Rubrik Cerita Horor-Weton Jadi Favorit di Majalah Djaka Lodang

Rubrik Cerita Horor-Weton Jadi Favorit di Majalah Djaka Lodang

Paradisa Nunni Megasari - detikJateng
Minggu, 01 Jan 2023 13:25 WIB
Kantor Majalah Djaka Lodang di Patehan, Kraton, Jogja. Foto diambil Senin (26/12/2022)
Kantor Majalah Djaka Lodang di Jogja (Foto: Paradisa Nunni Megasari/detikJateng)
Yogyakarta -

Majalah berbahasa Jawa Djaka Lodang yang berumur 51 tahun masih tetap eksis hingga hari ini. Ada sederet rubrik yang menjadi favorit para pembaca Djaka Lodang yang membuat majalah tersebut tetap dicari hingga saat ini.

Redaktur Djaka Lodang, Tatiek Kalingga mengatakan ada berbagai rubrik di Djaka Lodang yang menjadi favorit para pelanggannya, yaitu rubrik Jagading Lelembut yang berisi kisah horor hingga Nasib Panjenengan atau neptu atau weton.

"Ya itu antara Jagading Lelembut, sama Neptu, dan lelakon," kata Tatiek kepada detikJateng saat ditemui di Kantor Djaka Lodang, Jogja, Senin (26/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Tatiek, sejak awal terbit, Djaka Lodang pun mengalami perkembangan dari sisi rubriknya. Beberapa rubrik yang bertahan dari awal hingga saat ini, seperti Srumuwus, Cerita Rakyat, Cerita Cekak, hingga Pagelaran. Tatiek juga mengatakan bahwa Djaka Lodang semula adalah koran.

"Ada perkembangan (rubriknya), kalau dari awal sekali itu berbentuk koran, baru kemudian berbentuk majalah. (Rubrik) Yang ada dari awal itu Srumuwus, Tokoh-tokoh, Cerita (rakyat), Cerita Cekak atau Cerkak," kata Tatiek.

ADVERTISEMENT

Tatiek menyebut perkembangan dan perubahan rubrik yang dilakukan Djaka Lodang itu sejalan dengan tujuan mereka menggandeng generasi milenial, seperti dengan menambahkan rubrik Wiranom dan Panggung.

"Sedikit kok (rubrik) yang diubah, paling yang Wiranom itu untuk menggandeng milenial," kata Tatiek.

"Melibatkan anak-anak muda, di sini kita mengangkat (rubrik) wiranom. Wiranom itu mengajak kawula muda berprestasi, nah disitulah kita libatkan dan kita masukkan dalam rubrik wiranom," imbuh Tatiek.

Pimpinan Redaksi Djaka Lodang Kuswinarni atau yang kerap disapa Wiwin menambahkan, terdapat rubrik panggung yang memuat tentang anak-anak muda yang aktif dalam berkesenian Jawa.

"Panggung itu untuk anak-anak yang berkecimpung di dunia seni, nah itu kita angkat. Jadi (rubrik) panggung itu khusus untuk seniman-seniman Jogja, ada ketoprak, dalang, dan lainnya, kita angkat di rubrik Panggung," kata Wiwin.

Ada berbagai rubrik lainnya di Djaka Lodang, seperti Tosan Aji, Pagelaran, Cerita Wayang, Wanita dan Keluarga, hingga Tintingan buku.

"(Rubrik) Pagelaran itu tentang petuah-petuah tentang orang tua zaman dulu, sekarang isinya soal ajakan-ajakan yang berkembang saat ini, misalnya mau menghadapi hari Imlek, nah kita mengulas Imlek di (rubrik) Pagelaran," kata Tatiek.

"Terus ada wanita dan keluarga. Nah itu soal opini. Terus ada tintingan buku, jadi kami mengulas buku yang lama atau buku kiriman yang sudah kerja sama, dari kampus," imbuhnya.

Selangkapnya tentang rubrik yang ada di Majalah Djaka Lodang.

Untuk mengulas tentang profil seorang figur publik, Tatiek mengatakan terdapat dua model rubrik di Djaka Lodang, yaitu Satleraman dan Pribadi Binuka.

"Terus itu ada rubrik Satleraman, nah ini mengangkat publik figur, nah mungkin kalau ditulis terlalu panjang itu nanti jadi profil, atau Pribadi Binuka, tapi karena kita mendapatkan masukan publik figur itu tidak banyak maka kita masukkan ke Satleraman," kata Tatiek.

Sementara itu, untuk mengulas lebih dalam mengenai Keraton Jogja, Wiwin mengatakan Djaka Lodang memiliki rubrik khusus, yaitu rubrik Kraton dan Napak Tilas.

"Ada khusus juga rubrik kraton, itu memang untuk kita ulas, karena tidak semua orang itu paham dengan kraton kita, apalagi sekarang jauh lebih bagus. Jadi bagian-bagian keraton, gerbang dan lain-lain itu dibangun kapan, kemudian bangsal dan lain-lain," kata Wiwin.

"Kita ada lagi (rubrik) Napak Tilas, kita fokus untuk sejarah bagaimana berdirinya keraton. Jadi bisa memberikan gambaran kepada orang-orang yang jauh dari Jogja dan baca majalah kita," imbuh Wiwin.

Wiwin mengatakan, Djaka Lodang juga memiliki rubrik Semarangan dan Banyumasan yang memuat cerita kehidupan sehari-hari di wilayah Semarang dan Banyumas. Kisah-kisah yang diulas di rubrik ini ditulis dengan bahasa Jawa khas daerah masing-masing.

"Kita juga punya banyumasan, semarangan. Bahasanya itu kan beda ya, bahasa daerah Semarang, orang Semarang itu kan ada cengkok nya sendiri, orang Banyumas itu beda juga. (Isi rubriknya) Ya cerita aja, cerita kehidupan sehari-hari di wilayah sana," kata Wiwin.

Halaman 2 dari 2
(ams/aku)


Hide Ads