Tradisi Gebyuran Bustaman digelar menyambut datangnya bulan puasa Ramadan. Tradisi gebyur-gebyuran air antarwarga ini akan dilaksanakan pekan ini.
Gebyuran Bustaman merupakan tradisi warga Kampung Bustaman, Kota Semarang, dalam menyambut bulan suci Ramadan. Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun.
"Gebyuran Bustaman bersumber cerita rakyat yang dipercaya turun-temurun tokoh kampung dari kebiasaan Kyai Kertoboso Bustam atau Mbah Bustam memandikan cucunya jelang Ramadan di abad 18," kata Kasi Informasi Budaya dan Pariwisata Disbudpar Semarang, Agus Kariswanto saat dihubungi detikJateng, Jumat (17/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun ini, Disbudpar Semarang bekerja sama dengan warga Bustaman dan Kolektif Hysteria dalam penyelenggaraan Gebyuran Bustaman. Tak hanya memperingati tradisi, di acara Gebyuran Bustaman ini juga akan ada gelaran seni pertunjukan dan musik.
"Inisiasi ini memberikan contoh konkret bahwa kebudayaan bisa difabrikasi asal bertemu dengan tokoh dan konsep yang tepat. Mbah Bustam sendiri sejatinya merupakan tokoh penting dalam sejarah namun keberadaannya tidak banyak dirayakan," jelasnya.
Acara dibuka dengan ziarah makam pada 17 Maret dan acara gebyuran akan dilaksanakan pada 19 Maret. Berikut jadwalnya:
17 Maret 2023
Pukul 16.00 WIB: Ziarah makam leluhur di TPU Bergota Semarang.
18 Maret 2023
- Pukul 15.30 WIB: Pemkota Forum Ngudarasa penelitian Bustaman. Adin (Tesis-Antropologi) dan Budi Sudarwanto (Disertasi-Arsitektur). Bertempat di Ruang Pertemuan Kampung Bustaman, Purwodinatan, Semarang.
- Pukul 19.30 WIB: Arwah Jamak, bertempat di Musala Al Barokah Kampung Bustaman, Purwodinatan.
19 Maret 2023
- Pukul 08.00 WIB: Pembukaan Festival Kuliner Kelurahan
- Pukul 09.00-15.00 WIB: Perform Panggung Musik dan Seni Pertunjukan.
- Pukul 15.30-17.30 WIB: Pembukaan Gebyuran Bustaman dan Prosesi Gebyuran Bustaman.
- Pukul 17.30 WIB: Makan nasi gudangan bersama dan penutupan acara.
(aku/rih)