturnya.
"Kalau berupa uang masuk kotak amal dibuka bersama-sama. Bendahara beda antara yang nazar (jumat pahing) dengan kotak amal masjid," imbuhnya.
Banyak Calon Nazar Jelang Pemilu
Menjelang pemilihan umum maupun pemilihan legislatif (pileg), banyak calon yang berdatangan di Masjid Jami' Wali Limbung di Ngadirejo, Temanggung. Mereka bernazar agar terpilih.
"Biasa seperti itu. Pemilu, pilihan lurah, pilihan legislatif, banyak yang ke sini," kata Machzun.
Kedatangan mereka biasanya jauh-jauh hari sebelum hari H pelaksanaan. "Banyak calon yang datang. Pejabat juga termasuk mau pilihan lurah," kata dia.
Jemaah nazaar paling jauh dari Bogor dan Sumatera.
"Kalau Bogor itu datang ke sini, dari sana sore sampai sini pagi. Terus masuk masjid hajat apa, pulang ke Bogor. Kalau yang biasa dari Tegal, Pekalongan, subuh sudah di sini," ujarnya.
"Doanya ngamini, yang doa kita. Mereka suruh doa sendiri nggak mau," pungkasnya.
(dil/apl)