Kisah Abdi Dalem Pengelola Naskah Kuno di Widya Budaya Keraton Jogja

Kisah Abdi Dalem Pengelola Naskah Kuno di Widya Budaya Keraton Jogja

Noris Roby Setiyawan - detikJateng
Rabu, 01 Mar 2023 15:30 WIB
Ilustrasi orang atau adat Jawa.
Ilustrasi adat Jawa. Foto: Agto Nugroho/Unsplash
Yogyakarta -

Sejak menjadi mahasiswa Sastra Jawa di Universitas Gajah Mada, Bambang Sunarto sangat mencintai bahasa dan naskah kuno. Bambang kini menjadi salah seorang pengelola di Kawedanan Widya Budaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ini kisahnya.

Dikutip dari situs kratonjogja.id, Rabu (1/3/2023), Kawedanan Widya Budaya adalah tempat Keraton Jogja mengelola bahan kepustakaan mulai dari surat, majalah, buku, hingga naskah lama (manuskrip). Widya Budaya berhubungan erat dengan sejarah dan pengetahuan mengenai budaya Jawa. Oleh karena itu, dibutuhkan orang yang ahli dalam mengelolanya. Salah satunya Bambang Sunarto.

Sebelum bekerja di Kawedanan Widya Budaya, Bambang menjadi salah satu pegawai di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY. Setelah kontraknya selesai, ia diangkat menjadi abdi dalem dan menyandang nama paring Dalem Mas Kintaka Sunarta yang berpangkat jajar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun ini Mas Jajar Kintaka dipindahkan ke golongan kapujanggan. Sebab, berbekal ilmu filologi yang dia peroleh ketika kuliah, dia mampu mengalihbahasakan manuskrip lama yang kebanyakan ditulis dalam huruf Jawa.

Aktivitas Mas Jajar Kintaka di Widya Budaya

Kawedanan Widya Budaya menyimpan hampir seluruh arsip sejak Keraton Jogja didirikan. Ada sebagian arsip yang mengalami kerusakan. Bambang bertugas mendata, mengidentifikasi, dan merapikan, dan menuliskannya ke katalog. Jika ada arsip yang rusak, dia serahkan ke bagian restorasi untuk diperbaiki.

ADVERTISEMENT

Tak hanya golongan pustaka, kintaka, dan kapujanggan, Widya Budaya juga membawahi beberapa golongan lain seperti pasinaon dan upacara. Sehingga Abdi Dalem Widya Budaya turut terlibat dalam Hajad Dalem.

Mas Jajar Kintaka hampir pernah terlibat di semua Hajad Dalem Keraton, misalnya Garebeg, Labuhan, dan Siraman Pusaka. Abdi Dalem Widya Budaya kadang juga ditugaskan untuk membantu kawedanan lain dalam melakukan pengarsipan.

"Kami mempersiapkan ubarampe, misalnya pas siraman butuh kain atau apa, itu Widya Budaya yang menyiapkan. Daun-daun atau bunga, itu juga Widya Budaya yang menyiapkan," kata Mas Jajar Kintaka Sunarta, dikutip dari kratonjogja.id pada Rabu (1/3/2023).

Suka duka kerja di keraton ada di halaman selanjutnya.

Suka Duka Kerja di Widya Budaya

Merawat naskah kuno tidak gampang. Mas Jajar Kintaka kerap menemui kesulitan untuk mengalihbahasakannya karena ada sebagian naskah yang sudah rusak, tinta meluber, atau kertas sobek.

"Memang tidak bisa mendata dengan lengkap. Didata saja apa yang bisa didata. Sebisa mungkin kami pulihkan kembali naskah itu selama masih bisa," ujar dia.

Mas Jajar Kintaka Sunarta mengaku bangga terhadap pekerjaannya saat ini. "Sukanya lebih banyak. Kita bisa terlibat langsung dalam upacara-upacara yang tidak semua orang bisa ikut, sambil melestarikan (tradisi). Itu suatu kebanggaan dan karena background saya sastra Jawa, mengolah transkrip itu memang linear," terangnya.

Menjaga Bahasa Jawa

Hampir setiap hari ia ke keraton. Di luar itu, ia aktif dalam menyunting dan menjadi penerjemah paruh waktu, kebanyakan untuk dokumen berbahasa Jawa. Berbagai pekerjaan telah ia lakoni sejak kuliah dan sebagian besar berkutat pada bidang kebahasaan. Misalnya ketika ia menjadi pengisi suara untuk Google Bahasa Jawa.

Namun ia mengaku mengenal budaya Jawa secara lebih mendalam setelah bekerja di Keraton. Ia menyadari bahwa melakukan regenerasi terhadap ahli-ahli naskah berbahasa daerah itu sangat penting.

Menurutnya, falsafah Jawa seperti nerima ing pandum (mensyukuri apa yang kita miliki) dan sikap empan papan (menempatkan diri dengan benar) juga semakin terbentuk ketika berada di lingkungan keraton.

"Kita yang biasanya berperilaku seenaknya, kalau sudah di keraton harus sopan," pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.



Hide Ads