Perlon Unggahan, Tradisi Masyarakat Adat Anak Putu Banokeling Sambut Ramadan

Perlon Unggahan, Tradisi Masyarakat Adat Anak Putu Banokeling Sambut Ramadan

Anang Firmansyah - detikJateng
Jumat, 17 Mar 2023 12:40 WIB
Anak Putu Banokeling membersihkan bulu kambing sebelum dimasak dan dimakan bersama saat prosesi Perlon Unggahan menjelang bulan Ramadhan di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jumat (17/3/2023).
Anak Putu Banokeling membersihkan bulu kambing sebelum dimasak dan dimakan bersama saat prosesi Perlon Unggahan menjelang bulan Ramadhan di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jumat (17/3/2023). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Banyumas -

Masyarakat adat Anak Putu Banokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, menggelar prosesi Perlon Unggahan. Acara turun-temurun itu rutin digelar menjelang bulan Ramadan.

Juru bicara sekaligus Kuncen Anak Putu Banokeling, Sumitro (68) menjelaskan prosesi Perlon Unggahan dahulunya merupakan syukuran usai panen padi sebelum agama Islam masuk ke daerah setempat.

"Acara ini digelar sejak daerah sini belum menjadi desa, awalnya ada tokoh masyarakat dari Pasir (nama daerah). Kemudian di sini dahulu ada namanya puasa among tani. Karena sini masih hutan belantara. Lalu mengadakan selametan sebelum Islam masuk ke tanah Jawa. Mau tanam maupun panen namanya Perlon Unggahan," kata Sumitro kepada detikJateng, Jumat (17/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Mitro, setelah Islam masuk ke daerah setempat, kemudian Perlon Unggahan dijadikan prosesi adat menjelang bulan Ramadan. Para sesepuh yang saat ini masih hidup merupakan keturunan ke-13 Eyang Banokeling.

"Yang datang ke sini trah dari Banokeling dahulunya berkelana sampai ke daerah Kabupaten Cilacap. Sampai sekarang masih tetap eksis dilaksanakan setiap satu tahun sekali," terangnya.

ADVERTISEMENT

Tujuan kegiatan tersebut yaitu bersilaturahmi karena digelar secara akbar satu tahun sekali. Satu hari sebelum Perlon Unggahan, Anak Putu Banokeling yang berasal dari beberapa wilayah di Cilacap terlebih dahulu melakukan prosesi jalan kaki sejauh sekitar 40 km dengan membawa hasil bumi.

"Makna Perlon Unggahan yaitu kita sebagai umat manusia harus selalu ingat kepada Tuhan dengan perantara kita ziarah makam. Untuk tahun ini tamu dari Cilacap berkurang hanya sekitar 500 orang. Kalau dahulu kan sampai seribu lebih. Tapi nanti kalau ditambah dengan masyarakat sini ya sekitar dua ribuan," ungkapnya.

Untuk tahun ini masyarakat adat Banokeling menyembelih 31 ekor kambing dan 1 sapi yang berasal dari sumbangan anak putu. Nantinya hewan tersebut dimakan bersama-sama usai ziarah makam yang dilaksanakan pada siang hari ini.

Anak Putu Banokeling membersihkan bulu kambing sebelum dimasak dan dimakan bersama saat prosesi Perlon Unggahan menjelang bulan Ramadhan di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jumat (17/3/2023).Anak Putu Banokeling membersihkan bulu kambing sebelum dimasak dan dimakan bersama saat prosesi Perlon Unggahan menjelang bulan Ramadhan di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jumat (17/3/2023). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng

Sedangkan Anak Putu Banokeling, menurut Mitro akan mulai memasuki bulan Ramadhan pada Jumat Wage tanggal 24 Maret mendatang.

Sementara itu, Kepala Desa Pekuncen, Karso mengungkapkan sedikitnya ada seribuan masyarakat setempat yang masih memegang teguh prosesi Perlon Unggahan setiap tahunnya. Mereka adalah anak putu yang saat ini tinggal di sekitar Makam Eyang Banokeling.

"Penentuan harinya dipastikan di bulan ruwah atau sadran minggu terakhir pada hari Jumat sebelum bulan puasa. Pasarannya tidak tentu yang penting hari Jumat. Anak putu yang masih domisili di sekitar Pekuncen sekitar 1.200-an," pungkasnya.




(rih/ams)


Hide Ads